All Chapters of Ketika Keponakan Suamiku yang Sok Kaya Tinggal Di Rumah Kami: Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
Bab 11 Bertengkar
"Eh Yanti! Otakmu di taruhdimana sih?" sahut Sari yang sedari tadi diam memperhatikan."Ya di kepala, Yu! Masa didengkul?" sewotnya pada Sari."Kalau di kepala, gak mungkinloadingnya pentium satu. Bahkan kukira kamu taruh di kakimu. Ya, kaki yang baudan penuh kutu air," tangkis Sari."Awas kamu Yu! Jangan coba-cobangomporin Ibu!""Lho emangnya ngapain juga mestinomporin, Tante?" ucap Sari sambil membulatkan matanya. Keduanya jadi terlibat argumen panas, tanpa peduli aku dan Mas Alif masih ada di sana."Sudah! Sudah! Malah tambahberantem," lerai suamiku itu pada akhirnya."Kamu saya tanya sekali lagi.Masih mau sekolah atau gimana?" tanya suamiku dengan tatapan tajam ke arahYanti."Ya mau sekolah, Yah."Setelah menjawab, Yanti kembalimenunduk tak segarang ketika beradu mulut dengan Sari. Suamiku tampak masihmenatap ke arah Yanti."Kalau mau sekolah, yang benar!Jangan pake bikin acara yang aneh-aneh! Ingat itu ya, Nak?""Iya Yah, akan saya ingat."Yanti nampak beranjak dari d
Read more
Bab 12. Rencana Busuk Yanti
Pagi ini aku menemui Bu Diah di YP. Islamic Modern tempatku dulu menimba ilmu. Sekaligus mengantar kue yang dipesan beliau beberapa hari lalu. Aku juga ingin sedikit melepas rasa rindu di sekolahku ini dulu. Mengenang masa-masa saat masih berseragam abu-abu.Sekitar pukul 09.30 aku sudah meluncur meluncur keramaian lalu lintas yang begitu padat. Tiba di sana sudah masuk jam istirahat, dengan gegas kuseret langkahku ke ruang guru."Ini Aira, ya?" tanya Pak Bandrio guru ekonomiku dulu di kelas 11. Aku menyalaminya dengan penuh rasa hormat."Kok masih ingat saya, Pak?" tanyaku dengan bangga."Ya pasti Bapak ingat kamu. Sekretaris Bapak yang paling pandai kamu itu," pujinya padaku. Aku merasa tersanjung dibuatnya."Terima kasih banyak, Pak. Berkat didikan Bapak, kini saya bisa seperti ini.""Jangan salah Pak, muridmu itu pengusaha sukses lho biarpun perempuan gitu. Wanita multitalenta," ujar Bu Diah sudah bergabung bersama kami di depan ruang kesiswaan. Aku pun menjawab salim kepada belia
Read more
Bab 13. Salah Orang Kamu, Nak!
"Panggil saja Bu, saya ingin dengar apa alasan anak itu. Takutnya kalau kita rencanakan malah dia berkelit lagi," selaku."Tapi tunggu bentar. Sekarang ada pelajaran Pak Hadi, khawatir ada ulangan di kelas Yanti," ujar Bu Kus selaku TU.Aku berdiri dengan tubuh gemetaran. Bukannya apa, aku takut tidak dapat menahan emosiku saja. Sebab dari tadi rasanya sudah ingin kugigit anak itu!Nampak beliau sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Sejenak kemudian terlihat sudah selesai."Aman, ga ada ulangan kok," terang Bu Kus.Bu Diah beranjak keluar ruangan. Aku diajak Bu Kus masuk ke ruang yang bersekatan dengan ruang depan."Kamu tunggu di sini, bentar. Nanti Ibu kasih kode buat keluar, ok?""Siap!" jawabku tidak sabar, sambil menghempaskan bokongku yang sudah terasa panas.Terdengar langkah orang datang masuk ke dalam ruangan. Aku yakin sekali jika itu Yanti. Sebab tak lama kemudian terdengar suara bu Kus yang sedang menginterogasi."Yanti, kapan yang mau bayar kurangan uang pembanguna
Read more
Bab 14. POV YANTI 1
POV YANTIAku masih berusia dua tahun kala itu, Bunda meninggal karena seringnya mengkonsumsi obat pengurus badan. Saking pinginnya beliau langsing, hingga beliau berbuat demikian. Bunda mengambil jalan pintas tersebut.Ayahku yang sering bermain-main dengan perempuan cantik. Membuat Bundaku terobsesi untuk kurus. Sayangnya hal itu malah merenggut jiwanya. Begitu yang kudengar dari cerita orang-orang di sekitarku.Namaku Sri Damayanti sedang kakakku Sari Kusumaningrum, kami hanya dua bersaudara. Ketika Bunda meninggal usia Yu Sari sudah lima tahun. Dia mengingat betul paras Bunda yang tidak pernah aku kenali. Aku hanya dapat mengenali wanita itu, pada foto yang sudah memudar warnanya.Kata Yu Sari, Bunda sangat menyayangi kami berdua. Kami dimanjakan bak puteri dalam negeri dongeng. Semua yang kami inginkan diberikannya tanpa menunggu waktu yang lama.Setelah Bunda meninggal, kami berdua diboyong Nenek untuk dirawat di desa. Namun tak lama kemudian, Ayah menjemput Yu Sari turut bersam
Read more
Bab 15. Kamu Di Mana Sih, Yu?
"Neneeeekkk! Aku dirampok!" teriakku dengan scream-jerit mengundang semua orang untuk melihat ke luar rumah."Ada apa, Yan? Dirampok di mana?" tanyanya denga tergopoh, sambil menjinjing jarik usang yang memudar memudar Jika tika tidak dalam keadaan bersandiwara, pasti aku akan tertawa ngakak karena melihat ulah Nenek yang sangat lucu. Sayangnya sedang akting."Sudah, gak pa pa, Yang penting kamu selamat," ucap Nenek memelukku.Dalam hati, sempat terbersit untuk mengatakan keinginan ikut Yu Sari ke kota. Namun, melihat tubuh renta dan mata yang mulai merabun itu, aku jadi tidak tega.Sampai suatu siang, sebuan nomer tertera melakukan panggilan masuk ke handphoneku. Sebuah nomer tanpa nama, tetapi tetap kuangkat karena rasa penasaran yang mendominasi."Assalamu'alaikum....""Wa'alaikumsalam....""Apa yang benar dengan Yanti ini?""Ya benar, dari mana ya?" tanya dengan antusias."Hai Mbak, ini Ibu Panti Kasih Sayang.""Jadi gimana? Apa kamu jadi tinggal bersama kami?""I-iya, Bu. Mau sa
Read more
Bab 16. POV YANTI (2)
'Kamu dimana Yu?'Aku masih celingukan mencari Yu Sari. Barangkali saja dia repot di dalam, hingga tidak menyadari kalau aku sudah datang.Satu per satu kamar yang berjajar, membuatku melongokkan kepala ke dalam. Sekedar melihat, mungkin Yu Sari ada di dalam. Hingga sebuah suara mengagetkanku."Mbak ... dipanggil Ibu Mira ke depan."Aku menoleh ke asal suara itu, bocah laki cilik yang tadi memperhatikanku. Aku pun bergegas ke depan."Yanti, Ibu mau minta tolong belikan tas plastik kecil di warung sebelah," perintah Bu Mira sambil memberiku selembar uang lima ribuan. Aku pun memenuhi perintahnya. Kutengok kanan kiri untuk mencari keberadaan warung tersebut. Tak lama netraku menangkap warung bernuansa biru yang terletak di sebelah kanan, empat rumah dari panti.Aku melangkahkan kaki menuju warung tersebut. Ketika sampai di warung itu, sang pemilik mengawasiku dengan seksama."Mau beli apa?" tanya Ibu pemilik warung."Plastik kecil putih, Bu.""Kamu anak panti baru ya?" tanya Ibu tadi s
Read more
Bab 17. Minggat?
"Kok lemes gitu? Ada apa?" tanya Mas Alif begitu aku datang.Aku mencoba mengulas senyum mencoba mengalihkan, "sudah dapat plaris 'kah?""Sudah," jawabnya singkat, "ada masalah apa lagi?"Aku menarik napas dalam, menelaah kembali yang terjadi. Masalah datang begitu bertubi-tubi. Mengapa niat baik kami, malah jadi mencoreng muka kami sendiri. Ketulusan ini bahkan disalah gunakan oleh mereka yang masih terbilang bocah bau kencur."Dek, kok jadi melamun?" tanya Mas alif lagi."Di sekolah pun, Aira bikin masalah.""Soal apa itu?""Tadi Bu Diah tanpa sengaja menanyakan soal kebenaran tentang Yanti. Betul apa tidak dia keponakanku.""Lalu ...,""Ya aku jawab memang betul, sebab pas daftar dulu, Bu Diah kan gak tahu, makanya dia memastikan. Anehnya, malah Bu Diah menananyakan soal kekurangan uang pembangunan.""Kenapa dengan uang pembangunan, belum kamu bayar atau masih kurang?" cecar Mas Alif."Sudah terbayar sebagian, kurangannya aku janjikan satu bulan. Tetapi, sebelum jatuh tempo sudah k
Read more
Bab 18. Adu Mulut
Ternyata sampai di sana pun, tidak ada Yanti. Bahkan Bibinya Sari juga heran, bagaimana Yanti bisa ada di kota. Karena selama ini yang dia tahu, gadis tengil itu ada di rumah Neneknya. Wanita itu malah pesan sama Sari, untuk tetap tinggal bersamaku. Bila nanti Yanti ketemu, dia juga minta dikabari. Aku pun pamit dan segera meninggalkan tempat tersebut. Sambil melajukan motor, aku berpikir hendak mencari kemana lagi. Perasaanku mengatakan, gadis tengil itu belum pergi jauh dari rumah. Tiba-tiba saja, aku kepikiran mencari di Ibu angkat Sari yang selama ini memperkerjakan Sari tanpa gaji.Memasuki gang kecil tempat tinggal Ibu angkat Sari, entah emosiku memuncak. Motor sengaja kulajukan perlahan. Tepat sebelum rumahnya, aku sudah berhenti. Kuparkir motor agak jauh dari rumahnya. Lalu aku berjalan menuju ke sana.Sepasang sandal japit merah gambar hello kitty milik Firda ada di teras Kumala Ibu angkat Sari. Aku masuk ke teras rumah yang tanpa pagar itu, bayangan dari kaca depan mempe
Read more
Bab 19. POV ALIF (Sidang 1)
Aira bagiku adalah wanita istimewah. Dia tidak hanya Ibu bagi anak-anakku. Tetapi dia juga Ibu dan kakak, bagi adik-adikku. Sikapnya yang penuh perhatian dan belas kasih, membuat siapa aja menyayanginya.Satu hal yang membuatku kadang heran. Baik Abang maupun adik-adikku begitu dekatnya. Meminta makanan maupun baju tanpa ada rasa sungkan sekalipun. Aira juga tidak pernah mengeluhkan tentang saudara-saudaraku yang meminta ini dan itu. Tak sekalipun dia meminta ganti uang padaku, karena telah membelanjakan permintaan Abang sama adek-adekku.Hingga Bang Hendro sakit pun, orang yang pertama dikasih tahu adalah Aira, istriku. Sayangnya, Bang Hendro tidak sempat tertolong waktu itu. Setelah Bang Hendro meninggal, aku dan istriku memutuskan untuk mencari anak-anak dari pernikahan pertamanya dengan Aminah.Hingga salah satu kubawa mereka pulang dari panti asuhan, Yanti. Sedang Sari si Sulung, belum kami ketemukan. Baru setelah Yanti kami jemput, Sari datang menyusul ke rumah. Gadis itu akhirn
Read more
Bab 20. Sidang Putusan (2)
"Arrgghh benar-benar tidak tahu diri kamu! Maumu apa sebenarnya?!" tantangku kecewa pada Yanti.Dia mendongak .... "Sekarang maumu gimana?!"Sikapnya sudah benar-benar kelewatan. Menguras habis kesabaran, untung saja dia bukan anak kandungku. Kalau iya, sudah jadi perkedel anak itu di tanganku."Jawab Yanti! Jangan diam saja! Itu lho Om-mu tanya." Kulihat Rudi pun terbawa emosi sama denganku. Lain dengan Kumala yang bersikap sebaliknya. Terlihat sekali jika Kumala melindungi gadis pengecut itu."Oke ... saya akan kasih kamu dua pilihan. Pertama, jika kamu tetap ingin tinggal di sini, maka sekolahmu harus berhenti sampai di sini ...."Yanti mendongak dengan raut wajah terkejut. Mungkin dia tidak pernah mengira, jika kami akan melakukan hal itu."Bukan hal itu saja ... saya sebagai pengganti wali dari orang tuamu, memutuskan pula untuk mengakhiri ikatan kita sebagai keluarga."Kali ini bukan hanya Yanti yang terhenyak, Sari, Kumala, Rudi bahkan Pak Wongso kaget begitu mendengar ucapank
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status