Tak ingin terlihat bodoh karena kelihatan panik, ia segera memasuki mobilnya. Lalu, melaju meninggalkan panti.“Pengecut,” rutuknya. Ia merasa membenci dirinya sendiri.Fatih terus melajukan mobilnya dengan perasaan was-was. Sementara ponselnya terus berdering, pihak kafe yang sudah ia pesan meminta konfirmasi.“Maaf, pemesanan saya batalkan,” ucapnya pada pemilik kafe. Ia menepikan mobil, mencari jalan keluar agar masalah segera terselesaikan.Buntu. Tak satupun cara yang singgah di kepalanya meski sudah mencoba berpikir keras.Akhirnya ia memutuskan pulang.“Pengecut, selamanya kamu bakal jadi pecundang, Fatih,” rutuknya pada diri sendiri. Menyesali keputusan yang baru saja ia ambil. Tetapi juga merasa beruntung. Sebab, ia bisa menghindari kedua wanita itu dalam waktu bersamaan. Fatih membayangkan kemungkinan terburuk seandainya mereka bertemu dalam satu waktu dengan menatap pria yang sama.“Sudahlah. Begini lebih baik, daripada bertemu terus keduanya jadi salah paham, lebih baik ja
Magbasa pa