All Chapters of Karir Melejit Setelah Dicampakkan Suami: Chapter 41 - Chapter 50
126 Chapters
Orang Tua Rendi
Ternyata apa yang dikatakan Rendi kemarin benar. Dia benar benar mengenalkanku pada orang tuanya.Rendi mengajakku ke rumahnya untuk yang pertama kali. Sesampai disana, sungguh ku tertegun dengan besarnya rumah Rendi."Ini rumahmu Ren?""Bukan. Ini rumah orang tuaku." Jawabnya merendah.Ternyata dia berasal dari keluarga kaya. Walaupun demikian namun dia tetap terlihat sederhana setiap hari. Aku bahkan tidak pernah menyangka jika dia berasal dari keluarga berada."Aku akan membangun rumahku sendiri jika sudah berumah tangga, yang pasti dengan uangku sendiri." Ujarnya.Sungguh beruntung perempuan yang akan menjadi istrinya kelak, pikirku. "Ayo masuk. Papa sama Mama sudah menunggu didalam." Ajak Rendi.Setelah kami masuk, benar saja mereka ternyata sudah duduk dikursi yang terbuat dari rotan itu."Jadi kamu yang bernama Reina?" Tanya Papa Rendi. Dia terlihat sangat baik, sama seperti putranya."Iya Om. Saya Reina." Jawabku."Saya Arif, Papanya Rendi. Silahkan duduk Re." Kata Papa Rend
Read more
Sertifikat berhasil di dapatkan
Malam itu, ketika aku hendak memejamkan mata, tiba tiba sebuah telepon masuk. Ku abaikan telepon itu, karena ku yakin itu pasti telepon dari Rendi. Setelah ku abaikan sekali, telepon berdering kembali. Kini ku ambil ponselku lalu kulihat ternyata telepon dari Diki.Kenapa ini anak menelepon? Tinggal menghampiri kesini aja apa susahnya."Kenapa telepon? Tinggal kesini aja tidak memerlukan waktu sepuluh detik." Gerutuku. Kamar kami bahkan bersebelahan, Ada apa dengannya."Aku sedang diluar Kak." Ucapnya kemudian."Diluar? Kapan kamu pergi?""Aku keluar tadi setelah melihat Ibu masuk kamar.""Trus kamu ngapain keluar malam malam? Jika Bapak tau, dia marah lo.""Makanya aku minta Kakak buat jaga jaga. Jangan sampai Bapak atau Ibu tau." "Trus Reza?""Reza udah tidur. Ada guling yang ku selimuti untuk mengelabuhi Ibu dan Bapak jika mereka menengok ke kamar." Lanjutnya."Memang kamu dimana?""Aku diapartemen Mas Yogi. Ratna memintaku datang. Dia bilang akan kasih sertifikatnya sekarang."
Read more
Kedatangan bu Serli
"Hai Ren." Jawabku mencoba setenang mungkin. Aku tidak mau dia berpikir jika aku kecewa padanya."Em, diantar Diki ya Re?" Tanya Rendi kemudian."Iya Ren." Jawabku."Yuk masuk bareng." Ajak Rendi.Aku pun melangkah mengikutinya masuk. Dia sesekali memperhatikanku, seperti ada yang ingin dia katakan."Maaf buat yang kemarin Re. Kamu pasti kecewa ya sama aku?""Em, tidak apa apa Ren. Lupakan saja." Jawabku."Aku akan memastikan kedua orang tuaku untuk menerimamu, juga Reza. Aku janji.""Maaf ya Ren, aku jalan duluan. Banyak berkas yang perlu ku tanda tangani." Jawabku lalu berjalan lebih cepat darinya.Rendi tidak menghentikan atau menghalangiku. Dia tau betul jika kita sedang berada dikantor saat ini. "Ya udah, nanti ku tunggu di kantin saat istirahat." Katanya yang masih bisa ku dengar.Aku tidak menoleh ataupun mengiyakan ucapannya. Aku hanya ingin menjaga jarak dengannya, agar aku tidak merasa sakit hati untuk yang kedua kalinya."Belum tentu orang tuanya menyukaiku kan?" Gumamku.
Read more
Candra Gigih Wijaya
Rendi terlihat sedang menunggu ketika aku berjalan turun dari ruanganku. Dia berdiri di sebelah pintu keluar. "Ayo Re!" Seru Rendi ketika melihatku berjalan ke arahnya."Kamu nungguin aku?""Iya. Mulai hari ini aku akan antar jemput kamu ya." Jawabnya."Tidak usah Ren. Aku bisa berangkat dan pulang sendiri. Banyak taksi juga." Jawabku berusaha menolak niat baiknya. "Kamu tidak suka jika aku antar jemput?"Tanya Dia."Bukan begitu, em aku cuma gak mau merepotkanmu." Balasku."Aku tidak merasa direpotkan Re. Justru aku malah seneng. Bisa lebih dekat denganmu." Ucap Rendi.Rendi kemudian mempersilahkan aku untuk jalan terlebih dahulu menuju mobilnya."Kamu yakin gak ngrepotin?""Egak Re, santai aja." Jawabnya."Oh ya Re, aku dengar Istri Pak Hisyam tadi menemuimu? Apa dia marah lagi sama kamu seperti tempo hari?" Tanya Rendi penasaran."Tidak Ren. Dia justru minta maaf. Dia merasa bersalah karena melabrakku tempo hari." Terangku."Syukurlah. Aku kira dia marah lagi. Berarti dia sudah ta
Read more
Candra Gigih Wijaya part 2
"Oh ya Re, saya dengar kamu juga buka butik ya?" Tanya Bu Serli."Iya Bu. Hanya Butik kecil kecilan." Jawabku."Sepertinya kamu memang perempuan cerdas dan pekerja keras." Lanjut Bu Serli.Candra memandangku lalu tersenyum. Dia selalu terlihat menawan jika tersenyum, dari dulu."Oh ya. Sepertinya kalian sama sama pernah tersakiti oleh seseorang. Tidak ada salahnya jika kalian saling mengenal lebih dekat satu sama lain." Sambung Bu Serli.Dari perkataannya aku dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya ada niat terselubung dari Bu Serli. Mereka bahkan juga mengajak Candra untuk makan bersama."Em, Maksud Bu Serli apa ya?" Tanya pura pura tidak paham. "Em begini Re, Istri saya bilang kamu tidak punya kekasih atau teman dekat. Jadi dia berniat untuk mengenalkan kalian awalnya. Karena ternyata kalian sudah saling menenal, tidak ada salahnya kan untuk kenal lebih dekat lagi? Kalian sama sama singel. Selain itu kalian juga pernah merasakan sakit karena ditinggalkan."Bagaimana aku harus menjawab
Read more
Kedatangan orang tua Rendi
 Hari ini hari sabtu. Seperti yang dijanjikan Rendi, dia akan datang ke rumahku bersama dengan kedua orang tuanya. "Mereka akan datang jam berapa Re?" Tanya Ibu ketika kami sedang sibuk didapur. "Gak tau Bu. Rendi juga gak bilang jam berapa akan datang. Dia cuma bilang akan datang hari ini." Jawabku. Ibu kemudian meneruskan memotong wortel. Dia terlihat sangat bahagia mendengar anaknya sebentar lagi akan melepas status jandanya.  "Kamu udah pernah bertemu dengan orang tuanya kan? Mereka baik kan?" Tanya Ibu. "Em. I_Iya. Mereka baik." Jawabku ragu. Aku tidak berhak menilai sifat orang lain hanya karena pertemuan pertama. Mungkin mereka seperti itu hanya karena syok, pasti aslinya mereka baik, pikirku. "Oh iya. Bagaimana pendapat mereka tentangmu? Pasti mereka bangga ya akan dapat menantu seorang manajer." Lanjut Ibu. Dia merasa bangga denganku.
Read more
Pacar Pura-pura
Malam itu, Rendi berkali kali meneleponku. Dia pasti ingin meminta maaf atas perbuatan orang tuanya.Namun karena sakit hati yang masih terasa hingga saat ini, membuatku harus mengabaikannya."Maafkan aku Ren." Gumamku.Jujur sebenarnya hati ini belum bisa untuk segera melupakanmu. Kamu adalah lelaki baik yang pertama kali ku jumpai setelah aku bercerai. Kamu lelaki yang bisa membuat anakku merasa nyaman saat  bersamamu. Disatu sisi perasaan ini akan tetap tertanam dihatiku. Kamu tidak akan mudah untuk kulupakan. Namun disisi lain, Kamu juga telah membuatku kecewa.Kenapa kamu tidak pastikan tentang keputusan orang tuamu yang mendadak mau berkunjung ke rumahku??? Jika kamu tau mereka hanya ingin menghinaku dan keluargaku, harusnya kamu tidak usah mengajak mereka berkunjung. Itu hanya akan membuat kelu
Read more
Fida meminta maaf
Siang itu ketika aku sedang makan dikantin, Rendi mendatangiku. Dia pasti masih berusaha meminta maaf padaku."Re, aku mohon jangan pergi. Beri aku waktu buat ngejelasin."Kata Rendi ketika aku hendak berdiri."Maafin aku. Aku gegabah dalam bertindak. Aku meminta orang tuaku segera menemuimu juga keluargamu. Aku tidak mau kamu menunggu terlalu lama." Terangnya."Ternyata keputusanku yang buru buru itu membuat semua jadi kacau. Maafin aku Re." Katanya lagi. Aku masih diam. Rasanya percuma saja memintanya agar berhenti menemuiku."Aku tau perlakuan orang tuaku sangat menyakiti hatimu juga orang tuamu. Namun aku janji Re, suatu saat nanti mereka akan menerimamu dengan kedua tangan mereka." Sambungnya."Aku udah maafin kamu Ren. Tapi maaf aku gak bisa seperti ini terus." Ujarku."Maksud kamu? Kamu ingin mengakhiri semuanya?" Tanya Rendi cemas."Iya. Aku ingin kita selesai disini." Jawabku."Bukannya kamu yang memintaku untuk memberimu kepastian?? Sekarang ketika kepastian itu sudah hampi
Read more
Yogi minta rujuk
Sore itu, ketika Candra mengantarku pulag tiba tiba Mas yogi sudah berada didepan rumahku. Ada apa dia kemari? Mungkinkah mau membicarakan soal apartemen??"Siapa dia Wul?" Tanya Candra yang melihat Yogi berdiri menunggu kami."Itu mantan suamiku Ndra." Jawabku jujur."Kalian masih berhubungan?" Tanya Candra heran."Gak juga Ndra. Aku juga heran ngapain dia kesini?" Kami segera menghampiri Mas Yogi. Dia lalu tersenyum melihatku. Tidak biasanya dia tersenyum manis seperti itu padaku."Ada apa Mas? Tumben ke sini?' Tanyaku."Ada yang ingin aku bicakan sama kamu." Lanjutnya.Karena merasa tidak enak dan takut menganggu, Candra kemudian langsung berpamitan."Kalau gitu, aku pulang dulu ya Wul." Pamitnya."Oh. Ya udah gak papa. Makasih ya Ndra." Kataku membuat wajah Mas Yogi penuh tanda tanya.Setelah Candra pergi, Mas Yogi segera mengajakku bicara empat mata."Siapa dia?" Tanya Mas Yogi penasaran."Temanku. Kenapa?" Jawabku."Apa kamu sudah benar benar melupakanku?" Tanya Mas Yogi tiba
Read more
Perasaan Candra
"Aku ikut Mama ke butik ya." Kata Reza setelah medengar aku menelepon Candra."Kamu dirumah aja sama Om ya. Kasian Om Diki kalau tidak ada temannya." Kataku sembari mengedipkan mata pada Diki. Memberi isyarat agar dia menjaga Reza."Iya Za. Om mau pulang aja kalau kamu ikut Mama." Diki mengerti isyaratku."Ya udah deh. Tapi Reza mau beli mainan." Katanya kemudian."Iya. Nanti Mama kasih uang ya." Kataku. Setelah itu aku segera berjalan ke depan ketika mendengar suara mobil berhenti. Aku tidak ingin Diki atau Reza tau tentang Candra terlebih dahulu. Karena jika Reza tau pasti Ibu juga akan tau, dan itu bukan yang aku inginkan sekarang."Udah siap Wul?" Tanya Candra."Udah. Yuk langsung berangkat aja." Ajakku. Candra segera menjalankan mobilnya. Sesekali dia menatapku lalu tersenyum."Kenapa Ndra? Ada yang aneh dengan penampilanku?" Tanyaku."Tidak Wul. Kamu cantik." Pujinya. Aku tersipu. "Ah bisa aja kamu." Setelah lima belas menit perjalanan, akhirnya kami sampai juga di butik.
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status