All Chapters of REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU: Chapter 21 - Chapter 30
70 Chapters
MELABRAK FINA 2
Fina diam. Terpaku menatapku beberapa saat tanpa berkedip, kemudian dia menggeleng kuat-kuat. Aku bisa melihat perubahan raut di wajahnya. “Tidak. Saya tidak pernah memiliki hubungan khusus dengan Pak Bima!”Aku tersenyum simpul, jawaban yang Fina berikan sudah bisa kuperkirakan. Pasti Fina tidak akan mengakui hubungan gelapnya dengan suamiku. Seperti yang kukatakan tidak ada maling yang mengakui perbuatannya. Namun, aku tidak akan percaya begitu saja pada Fina.“Saya sudah tahu semuanya, Fin. Kamu jujur saja karena saya lebih menghargai kejujuran walaupun itu menyakitkan daripada kebohongan untuk menutupi keburukan. Kalau dengan cara halus kamu tidak mengaku, dengan terpaksa saya akan gunakan cara kasar."Fina menggeleng lagi. Aku merogoh ponsel dari dalam tas, membuka galeri dan menunjukkan video yang kudapat dari ponsel Mas Bima pada Fina. Kemarin, sebelum Mas Bima meminta kembali ponselnya aku sudah sempat mengirim video serta tangkap layar pesan dari Fina ke ponselku, yang ada d
Read more
ALIBI SI PENGHIANAT
Aku mengulas senyum mendengar jawaban Fina. Rupanya sulit juga membuat pelakor mengakui perbuatannya, padahal sudah jelas bukti ada di depan mata. “Lalu panggilan sayang itu kamu tujukan untuk siapa? Saya mendengar dengan jelas bahwa kamu memanggil suami saya dengan panggilan mesra pagi itu lewat sambungan telepon.”“Itu pun bukan saya, Bu. Saya berani bersumpah saya tidak pernah memanggil Pak Bima demikian. Juga mengenai video ini, saya tidak pernah mengirimnya dan saya tidak pernah memiliki video seperti itu.”"Bila Ibu melihat kemarin Pak Bima bersama saya di mall. Itu karena kami sedang menemui klien, setelah pertemuan itu saya ingin membeli tas untuk hadiah seorang teman. Saya sudah meminta Pak Bima untuk pulang terlebih dahulu, tetapi beliau malah menunggu saya."Haruskah aku percaya pada Fina? Dia berani bersumpah demi menghindari sebuah kebenaran dari penghianatan. Benar-benar sandiwara yang totalitas. Pantas saja banyak istri sah yang akhirnya nekat, ternyata pelakor selain
Read more
SEKRETARIS MISTERIUS
Jam bulat yang tergantung di dinding kamar sudah menunjuk angka satu dini hari. Aku belum terlelap sebentar pun, dari tadi hanya bolak-balik posisi saja. Kepalaku sedang penuh, sekadar untuk mengistirahatkan badan pun rasanya sulit. Di sebelahku Mas Bima sudah lelap. Suara dengkur halusnya seperti bersahutan dengan suara detik jam dinding yang terus bergerak memangkas waktu kegelapan. Aku menatap wajah Mas Bima. Wajah tampannya terlihat tenang dan polos saat tidur seperti ini. Sebenarnya kamu selingkuh dengan siapa, Mas? Siapa perempuan yang kamu sembunyikan di balik nama Fina? Kuncinya ada di ponsel Mas Bima. Aku beranjak dengan hati-hati dari tempat tidur, gerakan kubuat sehalus mungkin agar tidur Mas Bima tidak terganggu. Aku mengambil ponsel kami yang diletakkan bersisian pada nakas. Dengan hati-hati aku membuka pintu dan melangkah ke luar dari kamar. Aku sampai di ruang tengah, tanpa menyalakan lampu aku duduk di salah satu sisi sofa. Semoga Mas Bima tidak terbangun dan mencar
Read more
SEKRETARIS MISTERIUS 2
Sepertinya aku harus mengutus seseorang untuk membuntuti Mas Bima. Perasaanku mengatakan dia tidak akan pergi jauh. Aku segera mencari nomor telepon Rudi, salah satu orang kepercayaan Papa. Bersyukur walaupun kemarin aku menolak tawaran Papa, orang tuaku itu tetap memberi kontak telepon orang-orang kepercayaanya. Sangat bermanfaat dan membantu untuk saat seperti ini. Aku menelepon Rudi. Tidak perlu menunggu lama, panggilanku langsung mendapat jawaban pada nada sambung pertama. Kemudian terdengar suara pria mengucap salam dari ujung sambungan telepon. "Halo. Selamat pagi, Bu Meswa."Ini adalah pertama kalinya aku menghubungi Rudi, tetapi dia sudah tahu kalau ini nomor teleponku. Pasti Papa yang memberi tahu padanya. "Selamat pagi, Rud.""Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Rudi dari ujung sambungan telepon. "Baru saja suami saya bilang hendak pergi ke Surabaya, tetapi lewat GPS yang saya lacak arahnya tidak menuju ke Surabaya. Saya mau minta tolong sama kamu.""Apa yang harus saya
Read more
SEKRETARIS MISTERIUS 3
"Hei, rupanya kamu yang datang. Masuklah!"Jangan heran dengan sambutan Pak Anton saat melihatku datang. Pria usia lima puluhan ini sudah bekerja sejak kantor Papa masih merintis dari bawah. Jadi kami sudah sangat akrab, bahkan Pak Anton memperlakukan aku seperti anaknya sendiri. Di usianya yang sudah lanjut, Pak Anton masih bekerja di kantor Papa sebab dia hanya sebatang kara. Istri Pak Anton meninggal empat tahun yang lalu, sementara dari pernikahan itu Pak Anton tidak memiliki anak. Pak Anton punya masa lalu yang kurang mengenakkan sehingga dulu dia pergi dari rumah orang tuanya. Pak Anton muda merantau ke ibu kota, menggelandang di jalanan dan mengamen untuk bertahan hidup, saat itulah secara tidak sengaja beliau bertemu dengan Papa saat mobil yang ayahku kendarai macet. Pak Anton membantu Papa memperbaiki mobilnya, melihat potensi diri pada Pak Anton akhirnya Papa menawarkan Pak Anton untuk ikut dan bekerja dengan Papa. Kabar yang kudengar orang tua Pak Anton pun sekarang suda
Read more
MENDATANGI HOTEL
[Hotel Mulia Senayan. Lantai 6 kamar no 666.]Pesan dari Rudi baru saja kuterima beberapa menit yang lalu. Dia yang kutugaskan mengikuti Mas Bima ternyata bisa diandalkan. Aku melirik jam dinding, sudah pukul sepuluh malam. Walaupun sudah hampir larut tidak membuat tekatku surut untuk mendatangi tempat Mas Bima berada sekarang. Buru-buru kuraih kunci mobil. Akan kudatangi hotel itu dan melihat langsung apa yang Mas Bima lakukan di sana. Mungkin hari ini bisa kubuktikan dengan mata kepala sendiri perselingkuhan mereka.“Bik, titip anak-anak, ya! Saya mau keluar sebentar,” pamitku pada Bik Marni yang baru saja keluar dari kamar anak-anak.“Mau ke mana, Bu malam-malam begini?”“Ada urusan peting. Enggak lama.”“Biar saya panggilkan Mang Udin ….”“Eh, enggak usah. Saya nyetir sendiri saja, Bik. Enggak jauh, kok.”Tanpa menunggu jawaban Bik Marni aku segera berlari menuju mobilku. Aku menjalankan kendaraan dengan kecepatan sedang. Walaupun di buru rasa ingin tahu dan penasaran, tetapi ak
Read more
TIDAK CINTA
Ketika aku baru saja sampai di rumah, terlihat mobil Mas Bima sudah terparkir di tempat biasanya. Cepat juga geraknya, sekarang sudah berada di rumah. Aku turun dari mobil, terlihat Mas Bima membuka pintu rumah dan kini berdiri di teras menatap tajam padaku. Dengan langkah mantap aku berjalan melewati Mas Bima begitu saja, tidak kupedulikan ke beradaannya. Aku melenggang masuk ke dalam rumah.“Ke mana dulu, kenapa lambat sampai rumah?” Muak sekali aku mendengar pertanyaannya yang terkesan perhatian itu.Kuhiraukan begitu saja. Aku meneruskan langkah ke kamar, rumah sudah sepi pasti semua penghuninya sudah terlelap. Terdengar decakan marah dari Mas Bima, sebelum aku membuka pintu kamar dia tiba-tiba mencengkeram lenganku dengan kuat dan menahan langkahku yang hendak masuk ke kamar.“Aku bertanya! Kenapa enggak jawab, punya kuping, kan!” tanyanya dengan mata melotot dan rahang mengeras.Sorot mata Mas Bima itu terlihat mengerikan seolah ingin menelanku hidup-hidup. Aku yang sedang kaca
Read more
SEBUAH GAMBAR USANG
"Kita bercerai dan aku akan bawa anak-anak!" tegasku."Kamu sadarkan kamu itu cuma ibu rumah tangga. Kamu mau cerai dari aku lalu kembali ke rumah orang tuamu? Enggak malu jadi beban mereka? Atau kamu mau jadi gelandangan? Cih, suram masa depan anak-anakku kalau ikut bersamamu!" "Sombong sekali kamu, Mas!""Memang kenyatanya sekarang begitu. Okelah dulu jabatanmu lebih tinggi, tapi sekarang? Aku manager dan sebentar lagi akan duduk di jajaran direksi. Jadi kuharap kamu cukup sadar diri, Meswa."Pandanganku menangkap seulas senyum meremehkan tersungging di bibir Mas Bima. Kukepalkan tangan di samping tubuh sambil melihatnya dengan rasa benci yang tidak kusembunyikan. Mas Bima yang kini tengah berada di posisi atas dalam pekerjaan merasa sudah paling hebat dan berjaya. Seolah melayang di atas angin, sombong sekali. Tidak ingat asal usulnya yang dari bawah. Dia begitu yakin dengan jabatannya saat ini, padahal banyak hal dan kenyataan yang belum diketahui. Seandainya kamu tahu, Mas apak
Read more
AMARAH MESWA
Aku bangun agak terlambat pagi ini. Semalam aku baru bisa tidur selepas solat subuh. Aku ke luar dari kamar kerja, langsung ke dapur. Di meja makan sudah tertata menu sarapan dan bekal anak-anak. Semua ini yang menyiapkan tentu saja Bik Marni.“Ibu sudah bangun? Mau langsung sarapan, Bu?” tanya Bik Marni yang baru muncul dari arah depan.“Saya dari kamar anak-anak menyiapkan untuk berangkat sekolah. Tadi Ibu belum bangun,” lanjutnya yang membuatku lega.Selama ini untuk urusan anak-anak aku selalu turun tangan langsung. Mulai dari membangunkan tidur di pagi hari, memandikan, membuatkan sarapan sampai mereka di antar oleh Mang Udin ke sekolah aku yang menyiapkan segala keperluan mereka.“Terima kasih, Bik. Saya agak kurang enak badan jadi kesiangan. Sekarang anak-anak mana?”“Morning, Mama,” seru dua putriku yang baru saja muncul di dapur. Bella dan Raya sudah rapi mengenakan seragam sekolah. “Morning, Sayang. Yuk, sarapan dulu!” kataku dengan mengulas senyum.Aku menggiring keduanya
Read more
KEJUTAN (POV BIMA)
Pagi ini sebelum ke kantor aku terlebih dahulu mendatangi rumah Erina. Semalam aku langsung pergi dari hotel meninggalkan dia seorang diri. Aku mengejar Meswa yang entah bagaimana bisa tiba-tiba mengetahui keberadaanku dan menyusul ke hotel padahal aku sudah katakan pergi ke Surabaya.Mobilku baru saja berhenti di depan bangunan mewah, saat itu juga muncullah wajah cantik Erina yang tersenyum dari balik pintu. Aku turun dari mobil dan langsung disambut dengan Erina yang melingkarkan sepasang lengan dengan kulitnya yang halus dan lembut pada. Aroma jasmine menguar memanjakan indera penciumanku.“Kelihatannya kamu murung, Sayang? Apa yang terjadi tadi malam dengan istrimu? Kamu menyesal karena dia sudah mengetahui hubungan kita? Harusnya kamu senang, karena dengan begitu kalian bisa segera berpisah lalu kita menikah,” bisik Erina manja.“Dia marah dan kami bertengkar sampai pagi ini.”“Bagus! Jadi kapan kalian akan bercerai?” Erina kelihatan sangat bersemangat mendengar aku ribut dengan
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status