Apa jadinya jika posisimu berada dalam lingkaran cinta seorang pria yang tidak kau sukai? Contohnya seperti yang ada dalam kisah ini. Ileana Ruby, wanita berusia 27 tahun, bekerja di sebuah perusahaan manufaktur sebagai seorang Engineer. Ileana memang memiliki paras yang cantik, namun cara berpakaiannya jauh dari kata feminim. Dan biasanya, wanita seperti Ileana jarang sekali disukai oleh para pria. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Davie Valerian, pria berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai Human Resource di perusahaan manufaktur milik Ayahnya. Davie begitu tertarik dengan sosok Ileana. Wanita itu mengingatkannya pada seseorang yang telah meninggal saat usianya masih 17 tahun. Penasaran? Simak kisah selengkapnya di sini ya.
View MoreIleana memasuki ruang produksi dengan santai. Jam kerja sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu, namun dirinya harus mengikuti rapat bersama staff engineering lainnya. Di tangan kiri Ileana sudah ada buku berukuran sedang untuk mencatat apa saja yang terjadi di ruang produksi, terutama pada bagian mesin.
Sebelum memulai pekerjaan, tak lupa Ileana menguncir rambut panjangnya ke atas, kemudian menyematkan topi di kepalanya. Pakaiannya seperti anak-anak mekanik pada umumnya. Hiasan wajahnya tampak natural, namun tetap terlihat cantik.Ileana memang dikenal sebagai wanita tangguh. Beberapa staff sering memanggilnya wanita perkasa yang tidak takut pada apapun. Apalagi profesinya saat ini yang mengharuskan dirinya berkutat dengan mesin produksi. Banyak staff yang mengagumi keberanian dan keahliannya itu.Tapi sayang, dalam hal percintaan, Ileana terbilang wanita yang kurang beruntung. Beberapa pria yang dijodohkan dengannya memilih mundur karena sifat cuek Ileana saat berkenalan. Selera para pria jaman sekarang adalah wanita cantik yang berpenampilan feminim. Ileana? Tidak masuk dalam kriteria itu."Ilea!"Ileana menoleh ke belakang. Raut wajahnya langsung berubah datar ketika melihat si pemanggil namanya. Dengusan kecil pun terdengar. Sorot matanya merasa muak melihat pria yang kini ada di hadapannya. Ia memperhatikan pria itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tampak rapi dan kelihatan seperti pria kaya. Hanya saja, pria itu tidak masuk dalam kriteria idaman Ileana."Ada apa?""Ketus banget sih jawabnya," ucap pria itu diiringi senyuman manis.Ileana justru melengos dan tidak menghiraukan pria itu lagi. Ia kembali menatap catatannya yang sudah penuh. Ada beberapa kerusakan mesin produksi yang harus ia perbaiki bersama rekan-rekannya. Tapi ada juga beberapa mesin yang memang harus diganti dengan mesin baru, demi kelancaran produksi serta keselamatan pekerja.Saat hendak pergi, lengannya ditahan oleh pria yang masih setia berada di sampingnya. Dan terpaksa Ileana harus menatap pria itu lagi. "Mau apa lagi? Aku lagi sibuk. Banyak kerjaan yang harus dikerjai. Emang kamu nggak ada kerjaan lain selain ngikutin aku?""Ehm, nggak ada."Ileana mendesah pelan. "Kalau nggak ada kerjaan atau lagi gabut, mending kamu ngopi di kantin. Jangan ganggu aku. Oke?""Aku nggak mau."Ileana menutup mata. Helaan napas lelah pun terdengar. Setelah itu, ia membuka mata untuk menatap pria itu. "Pak Davie yang terhormat, tolong jangan ganggu aku. Kerjaan aku masih banyak. Ini demi kemajuan perusahaan. Paham?""Aku nggak peduli."Habis sudah kesabaran Ileana dalam menghadapi pria keras kepala itu. Wanita itu menepis keras tangan Davie dari lengannya. Sorot matanya mulai terlihat tajam. "Cukup ya. Aku udah capek banget lihat kelakuan kamu. Kita lagi di tempat kerja dan aku harus perbaiki mesin produksi sekarang juga. Tolong, berhenti ganggu aku.""Tapi aku cuma mau ngajak kamu makan siang bareng nanti. Aku harap, kamu nggak akan tolak permintaan aku," ucap Davie dengan wajah sedikit memelas."Aku nggak mau makan siang bareng kamu. Permisi."Davie tersenyum sambil menatap kepergian Ileana. Meskipun berulang kali ditolak, Davie enggan menyerah begitu saja. Menurutnya, mengejar Ileana adalah sebuah tantangan yang besar untuknya. Wanita itu memang sangat sulit untuk digapai. Tidak seperti beberapa wanita yang ia kenal sebelumnya.Pria berusia 30 tahun itu bekerja di perusahaan manufaktur milik Ayahnya. Biasanya, anak dari pemilik perusahaan akan menjadi CEO atau Direktur Utama menggantikan posisi Ayahnya. Tapi tidak dengan Davie. Ia justru memilih menjadi Human Resource karena sesuai dengan jurusannya sewaktu kuliah dulu.Davie memang anak tunggal dan tidak memiliki saudara. Tapi ia bukanlah pria yang manja. Dirinya sudah mandiri sejak remaja dan tidak pernah memanfaatkan kekayaan sang Ayah. Jika Davie menginginkan sesuatu, maka ia akan berusaha sendiri untuk mendapatkannya. Bahkan dalam hal pekerjaan juga seperti itu. Davie masuk ke perusahaan Ayahnya melalui berbagai macam tes serta interview, sama seperti masyarakat biasa pada umumnya saat melamar pekerjaan.Banyak wanita yang mengagumi Davie, namun ia tidak suka menebar pesona sama sekali, kecuali pada Ileana. Sejak pertama kali melihat wanita itu, hatinya langsung tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Itu sebabnya ia selalu mengikuti Ileana setiap saat. Bahkan Davie juga sudah mengetahui tempat tinggal Ileana.Pria bertubuh kekar itu beranjak pergi, membiarkan Ileana menyelesaikan tugasnya sebagai Engineer. Ia tidak ingin wanita itu dipecat secara tidak hormat karena ulahnya yang teramat usil. Davie berjalan masuk ke dalam ruangan. Senyumnya tidak luntur meskipun Ileana sudah memperingatinya untuk berhenti mengganggu wanita itu."Ileana Ruby." Davie duduk di kursinya sambil bersandar dan membayangkan wajah Ileana. "Aku nggak bisa berhenti kejar kamu, Ilea. Kamu terlalu indah untuk disia-siakan. Maaf, tapi aku harus tetap bertahan sampai hatimu menerima kehadiranku."Sementara di tempat lain, Ileana masih sibuk memperbaiki beberapa mesin produksi. Wajah cantiknya tampak berkeringat dan sedikit kotor. Ileana menyeka keringat di dahinya. Pekerjaannya sudah selesai dan beberapa rekan yang lain tampak menguji coba mesin tersebut, apakah sudah berfungsi dengan baik atau belum."Gimana?""Mantap, Ilea. Lo emang bisa diandalkan."Ileana tersenyum tipis sambil membuka sarung tangan yang dipakainya. "Biasa aja loh, Ji. Nggak usah lebay."Jian, salah satu rekan Ileana tertawa. "Oh iya, tadi gue lihat, lo lagi ngobrol sama Pak Davie ya? Dia masih suka gangguin?""Ck!" Ileana mendecak kesal. Ia meletakkan sarung tangannya di atas meja sedikit kasar, kemudian duduk di kursi panjang yang biasa dijadikan tempat istirahatnya. "Iya, Ji. Dia masih aja gangguin gue. Nggak ngerti gue lihat dia itu. Padahal gue udah jutek banget sama dia, tapi nggak mau berhenti."Jian ikut bergabung di kursi itu. "Ilea, kalau menurut gue, lo itu cewek bego tahu.""Kok gue yang bego?""Gimana nggak bego? Pak Davie itu ganteng, tajir, badannya kekar, terus suka sama lo. Tapi lo, malah nggak suka diganggu sama dia," kata Jian penuh semangat.Ileana geleng kepala sambil mendesah pelan. "Ji, lo kan tahu gimana sifat gue. Kita kerja bareng udah lama. Masa lo nggak paham juga? Gue emang paling nggak suka cowok pengganggu kayak dia. Emangnya dia nggak punya kerjaan? Hampir tiap hari loh gangguin gue.""Gue paham. Tapi yang perlu lo tahu, banyak cewek di luar sana yang mau jadi pacar dia. Termasuk cewek-cewek di kantor ini. Cuma lo doang yang nggak mau sama dia. Lo suka tipe cowok yang gimana lagi sih? Udah ada yang sempurna di depan mata aja masih lo tolak. Gimana lagi yang banyak kekurangan?""Jian....""Cewek itu nggak boleh banyak milih," lanjut Jian, seolah enggan mendengar alasan klise yang akan dibuat oleh Ileana. "Kebanyakan milih, entar sampai tua nggak ada yang mau sama lo."Ileana melotot. Merasa tersinggung dengan ucapan Jian. "Maksud lo apa ngomong gitu? Lo doain gue jadi perawan tua seumur hidup?""Bukan maksud gue doain lo. Tapi kalau itu sampai terjadi, salahin diri lo sendiri. Kenapa? Karena lo terlalu banyak milih."20 tahun kemudian….Braga keluar dari rutan sambil membawa tas berisi pakaian dan peralatan mandinya. Setelah 20 tahun lamanya berada di penjara, akhirnya hari ini, Braga bisa menghirup udara bebas.Tampak dari sisi gerbang rutan, seorang wanita, berusia kurang lebih 25 tahun, melambaikan tangan ke arah Braga. Wanita itu sudah terlihat sukses saat ini.Braga tersenyum manis sambil menghampiri wanita itu. Dipeluknya wanita itu dengan penuh cinta dan kasih sayang."Akhirnya Papa bebas juga."Wanita itu adalah Nisaka. Ia sudah tumbuh menjadi anak yang dewasa dan mandiri. Di usianya yang ke 25 tahun, Nisaka sudah memiliki rumah dan mobil berkat kerja kerasnya selama ini. Dukungan Davie dan Ileana juga sangat berpengaruh pada karirnya."Iya, Nak. Alhamdulillah, Papa bisa bebas sekarang. Papa nggak nyangka, kamu udah sebesar ini, Nak. Kamu juga udah sukses sekarang," ucap Braga sambil melepas pelukannya dan menatap wajah Nisaka.Nisaka tersenyum. "Alhamdulillah, Pa. Nisa bisa sampai di titi
6 tahun kemudian….Davie bersama Adinda yang sudah berusia 6 tahun bermain di taman kota, ditemani oleh Ileana dan Nisaka. Sedangkan Bi Tuti sudah meninggal setahun yang lalu, bersamaan dengan meninggalnya Khairil di dalam tahanan karena bunuh diri.Saat itu, Khairil mengalami depresi karena tidak tahan menjalani hukuman di dalam penjara. Ia memutuskan untuk gantung diri di dalam tahanan. Tahun lalu merupakan tahun terburuk bagi Davie dan Ileana. Mereka harus kehilangan dua orang yang disayang sekaligus. Bi Tuti sudah seperti orang tua sendiri bagi Davie dan Ileana. Setelah kehilangan Bi Tuti, Davie dan Ileana sempat terpuruk. Ditambah lagi ada berita tentang Khairil yang juga tewas gantung diri.Tapi semua itu bisa mereka lewati seiring berjalannya waktu. Mereka baru saja mengunjungi Braga dan Nisaka yang sudah beranjak remaja itu pun semakin memahami kondisi Braga saat ini."Tante," panggil Nisaka setelah selesai berlarian dengan Adinda."Iya, Nisa. Ada apa?" tanya Ileana."Nisa mau
Tiga minggu setelah selesai dengan urusan pernikahan Karina dan Jian, Davie mengajak Ileana untuk kembali ke Jakarta. Sedangkan Karina dan Jian masih akan menetap di Bandung untuk beberapa bulan.Davie dan Ileana sudah berpamitan dengan keluarga besar Karina dan Jian. Mereka pulang ke Jakarta menggunakan pesawat.Dan sekitar beberapa jam, mereka tiba di Jakarta. Davie dan Ileana masuk ke dalam taksi yang akan membawa mereka pulang ke rumah.Sesampainya di depan rumah, Nisaka langsung menghampiri mereka. Nisaka sangat merindukan Om dan Tantenya itu. Bi Tuti juga memasakkan makanan spesial untuk menyambut Davie dan Ileana. Mereka makan bersama setelah Davie dan Ileana selesai membersihkan diri."Nisa, kamu mau ikut Om jalan-jalan nggak?" tanya Davie setelah selesai makan."Mau sih, Om. Tapi Om kan baru pulang. Nanti capek loh.""Nggak masalah. Om mau ngajak kamu ke suatu tempat. Kamu pasti seneng.""Boleh deh kalau gitu. Tante juga ikut, kan?" tanya Nisaka pada Ileana.Ileana langsung m
"Oh iya, gimana sama Braga?" tanya Karina setelah melepas pelukannya pada Ileana.Ileana menghela napas panjang. Haruskah ia mengingat kembali nama itu? Ia masih belum sepenuhnya memaafkan kesalahan Braga, meskipun Braga sudah berusaha untuk menebus semuanya. Tapi tetap saja, luka itu masih terasa sampai sekarang."Dia bilang mau nyerahin diri ke polisi. Surat tanah dan rumah punya mendiang Ayah juga udah dibalikin ke aku. Sebelum Ayah meninggal, Braga sempat ketemu sama Nisaka di taman. Mereka main bareng, terus berpisah lagi. Dan di hari yang sama, aku kehilangan Ayah," ucap Ileana lirih.Karina mengusap punggung tangan Ileana. Berniat menenangkannya. "Aku bisa ngerti perasaan kamu. Aku juga mau minta maaf karena sempat dengar obrolan kamu sama Davie. Dari situ, aku sengaja cari tahu soal Braga, siapa dia sebenarnya, dan apa pekerjaannya. Aku sempat kaget waktu baca kasus pembunuhan yang dia lakuin sama Kakak kamu.""Terus, dia juga udah banyak nipu orang. Uang yang dia dapat itu da
Sepulang dari Bogor, Ileana merasakan nyeri yang teramat dahsyat di area perutnya. Ileana sampai membungkuk untuk berjalan masuk ke rumah."Sayang, kamu kenapa?" tanya Davie cemas."Nggak tahu, Mas. Perut aku sakit banget."Davie bisa melihat bulir-bulir keringat sudah bermunculan di kening Ileana. Segera ia menggendong Ileana masuk ke dalam rumah. Merebahkan tubuhnya di atas kasur.Tapi hal yang paling mengejutkan adalah, noda darah di bagian bawah gamis yang dikenakan Ileana saat ini. Noda darah itu begitu banyak dan kental."Sayang, kok baju kamu banyak darah gini?" tanya Davie.Ileana tidak merespon. Davie pun menatap wajah sang istri yang sudah pucat dan tak sadarkan diri. Hal itu tentunya menimbulkan kepanikan tersendiri bagi Davie. Ada apa ini?"Bi! Bi Tuti!" teriak Davie memanggil Bi Tuti.Bi Tuti yang mendengar teriakan Davie pun bergegas masuk ke dalam kamar. "Ada apa, Mas Davie?""Bi, ini Ileana pingsan. Terus ada darah di gamisnya," jawab Davie panik."Ya Allah! Cepat diba
Malam hari, pukul 20.00 malam, Ileana masih termenung sambil duduk di kursi taman. Pemakaman Ikhwan sudah ia laksanakan sebelum hari gelap. Bahkan ia tak sempat menghubungi keluarga Ikhwan yang lainnya, kecuali Aldi dan Diana. Itupun karena Davie yang berinisiatif menghubungi mereka.Ileana seperti tidak memiliki semangat hidup saat ini. Kepergian Ikhwan masih menjadi mimpi baginya. Tidak menyangka akan secepat ini terjadi. Impian hidup bahagia bersama Ikhwan, Davie dan Nisaka lenyap sudah. Padahal Ileana sudah berhasil mengambil surat-surat penting itu dari Braga. Sampai harus mengorbankan Davie untuk sesaat demi Ikhwan."Ayah…." lirihnya.Sedangkan dari arah pintu masuk, Davie berdiri menatap sang istri yang duduk membelakanginya. Davie bisa merasakan kesedihan istrinya saat ini."Om."Davie menoleh ke samping kanan. Ternyata Nisaka juga ikut memandangi Ileana. "Kamu kok belum tidur, Nisa?""Nisa nggak bisa tidur, Om. Kepikiran sama Tante Ilea. Tante kelihatan sedih banget, Om," uja
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments