Semua Bab Ketika Keponakan Suamiku yang Sok Kaya Tinggal Di Rumah Kami: Bab 51 - Bab 60
62 Bab
51. POV Anwar
Pagi itu, sebelum aku pergi menjemput tunanganku."Eh Mas Anwar, duh yang mau jadi pengantin rajin amat," sapa Bu Kumala pagi itu sewaktu aku mencuci sepeda motorku. Karena mau aku pakai untuk menjemput Yanti, tunanganku.Aku hanya tersenyum saja mendengar ledekan Bu Kumala. Sambil terus membersihkan motor baru kesayanganku."Jadi kapan yang mau nikah, Mas? Dapat orang mana?" Aku hanya tergelak saja menanggapi kekepoan Bu Kumala, tidak biasanya juga dia menyapaku. Mungkin Ibuku yang memberitahunya jika aku sudah bertunangan."Mas Anwar ini, ditanya dari tadi kok senyum-senyum saja. Dapat orang mana?" tanyanya sekali lagi."Jadi malu saya yang mau bilang, Bu.""Lho, kenapa malu Mas?""Itu lho Bu, si Yanti yang pernah tinggal di rumah Ibu," terangku."Hah!?"Jelas sekali Bu Kumala terkejut. Mulutnya sampai membulat lebar. Untung saja tidak ada lalat yang masuk. Kutepuk jidatku sendiri sambil tertawa membayangkan hal tersebut."Mas Anwar lagi menertawakan saya ya?" tuduh Bu Kumala mak
Baca selengkapnya
52. POV Yanti
Akhirnya aku telah sampai di rumah Bi Murni, meski pengap aku berusaha menahannya. Rasanya hari ini benar-benar hari kesialanku.Untung saja aku tadi bisa mempertahankan kesucianku, kalau tidak, entah apa jadinya. Kembali kurenungi perjalanan yang telah kulewati, begitu banyak kesedihan yang kualami. Bahkan, Mas Anwar yang kupikir akan menjadi pelindungku pun, nyatanya seorang bajingan.Tak mungkin, tiba-tiba aku meminta Bibiku membatalkan pertunangan ini. Karena sedari awal, aku begitu menginginkannya. Bisa-bisa dicincang habis aku sama kedua Bibiku.Lampu notifikasi ponselku berkedip, sebaris pesan tampil di layar depan.[Maafkan, Mas, Sayang. Terpaksa kulakukan, untuk membuat hati Mama luluh. Kamu paham 'kan maksud, Mas?]Aku sengaja membiarkan pesan itu, rasa sakit akibat tamparannya saja belum hilang. Apalagi, perlakuannya yang hendak memperkosaku.[Kamu masih marah? Coba lihat m-bangkingmu. Barusan Mas transfer satu juta buat kamu.]Benar saja, sebuah notifikasi pemberitahuan ua
Baca selengkapnya
Bab 53. Kedatangan Anwar di Rumah Alif
Di rumah Aira."Jadi gimana, Mas? Beneran Mas gak kasihan pada?" tanyaku pada Mas Alif."Buat apa harus kasihan padanya? Harusnya yang dikasihani itu kamu, Dek.""Kok aku?" Mas Alif menghampiriku, lalu menangkup wajah ini dengan kedua jemarinya."Setelah apa yang Yanti lakukan padamu, apa hatimu tidak terluka? Apa masih bisa kamu mema'afkannya? Bukan hanya mencoreng namamu saja, dia bahkan sampai membuat harga dirimu pun turut diinjak-injak."Aku mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan Mas alif. Memang ada benarnya juga. Tetapi, jika meletakkan diriku sebagai seorang Ibu. Menikah tanpa restu itu suatu bencana."Belum lagi ketika mengingat, bagaimana bocah tengil itu mempermalukanku di hadapan Kumala dan Rudi dulu. Bahkan, anak kandungku sendiri saja, tak berani menyebutku dengan 'kamu' sambil menunjuk jarinya padaku."Sejenak kulihat Mas Alif mengambil napas panjang. Lalu menghembuskannya bagai melepas beban berat. Kueratkan jemariku pada pergelangan bahunya."Ma'afkan aku, Ma
Baca selengkapnya
Bab 54. Keputusan Anwar
Sampai di rumah, mata ini tak dapat terpejam hingga larut malam. Bayangan Yanti terus saja menghantui. Rasanya masih tidak percaya saja, jika dia bisa berbuat sekeji itu.Jika mendengar dari Mama atau Bu Kumala, pasti aku juga tidak bakalan percaya. Tetapi, ini aku dengar sendiri dari rekaman yang diperdengarkan Om Alif. Pantas saja, sikap Mbak Us begitu ketus ketika kami tadi datang berkunjung ke rumah tersebut.Kubuka aplikasi hijau, kucari nama Yanti di sana. Terlihat on, padahal sudah pukul dua belas malam. Apalagi yang akan direncanakan oleh gadis edan itu?Segera kuganti namanya di kontakku dengan Nini Lampir. Sesudah mengetik itu, kulempar ponselku asal. Ada sedikit rasa lega, karena aku sudah tahu perihal yang sebenarnya.Bangkit dari rebahan, kuambil sarung dan peci. Lalu segera membersihkan diri untuk bersuci. Kugelar sajadahku, lalu memohon pada Sang Pencipta. Agar mendapatakan petunjuk dariNya.~~~~~Pagi masih begitu dingin, kulihat Mama sudah sibuk di dapur. Bau harum ma
Baca selengkapnya
Bab 55. Kesombongan Yanti
Aira tampak keluar dari kediamnanya. Menghampiri gerobak belanja milik Bang Ujo. Nampak di sana beberapa ibu yang lain sedang berbelanja pula."Eh Mbak Aira, mau belanja apa Mbak?" sapa Bang Ujo ramah.Sementara Aira hanya membalasnya dengan senyuman. Wanita cantik itu segera memilah-milah dagangan milik Bang Ujo. Tempe, tahu, diambilnya beberapa buah. Tangannya juga sibuk mengambil telur puyuh yang sudah dikemas dalam plastik kecil-kecil."Dagingnya ada Bang?" tanya Aira pada Bang Ujo."Mau masak apa Mbak Aira?" Bu Agus yang sedari tadi memperhatikan Aira yang sibuk memilih-milih sayuran pun, ikut bertanya."Ini Buk, si Vian minta dimasakin semur daging," balas Aira ramah."Mbak Aira tuh, memang jago kalau masak. Aku terkadang mau tanya resep masakannya, tapi malu," timpal tetangganya yang masih mudah."Kenapa malu, gak pa pa. Saya malah senang bisa berbagi ilmu," ujar Aira ramah."Dagingnya mau berapa kilo, Mbak Aira?" tanya Bang Ujo."Setengah kilo saja, Bang. Tambahin tulang mudan
Baca selengkapnya
Bab 56. Kecurigaan Rena
"Tapi, Bi, kedatangan saya ini, untuk mem-batalkan rencana pernikahan ka-mi," tutur Anwar dengan terbata."Apa!? Kenapa bisa begitu? Kamu jangan mempermalukan kami!" seru Murni sambil mencak-mencak tak karuan.Ikhsan sampai bingung menenangkan istrinya itu. Ikhsan sendiri yang sedari tadi diam pun, ikut terkejut mendengar penuturan Anwar.Sementara Tika, saking terkejutnya, sampai tak bisa bicara apa-apa. Tiba-tiba saja, Yanti keluar dari balik kelambu kamarnya. Sebuah bantal dia lempar tepat ke muka Anwar."Dasar b*jing*n kamu! Aku gak bakal terima kamu giniin! Kamu tetap harus menikahiku. Apa perlu aku bilang yang sesungguhnya?" teriak Yanti dengan menantang Anwar.Anwar sampai tergeragap karena lemparan itu tepat mengenai mukanya. Yang membuatnya makin bingung, adalah ucapan Yanti yang meminta pertanggung jawaban padanya.Benar-benar pusing Anwar dibuatnya. Karena selama pacaran pun, Anwar tidak pernah melakukan hal-hal yang dilarang agama bersama Yanti. Paling cuma panggilan aja y
Baca selengkapnya
Bab 57. Permintaan Yanti
Namun, Murni dan Tika dapat mendengar ucapan Rena dengan seksama."Jangan mengancam kami! Sebaiknya panggil Anwar juga. Biar semua jelas dan terang benderang," gerutu Tika tak mau kalah.Rena pura-pura tidak menanggapi permintaan mereka. Sementara, Imam terlihat hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tamunya itu berseteru dengan istrinya."Ngapain lagi kamu ke sini?!" teriak Anwar yang muncul tiba-tiba di teras. Terlihat sekali kekesalan dan luapan kemarahannya begitu melihat Yanti. Rambutnya yang acak-acakan karena baru bangun tidur, hanya disugarnya kasar dengan kelima jarinya."Nak Anwar kamu tidak bisa begitu?" ucap Murni seperti dilembut-lembutkan nadanya.Bibir Rena berjingjat sebelah, demi melihat adegan itu. Seakan tidak terima dengan apa yang dilakukan tamunya tersebut.Yanti nampak berjalan menghampiri Anwar."Sayang, kamu masih marah padaku? Pliiis, ma'afin aku ya. Aku janji bakal berubah. Seperti yang kamu inginkan," rayunya pada Anwar. Tangannya dengan tanpa malu be
Baca selengkapnya
Bab 58. Kumala Meminta Balik Uangnya
"Jadi kamu sudah memanfaatkan anak saya?!" Rena menatap tajam gadis di depannya itu dengan murka.Sementara Yanti pura-pura tidak memperhatikan Rena, yang terus menatapnya dengan kemarahan. Kedua bibinya turut seperti yang Yanti lakukan. Benar-benar keluarga kompak."Kalian menunggu saya usir atau pergi sendiri?" lanjut Rena lagi. Gadis itu melirik ke arah Anwar, lalu berpindah ke Imam dan Pak RT. Sedetik kemudian, kakinya menghentak diiringi tubuhnya yang berlalu dari hadapan keluarga Anwar diikuti kedua bibinya."Benar-benar keterlaluan mereka," gerutu Rena.Belum juga sampai meninggalkan tempat itu, di depan sana sudah ramai orang saling menjerit. Rena diiringi Imam, Anwar dan Pak RT berlari ke depan. Di luar pagar, terlihat Kumala tengah mencengkeram kepala Yanti. Badan gadis itu sampai terhuyung mengikuti gerakan Kumala yang menyeret tubuhnya hingga di depan rumahnya."Sekalian saja kita selesaikan sekarang. Cepat kembalikan uang saya! Kalau tidak, kamu akan lihat sendiri perl
Baca selengkapnya
Bab 59. Mau Menyalahkan Siapa?
Tika dan Yanti telah kembali ke kampung. Begitu tiba di rumah kediaman mendiang Ibunya, Tika segera ke rumah paman Asrul untuk memberitahu kejadian yang mereka alami.Siang itu, di teras paman Asrul. Tika bercerita panjang lebar tentang perihal yang menimpa Yanti."Jadi begitu Paman, mau tidak mau, kita harus berlapang dada menerima kejadian ini.""Yanti bagaimana, Tik? Apa anak itu baik-baik saja?" "Malah sekarang dia tampil lebih ceria, Yanti juga terlihat senyum-senyum di depan ponselnya. Sepertinya, dia sudah punya gandengan baru, Paman.""Kamu gak salah menilai 'kan, Tik?" "Ah, Paman ini. Salah menilai dari mana? La wong, Yantinya juga sering telponan sama manggil-manggil sayang gitu.""Ya sudah, asal bukan senyum-senyum yang lain saja."Tika sedikit bingung mendengar perkataan pamannya itu. Dahinya sampai mengerut, mencoba mencerna kalimat tersebut. Setelah berterima kasih pada pamannya, karena telah merawat Sari selama dia di kota, Tika pun pamit untuk pulang ke rumahnya.Bar
Baca selengkapnya
Bab 60. POV MURNI (Mendatangi Rumah Aira Kembali)
Baru saja kaki ini menjejak masuk ke dalam rumah. Sella bilang kalau ada telepon, entah dari siapa. Segera saja kuambil ponselku yang sedari tadi tengah kucharger.Setelah kuaktifkan, ada beberapa panggilan dari Kak Tika. Tiba-tiba saja, firasatku mengatakan ada yang tidak beres."Kamu kemana saja Murni? Dari tadi aku telpon kok gak diangkat?"Tanpa salam, Kak Tika memberondongku dengan berbagai pertanyaan."Dari belanja ikan, Kak. Tadi ponselku sengaja kutinggal karena baterainya habis. Ada apa, Kak? Kok sepertinya penting banget?"Hening sesaat tak ada jawaban dari Kak Tika, hanya terdengar helaan napas panjangnya."Ponakanmu, si Yanti. Sepertinya dia perlu kita bawa ke rumah sakit.""Lho, memangnya Yanti sakit apa? Habis jatuh apa bagaimana?""Bukan, sepertinya dia sedikit terguncang.""Astaghfirrullah ... Kakak apa tidak salah?""Tidak, secepatnya aku akan bawa dia ke rumah sakit. Mumpung belum terlambat, Mur.""Ya sudah, nanti aku akan izin Mas Ikhsan dulu untuk balik ke kampung.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status