Все главы KETIKA ISTRI LELAH BERTAHAN: Глава 41 - Глава 50
149
Part 41. Semakin Tak dihargai
"Ya iyalah, Na. Gemas tau liat kamu cuek-cuek aja sama tuh cewek gatel. Enakan dia, udah sukses ngancurin rumah tangga kamu dibiarin bebas berkeliaran." Nabila merajuk. "Trus kalo aku bales akunya dapet apa? Harta yang Raihan miliki juga punya orang tuanya. Maksudmu aku harus merebut Raihan dari perempuan itu? Dan berharap hidup bahagia seperti dulu?" cibir Naomi. "Ya, enggaklah, Na. Paling enggak 'kan bisa nuntasin sakit hati." Nabila semakin gemas. Naomi kembali tertawa pelan. Tak naif, jauh di relung sana ia merasakan sakit hati serta kekecewaan yang luar biasa terhadap Raihan. Namun, untuk membalas perbuatan keduanya rasanya terlalu mubadzir, toh, sekarang juga Raihan sudah menampakkan sesal atau sikap bodohnya. "Itu tak akan lama, Bil. Dengan balas dendam aku hanya akan merasa menang sesaat saja. Emang kamu mau, liat aku jambak-jambakan dengan perempuan itu di tempat umum, atau mungkin aku laporkan perselingkuhan mereka sampai keduanya masuk penjara? Nggak, Bil, aku nggak mau
Читайте больше
Part 42. Naik Jabatan
Raihan semakin menegang. Harga dirinya semakin rendah di mata laki-laki yang berstatus ayah baginya itu. "Apa Papa sadar jika Naomi adalah perempuan keras kepala yang hanya akan mementingkan ego-nya sendiri?" Raihan berusaha mencari pembenaran. "Sikap keras kepala Naomi hanya terhadap sesuatu yang menurutnya benar. Sejauh ini Papa belum pernah menemukan yang terlalu mencolok untuk urusan kerjaan. Dan yang pasti loyalitasnya dalam bekerja tak bisa diragukan lagi," bela Pak Beni. Laki-laki itu tidak sedang mengada-ngada, tapi itu memang fakta menurut penilaiannya. "Karena Naomi tak pernah berani sama Papa." Raihan masih terus berusaha membela diri dan menjatuhkan Naomi di mata sang ayah. "Sudahlah! Keputusan Papa sudah bulat. Papa pastikan Naomi mampu menjabat sebagai manager di sana. Dan jika kau mau tetap di sana, Papa akan meminta persetujuan Naomi."Tak ada lagi yang bisa Raihan lakukan selain menerima keputusan sang ayah. Hanya bisa berharap agar Naomi tidak menempatkannya di p
Читайте больше
Part 43. Masih Ada Cinta
"Iya," jawab Naomi santai. "Kok, bisa, Papa mertuamu mendukung kau bercerai dari anaknya?" Nabila nampak heran. "Iya, Bil. Papa adalah korban perselingkuhan ayahnya. Luka trauma itulah yang membuat Papa saat ini berpihak padaku."Nabila manggut-manggut. Ini kejadian cukup langka menurutnya, di mana sang mertua bahkan bertindak sejauh ini demi memperjuangkan keadilan bagi sang menantu. "Kamu keren, Na. Papa mertuamu sesayang itu ke kamu. Biasanya 'kan para orang tua akan memperjuangkan keutuhan rumah tangga anak menantunya, kecuali bagi yang nggak suka pada sang menantu.""Iya, Bil. Mungkin Papa sama lebih pada berusaha membuat jera Raihan. Yah, kalo aku, sih, ngerasa beruntung banget, makanya aku nggak tega buat menolak keinginan mereka seperti untuk tetap bekerja di perusahaan Papa.""Iya, Na, aku dukung kamu. Buktikan pada Raihan kalo kamu jauh lebih bersinar dari perempuan murahan seperti selingkuhannya."Jam di pergelangan tangan kiri Naomi sudah menunjukkan pukul setengah 10 ma
Читайте больше
Part 44. Antara Cinta dan Benci
Dengan langkah cepat laki-laki itu berjalan menuju keluar kantor, berhenti di parkiran tepat di mana mobil Naomi terparkir. Mobil sedan berwarna merah gelap itu kini ditatapnya dengan senyum menyeringai. Beberapa kali ia menoleh ke sekitar. Memastikan jika tak ada yang melihat aksinya. ***Senja semakin menguning pertanda siang semakin menjauh dan malam mulai memberi tanda untuk datang. Naomi kini menuruni mobilnya ketika dirasa ada sesuatu yang tak biasa terasa mengganggu laju kendaraan roda empat miliknya. "Pantesan," gumam Naomi sembari mengusap kasar wajahnya. Beberapa karyawan yang masih tersisa tampak baru saja meninggalkan area kantor dengan kendaraan masing-masing untuk kembali ke rumah masing-masing. "Ada apa, Na?" tanya Raihan yang tiba-tiba datang dari arah belakang Naomi. "Ngak pa-pa," jawab Naomi singkat seraya merogoh ponsel miliknya. Perempuan itu merasa malas jika harus berhutang budi pada laki-laki itu. Raihan seolah tak mendengar kalimat penolakan yang baru sa
Читайте больше
Part 45. Telepon dari Sena
Raihan berusaha menyemangati dirinya sendiri. Meski cemburu terus mendominasi isi kepalanya. "Aku hanya perlu membalas perbuatan naomi dengan hal serupa."Raihan terus meracau hingga dering ponsel membuatnya memalingkan pandangannya ke arah benda pipih itu. "Sena," gumam Raihan dengan dahi berkerut. Perlahan ia memelankan laju kendaraan roda empat miliknya agar berjalan melambat. Rasa kesal terhadap Sena begitu pekat terasa, namun rasa penasaran tiba-tiba menyelimuti hatinya. Pun dengan cinta yang belum seutuhnya hilang. Ya, cinta untuk perempuan itu masih ada, meski tergerus rasa benci atas pengkhianatan Sena. Beberapa saat Raihan berpikir tentang maksud Sena menelpon sambil menatap layar ponsel yang berada di sampingnya hingga dering telpon berakhir. "Mungkin Sena hanya ingin mengabarkan jika ia akan menikah dengan laki-laki itu," tebak Raihan. Tak lama setelahnya ponsel Raihan kembali berdering nama penelpon yang sama, Sena. Cepat laki-laki itu menggeser tombol dial pada lay
Читайте больше
Part 46. Apakah kau masih mencintaiku?
Perempuan itu tak menjawab, ia kemudian bangkit berjalan mengekor di belakang Raihan. Raihan melajukan kendaraannya lalu berhenti di sebuah masjid tak jauh dari tempat ia menjemput Sena. Tempat yang ia rencanakan untuk melaksanakan 3 rakaman shalat magribnya kali ini. Satu per satu jamaah masjid ke luar setelah baru saja usai melaksanakan salat, hingga yang tersisa satu dua orang saja di dalam sana. "Kau mau ikut turun?" "Tidak, aku akan shalat setelah sampai rumah saja." Sena beralasan. Ia tak ingin wajah sebabnya menarik perhatian jamaah lainnya. Lagi pula ia bahkan sangat jarang melaksanakan shalat, apalagi di tempat suci ini. Raihan hanya mengangguk samar. Setelahnya laki-laki itu melangkah ke luar dan kembali ke mobil 10 menit setelahnya. Sejak kepergian Naomi dari rumah, Raihan merasakan jika kewajibannya terhadap Yang Kuasa semakin tak beraturan sebab tak ada lagi yang mengingatkannya persis saat masih bersama Naomi. Raihan hanya rutin melakukan salat magrib saja, seolah
Читайте больше
Part 47. Kita Harus Menikah
Hening beberapa saat. Raihan menatap lekat wajah perempuan yang mampu membuatnya abai terhadap istrinya sendiri. Sedangkan Sena, perempuan itu terharu dengan apa yang baru saja Ia dengar. "Abang serius?" tanya Sena dengan bibir bergetar. Semula ia pikir Raihan akan abai terhadapnya, atau mungkin sangat membencinya setelah apa yang telah ia lakukan pada laki-laki itu. Namun nyatanya tidak, Raihan masih begitu mudah untuk ditaklukkan, meski kali ini ia memang berkeinginan kuat untuk meninggalkan Ilham. Ya, laki-laki itu tak pantas untuk diperjuangkan. "Dengan syarat, kita harus menikah," ucap Raihan sambil menatap tepat pada kedua bola mata perempuan di sampingnya itu.Entah apa yang baru saja dikatakan laki-laki itu. Dengan mudah ia mempercayai perempuan yang pernah menghianatinya.Apakah karena cinta? Sepertinya bukan sepenuhnya cinta, melainkan karena nafsu, sekaligus ingin menunjukkan pada Naomi jika dirinya pun bisa bahagia dengan perempuan lain selain Naomi. "Apa aku tak sala
Читайте больше
Part 48. Kau Akan Menyesal
"Tolong biarkan aku bebas dari semuanya kecuali dalam urusan pekerjaan. Aku sama sekali tak lagi ada hubungannya dengan keluarga kalian lagi. Hubungan aku dan Papa dan Mama-mu tak lebih dari hubungan bos dan anak buah saja." Naomi berusaha tenang, meski rasa muak memintanya mengusir laki-laki itu sesegera mungkin. "Kumohon, Na. Tolong aku untuk kali ini." Raihan masih terus merengek. "Apakah jawabanku barusan belum begitu jelas?" Suara Naomi mulai kesal. "Jika tak ada lagi yang perlu dibicarakan, silakan lanjutkan pekerjaan di meja kerjamu!"Ujung kalimat Naomi membuat Raihan tersulut emosi. Niatnya semula untuk membujuk Naomi dengan cara baik-baik kini berganti rasa kesal yang menggumpal di dada. "Kalau kau tak ingin membantuku kenapa kau tak mundur saja dari pekerjaan ini. Bukankah jabatan ini harusnya menjadi hak-ku sebagai anak dari pemilik perusahaan ini?!" Raihan mulai kehilangan kendali. "Oh, aku tau, kau pasti masih sangat mencintaiku hingga sebegitu dendamnya terhadap aku
Читайте больше
Part 49. Kita Hanya Butuh Waktu
Raihan baru saja pulang dari kantor. Laki-laki itu memarkirkan motor miliknya di halaman rumah sederhana yang mereka sewa 3 bulan terakhir ini. Ya, semenjak Raihan menikah dengan Sena semua fasilitas yang telah Pak Beni berikan pada Putra bungsunya itu kembali ia tarik. Rumah yang selama ini ditempati Raihan sebagai kado pernikahan nya dengan Naomi dulu turut diambil oleh Pak Beni dengan alasan Sena tak memiliki hak atas rumah itu. Pun dengan kendaraan roda empat yang selalu digunakan Raihan. Kini sepasang pengantin baru itu terpaksa menyewa sebuah rumah sederhana berukuran kecil untuk tempat tinggal mereka. "Bagaimana? Apakah perempuan itu bersedia untuk meminta Papa mengembalikan semua fasilitas yang Abang miliki dulu?" Belum sempat Raihan masuk ke rumah, di muka pintu Sena sudah memberondongnya dengan pertanyaan yang membuat lelah di tubuhnya menjadi berlipat. "Belum juga masuk rumah, masak
Читайте больше
Part 50. Tak Peka
"Makanya cepetan cari? Jangan sampai keduluan Naomi lagi, lho." Naomi terkekeh, sedangkan Faiq sedikit terbatuk mendengar kalimat Naomi barusan. Cepat laki-laki itu meraih botol air mineral kemasan kecil di hadapannya lalu meneguknya hingga separuhnya. "Emang udah punya calon baru?" tanya Faiq dengan perasaan getir. Naomi tak menjawab, bahkan tawa perempuan itu semakin kencang terdengar. "Kenapa malah tertawa? Abang nanya serius, Na!" tatapan mata Faiq menatap lekat wajah cantik perempuan di hadapannya itu."Ya, enggaklah, Bang. Naomi cuma bercanda kali." Naomi tersenyum geli. "Kau yakin?" kejar Faiq dengan rasa penasaran. Langit terlihat menghela nafas panjang. Wajah yang tadi terlihat ceria kini berubah sedikit muram. "Naomi juga tak tahu sampai kapan Naomi akan seperti ini, yang pasti untuk memulai kembali kehidupan berumah tangga rasanya begitu berat. Naomi taku
Читайте больше
Предыдущий
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status