Semua Bab Setahun Tanpa Sentuhanmu: Bab 51 - Bab 60
214 Bab
51. Video oh Video
Happy Reading*****"Ngapain juga mesti bohong, Yang. Kamu tahu sendiri Mas tadi keringetan. Kalau langsung tidur dan nggak mandi, ya, nggak enak." Riswan mengambil pengering rambut. Berdoa dalam hati semoga Allah mengampuni segala dosanya. Setelah mengeringkan rambutnya, Riswan merebahkan diri di samping sang istri. Sekejap saja, dengkuran halus terdengar oleh indera Risma. Cepat sekali lelaki itu terlelap padahal istrinya ada di sebelahnya, tetapi kehadiran Risma seolah tak pernah ada. Diam-diam perempuan itu mengamati wajah Riswan. "Aku masih nggak ngerti kenapa kamu bisa mengirimkan, chat seperti itu, Mas. Padahal ada seorang istri yang siap melayani segala kebutuhanmu. Mengapa malah mencari sesuatu yang semu?"Lama mengamati wajah suaminya, mata Risma pun meredup. Menutup sempurna, mengistirahatkan tubuh dan pikiran. *****Pagi yang cerah dengan suasana hati yang tak karuan. Risma membereskan semua perlatan masak dan pekerjaan rumah lainnya. Setelah kepergian Riswan untuk beke
Baca selengkapnya
52. Pertengkaran Hebat
Happy Reading*****"Kamu mau ke dengan koper itu, Yang?" Riswan menarik koper dan tas yang di bawa istrinya. Membawanya masuk ke dalam rumah. Pergelangan tangan Risma di tarik juga. Lelaki itu sedikit emosi. Oke, dia memang terlambat pulang tadi karena ada orang yang reserved pada warung sate mereka untuk mengadakan acara. Setengah jam, waktu yang dipakai Riswan menjamu konsumennya. Apakah segenting itu permasalaham mereka hingga Risma akan pergi dari rumah? "Nggak usah tarik-tarik, sakit, Mas. Aku jijik lihat kelakuanmu selama ini." Risma berusaha melepas peganggan tangannya. Dia hampir saja menggigit tangan Riswan seandainya suaminya itu tidak melepas pegangan. Tangan Riswan melepas peganggannya. Bukan karena rasa sakit yang dikeluhkan Risma, tetapi akibat mendengar kalimat terakhir yang terucap tadi. Dia membulatkan mata secara sempurna. "Jijik katamu? Apa yang Mas lakukan hingga kamu tega mengatakannya?" Riswan menatap tajam istrinya. Menghempaskan barang-barang yang dibawa R
Baca selengkapnya
53. Sepi Tanpamu
Happy Reading*****Menghela napas sebentar, Riswan berkata menjawab pertanyaan mertuanya. "Mas, mau keluar kota melihat pembangunan warung sate cabang ketiga, Yah.""Kenapa istrimu nggak diajak saja, Mas? Akan lebih baik jika kamu bepergian dalam waktu yang lama bersama istri." Ada nada khawatir yang ditangkap oleh indera pendengaran dari ucapan Lutfi. "Pengennya ngajak Dik Risma, Yah, tapi takut dia nggak mau dan nggak betah. Di sana, Mas, bakal sering berada di proyek pembangunan. Mengawasi langsung semua tukang-tukangnya." Putra tunggal Fadil itu berharap mertuanya tak bertanya lagi. Dia sudah sangat kesulitan memberikan alasan. "Ya, sudah kalau gitu, Mas. Hati-hati kerjanya. Jaga harga diri dan posisimu sebagai suami. Jangan sampai Ayah denger hal-hal buruk tentangmu," nasihat Lutfi pada menantunya. Setelah mendengar salam perpisahan, sambungan telepon mereka berakhir. Riswan meletakkan ponselnya ke sembarang tempat. Menyandarkan diri pada sofa dan memeijit pelipisnya. Mengapa
Baca selengkapnya
54. Penyesalan yang Tertunda
Happy Reading*****Sore itu bersama dengan Farel, Riswan datang pada kajian Ustaz Fajar. Mereka berdua memang sudah berjanji akan menghadiri kajian itu bersama. Hampir seminggu lebih, suami Risma itu tidak mengikuti kajian-kajian yang diadakan sang Ustaz. Farel menepuk pundak sahabatnya. Mereka kini duduk di teras musala, kajian baru akan dimulai beberapa menit lagi. "Kenapa mukamu kusut banget, Wan? Sejak tadi, aku perhatikan kamu lebih banyak melamun dan menarik napas."Lelaki dengan baju koko berwarna hijau botol itu melirik sahabatnya, menarik napas panjang dan menundukkan kepala. "Risma pergi dari rumah," katanya begitu lirih hampir tak terdengar oleh si dokter. "Apa? Kenapa bisa?" Setengah membentak Farel berkata. Embusan napas kasar kembali dikeluarkan Riswan. "Aku yang salah, Rel. Semua karena tingkah laku burukku sendiri."Sang dokter membalik tubuh Riswan agar menghadap kepadanya. "Jelaskan ada masalah apa sebenarnya?"Ragu-ragu Riswan menatap sahabatnya. Ingin bercerita
Baca selengkapnya
55. Keresahan Hati Risma
Happy Reading*****Di dalam kamar, Risma menghempaskan tubuhnya kasar. Ke depan, perjalanan rumah tangganya akan sangat berliku dan penuh perjuangan. Bukan tak ingin membantu suaminya untuk berubah, tetapi dia ingin mengambil jarak agar Riswan mau merenungi semua kesalahannya. Terpaksa berbohong demi sang suami, Risma merasa bersalah sudah gagal menjadi seorang istri yang baik. Istri yang bisa mengingatkan suami di kala lelaki itu salah jalan. Seandainya, Riswan jujur dari awal pernikahan. Mungkin rasa kecewa dan sakit tidak akan sedalam ini. "Mbak, kamu nggak makan? Ayah sudah nunggu, lho," teriak ibunya daru balik pintu. Risma mengusap air mata yang mulai turun ke pipi. Lalu, menjawab perkataan Rini dengan kata iya. Setelah merapikan penampilan dan membubuhkan sedikit bedak, perempuan itu keluar. Di meja makan, keluarganya sudah berkumpul termasuk adik kesayangannya, Riska. Gadis itu selalu saja terlihat bahagia. Tanpa beban persoalan apa pun. Risma jadi ingin mengulang usia s
Baca selengkapnya
56. Interogasi
Happy Reading*****Tanpa disadari Riswan, sorot mata Fadil selalu mengarah dan mengamati gerak-gerik putra tunggalnya. Baru bertanya hal sekecil itu saja, Riswan sudah kebingungan menjawab padahal lelaki itu, hanya mengarang cerita. Tidak ada seorang pun yang menceritakan tentang pertengkaran keduanya sekalipun dari sahabat terdekat mereka. "Kenapa kamu diam, Mas? Bukankah Risma adalah perempuan pilihanmu sendiri walau kami ikut andil dalam perjodohan kalian. Lalu, sekarang kenapa kamu menyia-nyiakan kehadirannya." Nada suara Fadil mulai meninggi. Di sebelahnya, sang istri mengusap lembut lengan Fadil. Berbisik agar dia bisa mengontrol emosinya. "Mas, Bunda harap kamu segera menjemput istrimu. Ajak dia ke lokasi warung yang baru. Kalau perlu ajak menantu bunda nginep di hotel. Anggap bulan madu kalian yang sempat tertunda karena dulu belum sempat terlaksana." Perkataan Rofikoh terdengar seperti permohonan.Terus terang Riswan belum mampu menyanggupi hal itu. Dia butuh waktu berbena
Baca selengkapnya
57. Pengecut
Happy Reading*****Riswan berteriak pelan di dalam mobil, marah. Namun, dia tetap tak punya nyali untuk turun dan menemui istrinya. Lelaki itu perlahan menggerakkan kendaraannya menjauhi rumah sang mertua. Yakin, istrinya tidak akan pernah berkhianat walau ada rasa cemburu melihat kedekatannya dengan Zikri. "See, lihat sendiri kan? Betapa pengecutnya dia?" kata Risma yang menatap sedih kepergian suaminya. Perempuan itu yakin bahwa mobil putih tadi adalah milik Riswan. Plat nomer yang sempat dilihatnya tadi adalah milik lelaki yang setahun ini tinggal seatap dengannya. Tak berapa lama, istri Zikri keluar bersama dengan putranya. "Pada ngomongin apa kok tegang semua tuh muka?" tanya Ibu satu anak itu. "Ngomongin kapan bisa lihat ayam kencing." Zikri tertawa setelah mengatakannya, demikian juga Risma yang mendengar. Terlihat sekali wajah marah sang istri. "Makin nggak bener aja kamu, Mas." Satu cubitan menderat pada lengan Zikri. "Sakit, Sayang," adu Zikri yang membuat putranya te
Baca selengkapnya
58. Sidang Keluarga
Happy Reading*****Setelah menghubungi besannya, Rini menelepon suaminya."Yah, cepet pulang. Putrimu sudah menceritakan semua masalah rumah tangganya dengan Ibu.""Bu, jangan seperti itu. Aku malu kalau sampai banyak yang tahu," rengek Risma persis seperti masa kecilnya dulu ketika dia sering bertengkar dengan Zikri dan berakhir mengadu pada orang tuanya. "Kenapa mesti malu? Ibu sudah mendidik Mbak dan ngasih bekal sebagai seorang istri yang baik. Walau awalnya memang Mbak itu nggak bisa, tapi sekarang hasilnya cukup memuaskan. Ayah yang sering mencicipi masakan Mbak aja mengatakan hal itu dan beliau cukup puas. Pokoknya Ibu nggak terima. Mas Riswan sama saja dengan meremehkan Ibu jika seperti itu."Risma menepuk keningnya sendiri. Maksud hati agar orang tuanya tidak mengetahui masalah sebenarnya malah berbuntut panjang. Rini mengomel terus, terlihat jengkel sekali pada menantunya dan apa sebenarnya yang diceritakan Risma. Mengapa sampai menyangkut Lutfi yang suka mencicipi masakan
Baca selengkapnya
59. Betapa Baiknya Hati Risma
Happy Reading*****Riswan terpaksa menampilkan senyuman di tengah ketakutan hatinya. Di sebelah kiri Ibu mertuanya, tampak wajah Ayah Risma. Seorang lelaki yang telah menyerahkan putrinya untuk dibimbing dan disayang, tetapi Riswan malah menyia-nyiakan semua itu. Beberapa detik dalam keheningan dan tatapan tajam Rofikoh, Riswan memberanikan diri menyapa. "Assalamualaikum. Ibu apa kabar?" "Waalaikumussalam," jawab Rini dengan tatapan tajam, setajam samurai yang siap menghunus jantung menantunya. "Kami sudah tahu apa permasalahan rumah tangga kalian. Risma sudah menceritakan semua pada Ibu. Tega kamu, ya, Mas. Kenapa nggak ngomong jika memang hal satu itu yang jadi masalah. Ibu bisa kok ngajari Risma biar lebih pinter dan memuaskan Mas."Riswan menelan ludahnya susah payah. Di seberang sana, Rini terus saja mengomel. Tak menjawab atau mendebat apa pun bukan berati dia takut mengakui kesalahan. Namun, Riswan lebih kepada sadar diri bahwa semua terjadi karena salahnya. Lelaki itu patut
Baca selengkapnya
60. Nasihat Rusli
Happy Reading*****Riswan melongo ketika melihat layar ponselnya menggelap. Pasti istrinya itu salah paham lagi mendengar panggilan mesra Fatiya tadi. Riswan juga salah mengapa tak menjelaskan ke mana dan dengan siapa dia saat ini. Baru akan menghubungi sang istri kembali, panggilan Fatiya dan suaminya terdengar. Terpaksa dia mengirimkan chat untuk memberikan klarifikasi pada sang istri. Setelah itu, Riswan beranjak dari duduknya dan menuju restoran bersama dengan dua sahabatnya. Masih belum mendapat balasan, Riswan mengirimkan foto mereka bertiga serta dua putra Fatiya. "Yang, pliss jangan marah, dong. Mas beneran kerja di sini. Nggak ada niat nakal atau main gelap-gelapan kayak kemarin," tulis sang lelaki. "Kenapa gelisah sekali, Wan? Baru juga sehari nggak ketemu istri," goda Fatiya yang mendapat senyuman dari suaminya. "Mama tuh kayak nggak pernah pisah sama Papa aja," jawab Rusli, suami perempuan paling cantik di antara mereka yang duduk di sana. Fatiya mencubit mesra lelak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
22
DMCA.com Protection Status