Semua Bab Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing: Bab 71 - Bab 80
102 Bab
71. Tak Sengaja Bertemu
Setelah berdebat cukup panjang dengan Braga, Davie dan Ileana memutuskan untuk masuk ke dalam restoran. Meninggalkan Braga yang masih saja mengoceh di depan restoran sambil menunjuk ke arah pasangan suami istri itu. Ileana sempat menoleh ke belakang, kemudian menggelengkan kepala. Merasa heran dengan tingkah laku Braga yang tak pernah berubah. Sikap tempramental itulah menjadi penyebab meninggalnya Yoanna beberapa tahun silam.Davie memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela agar bisa melihat pemandangan luar. Pasangan itu duduk berhadapan sambil memesan beberapa menu spesial yang ada di restoran tersebut. Setelah itu, Davie izin pergi ke toilet sebentar pada Ileana."Aku ke toilet bentar ya, Sayang," pamit Davie."Iya, Mas. Jangan lama-lama.""Iya, Sayang."Davie bergegas pergi menuju toilet pria. Ia masuk ke dalam untuk menuntaskan hajatnya. Setelah selesai, Davie mencuci tangan terlebih dulu sebelum keluar dari toilet.Beberapa saat kemudian, Davie yang baru saja keluar dari
Baca selengkapnya
72. Pilihan yang Rumit
Rossa membatalkan penerbangannya menuju New York karena masih memiliki misi lain. Mengejar Davie. Ia sudah mengumpulkan banyak informasi tentang pria itu sejak pertemuannya kemarin siang dengan Davie. Rossa sudah tidak berminat lagi pada Braga. Pria kurang ajar itu sudah Rossa blacklist dalam kehidupannya."Kamu serius nggak jadi ke New York?" tanya Gunarto saat berada di kantor."Aku serius, Pa. Ada misi yang harus aku selesaikan di sini."Gunarto mendecak kesal. "Ros, berhenti ngelakuin itu. Kamu bisa buat Papa malu. Gimana kalau media sebarin berita tentang kamu yang jadi pelakor? Karir kamu bisa hancur.""Papa tenang aja. Aku nggak masalah soal karir itu karena Davie punya perusahaan di bidang manufaktur dan keuntungan perusahaan pasti besar. Semua informasinya udah aku dapat dari Om Haikal," ujar Rossa."Ya ampun. Tapi dia anak dari seorang pembunuh, Rossa. Kamu nggak bisa nikah sama dia. Latar belakang keluarganya aja udah bermasalah."Rossa mendengus pelan sambil berkata, "Dia
Baca selengkapnya
73. Harapan yang Hilang
Rossa melangkah lemas menuju ruang keberangkatan malam ini. Gunarto kembali memesankan tiket penerbangan malam menuju New York. Tujuan Gunarto agar putrinya itu tidak bertindak bodoh. Rossa hampir saja terjebak oleh niatan buruknya. Itu sebabnya Gunarto bersikap keras."Kabari Papa ya!" seru Gunarto saat Rossa hampir masuk ke ruang keberangkatan.Rossa mengangguk perlahan dan tersenyum getir. Ingin rasanya menangis, namun air mata tak mampu menetes. Harapan yang ia bangun, mendadak hilang hanya karena tentangan dari Gunarto. Di mata Rossa, Davie adalah pria idaman. Ia bisa melihat bagaimana rasa sayang Davie pada Ileana. Itu terbukti dari sikapnya yang berusaha menghindar saat Rossa dekati. Dan karena hal itu pula, Rossa jatuh hati pada Davie.Wanita itu masuk ke dalam pesawat yang sebentar lagi akan take off. Rossa membuang napas perlahan saat duduk di kursi penumpang eksklusif. Beberapa saat lagi, ia akan meninggalkan Indonesia demi menuruti keinginan Gunarto.Menjadi miskin tidak p
Baca selengkapnya
74. Tak Pulang
Malam berikutnya, tepat pukul 20.00 malam, Davie izin pada Ileana untuk pergi sebentar menghadiri pertemuan penting yang diadakan oleh investor. Sejujurnya, Davie ingin menolak hadir di pertemuan itu, namun tidak enak pada Rudy yang telah banyak berjasa dalam memajukan perusahaan. Acara itu dibuat bertujuan untuk merayakan keberhasilan Davie dalam mempertahankan perusahaan agar tidak gulung tikar.Davie mengenakan jas berwarna hitam sambil merapikannya di depan cermin. Ia memastikan penampilannya rapi atau tidak. Sedangkan Ileana memperhatikan Davie sambil duduk di tepi kasur."Sayang, udah rapi belum?" tanya Davie sambil menunjukkan penampilannya pada Ileana."Udah kok, Mas. Kamu tampan banget malam ini," puji Ileana.Davie tersenyum malu. "Masa sih?""Iya, Mas. Kamu emang selalu tampan sih. Nggak heran kalau Rossa sampai kepincut sama kamu."Davie menghela napas panjang. "Kalau gitu, aku nggak mau jadi tampan deh.""Loh, kenapa?""Biar nggak ditaksir sama cewek lain, selain kamu."I
Baca selengkapnya
75. Apa Ini?
Ileana memarkirkan mobil di depan salah satu hotel yang menjadi tempat pertemuan Davie dengan para investor. Dengan jantung yang berdegup kencang, Ileana meyakinkan diri untuk masuk ke dalam hotel dan menghampiri meja resepsionis."Permisi, Mbak," sapa Ileana sopan."Iya, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis bernama Mozza itu."Saya mau tanya, apa bener ada acara pertemuan di sini semalam?"Mozza lantas mengangguk. "Ada, Mbak. Tapi pertemuannya udah selesai dari jam sebelas, Mbak. Semua tamu undangan udah pulang, kecuali satu orang.""Boleh saya tahu siapa satu orang itu, Mbak?" tanya Ileana penasaran.Detak jantung Ileana semakin tak karuan ketika Mozza menyebutkan nama lengkap suaminya. "Namanya Davie Valerian, Mbak."Seketika tubuh Ileana melemas. Ternyata suaminya menginap di hotel tanpa memberi kabar padanya. Ada apa ini? Kenapa sikap Davie mendadak berubah?"Maaf, Mbak. Kalau boleh tahu, ada apa ya?" tanya Mozza bingung."Ehm, itu suami saya, Mbak. Dia nggak pulang
Baca selengkapnya
76. Kepercayaan yang Dihancurkan
"Bohong!"Davie meremas rambutnya. Ia tampak frustrasi dengan semua ini. "Kamu bohong! Aku nggak ada kasih uang apapun sama kamu!""Loh, terus ini uang apa? Kamu kan mabuk. Jadi kamu nggak ingat pas kasih uang ini," ujar Widi sambil berjalan ke arah Davie.Davie mengarahkan tangannya ke depan. Mengisyaratkan Widi untuk tidak mendekatinya. "Jangan dekati aku!" teriaknya."Kenapa sih galak banget? Padahal semalam kamu romantis sama aku. Kita udah bercinta dua kali loh. Soal istri kamu nggak usah dipikirin. Tinggalin aja dia. Terus kita nikah. Beres, kan?"Davie yang sudah gelap mata, mendekati Widi dan menarik rambut panjang terurai itu. Widi sampai mendongak ke atas karena tarikan kuat di rambutnya."Jaga omongan kamu!" teriaknya di telinga Widi. "Aku cinta sama istri aku. Dan aku nggak mungkin pisah dari dia. Sedangkan kamu, aku sendiri nggak tahu siapa kamu. Bahkan nama kamu aja aku nggak tahu!""Awh! Lepasin!""Sekarang, kasih tahu siapa yang nyuruh kamu buat jebak aku!""Aku nggak
Baca selengkapnya
77. Bertemu Aldi
Ileana melajukan mobil entah kemana. Sudah setengah jam ia berada di jalan, setelah pergi meninggalkan Davie bersama wanita selingkuhannya di hotel itu. Ia tak tahu harus apa. Dikhianati itu rasanya sangat sakit. Hal inilah yang paling ditakutkan Ileana saat hendak menjalin hubungan serius. Dan sekarang hal buruk itu terjadi padanya. Pria yang ia percaya justru mengkhianatinya.Ileana terus menangis di sepanjang perjalanan. Tak tahu sekarang ini ia melintas di daerah mana. Yang jelas ia hanya ingin berkeliling, menumpahkan segala kesedihannya sendirian.Hingga fokusnya terpecah saat sorot lampu sebuah mobil dari arah berlawanan membuatnya terpaksa membanting setir ke kiri untuk menghindari kecelakaan. Mobilnya sudah berada di tepi jalan. Untunglah dirinya masih diberi keselamatan. Tidak terjadi apa-apa.Ileana mengatur napas sejenak sambil bersandar di kursi. Air mata masih tetap berlinang di pipi. Sampai akhirnya ada suara ketukan dari jendela mobilnya. Ileana menoleh dan langsung me
Baca selengkapnya
78. Ditipu
Saat ini, Ileana sudah hampir tiba di perumahan yang menjadi tempat tinggalnya setelah menikah. Sekitar 50 meter lagi, ia akan melewati pos keamanan yang ada di depan perumahan. Tapi Ileana mendadak menginjak rem karena ada sebuah mobil minibus hitam menyalip dan berhenti tepat di depan mobilnya. Hampir saja body mobilnya menabrak minibus tersebut.Ileana yang masih mengatur napas, justru kembali dikejutkan oleh segerombol pria yang turun dari dalam minibus itu. Mereka menghampiri mobil Ileana dan mengetuk jendela mobil itu, memaksanya untuk segera keluar. Bahkan salah satu dari mereka bersiap memecahkan jendela mobil dengan batu jika Ileana tak mau keluar.Dengan sangat terpaksa, Ileana menuruti permintaan mereka. Meskipun dirinya bisa membela diri, Ileana merasa takut kali ini. Beberapa dari mereka membawa benda tajam yang bisa saja mereka tancapkan ke tubuh Ileana jika Ileana berusaha memberontak."Masuk ke mobil kami!" perintah salah satu pria berkacamata dengan kepala plontos dan
Baca selengkapnya
79. Salah Menilai
Pagi ini, Ileana meminta izin pada Ikhwan untuk pergi menemui Braga. Ia akan berbicara empat mata dengan pria itu. Untung saja Ileana diizinkan oleh Ikhwan. Wanita itu pergi ditemani oleh dua orang suruhan Braga yang selalu berjaga di rumah panggung itu. Ileana tidak sempat bertanya siapa pemilik rumah panggung itu. Lokasinya saat ini pun sudah jauh dari tempat tinggalnya sendiri.Selama di perjalanan, Ileana terus memikirkan sesuatu. Ia lebih banyak melamun sambil menatap ke jendela mobil di sebelah kanan. Sedangkan dua orang pria yang menemaninya duduk di depan.Hingga beberapa jam kemudian, sampailah Ileana di depan sebuah gedung bertingkat, bertuliskan Braga Company. Sudah dapat dipastikan perusahaan itu milik Braga. Ileana turun ditemani dua pria yang mengantarnya ke perusahaan tersebut."Pak Braga ada di dalam, Bu. Anda diperbolehkan masuk," ucap resepsionis yang mengantarkan Ileana sampai ke depan ruangan Braga."Makasih, Mbak."Ileana masuk ke dalam sendirian. Dua pria tadi me
Baca selengkapnya
80. Kembali Pulang
Ileana tiba di rumahnya setelah bertemu dengan Braga dan berkunjung ke pengadilan agama untuk menanyakan perihal perceraian. Ia menaiki taksi untuk sampai di perumahan dan mobil yang sempat ia tinggalkan di dekat perumahan sudah tidak ada.Saat masuk ke dalam, mobilnya sudah ada di garasi. Kemungkinan besar, Davie yang membawanya karena kunci mobil masih tertinggal ketika dirinya dibawa paksa oleh anggota Braga."Sayang!"Seruan Davie membuat Ileana sedikit tersentak. Pria itu langsung berlari menghampiri Ileana dan memeluknya dengan erat. Raut wajah Davie menunjukkan rasa rindu yang teramat besar pada istrinya. Bahkan kondisi Davie saat ini cukup berantakan. Rambut yang biasanya rapi, kini terlihat berantakan dan tubuhnya sedikit bau karena tidak mandi.Ileana yang melihat suaminya begitu kacau pun tampak iba. Ia melepas pelukan sang suami dan membawanya masuk ke dalam rumah."Mas, kita bicara di dalam aja ya," ajak Ileana.Davie hanya mengangguk dan mengikuti langkah sang istri tanp
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status