Semua Bab Bercak Darah di Seprai Adikku : Bab 11 - Bab 20
50 Bab
Part 11
“Lancang kamu mengatai suami kamu lalat dan mengusir aku dari rumah ini?!” Dia kembali mengangkat tangannya hendak menampar, akan tetapi dengan sigap kutangkis tangan tersebut lalu memelintirnya dengan sekuat tenaga.“Jangan terus sakiti hati dan fisik aku, karena Velly sekarang bukan seperti Velly yang dulu. Mataku sudah terbuka dan tidak akan lagi bucin juga nurut sama kamu. Aku juga sudah tidak lagi takut sama kamu, Mas!” Menendang senjata pamungkasnya lalu segera masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari dalam.***Suara alarm di ponsel terus menjerit-jerit, membangunkan diriku dari istirahat malam. Gegas membuka mata, mengerjap-ngerjap sambil mencoba mengumpulkan informasi yang aku bawa dari alam mimpi.Tidak lupa juga membaca doa setelah tidur dan segera turun dari tempat peraduan untuk memulai aktivitas seperti biasa.Kebetulan hari ini sedang kedatangan tamu bulanan, sehingga aku bisa langsung berjibaku di dapur walaupun jarum pendek jam masih menunjuk ke angka 04:30 pagi.Sep
Baca selengkapnya
Part 12
“Ada apa, Vel?” tanya Pak Bahrudin saat melihatku sedang duduk terpekur sambil memijat pelipis.“Mas Bima datang ke rumah. Aku takut dia membawa anak-anak pergi. Apa saya boleh izin libur hari ini, Pak? Kalau tidak begini saja, saya bawa berkas-berkas yang harus saya selesaikan dan akan saya kerjakan di rumah. Saya mohon pengertian Bapak, sebab saya begitu mengkhawatirkan anak-anak.” Aku berujar sambil menahan air mata yang sudah menggelayut di pelupuk. Semoga saja pak bos mengizinkan.Pak Bahrudin menghela napas dalam-dalam, menatapku sekilas lalu berlalu begitu saja dari hadapanku tanpa berkata sepatah kata pun.Ya Allah, Pak. Aku pikir Bapak seorang pria berhati malaikat. Ternyata sama saja dengan Mas Bima. Tidak ada pengertiannya sama sekali.“Ayo kita jalan sekarang. Jangan buang-buang waktu. Nanti keburu suami kamu pergi membawa anak-anak!”Aku mendongak menatap pria yang berdiri mengenakan jaket di hadapanku, menerbitkan senyuman sambil menitikkan air mata bahagia.Ah, ternyata
Baca selengkapnya
Part 13
Makanya jangan macam-macam sama aku, Mas. Karena aku juga bisa melakukan hal yang lebih kejam dari yang kamu bayangkan.“Sekarang sebaiknya diapakan laki-laki ini, Mbak?” Pria berkaus merah bata bertanya kepadaku sambil menarik kerah baju suami.“Bawa dia ke kantor polisi. Saya akan menuntut dia karena kasus pencurian juga perzinaan!” lugasku membuat mata Mas Bima membola tidak percaya. Dia berusaha melepaskan diri, akan tetapi dengan sigap para warga memasukkan dia ke dalam mobil.Imelda sudah ada di kantor polisi ketika aku dan Pak Bahrudin sampai. Perempuan yang sudah dibesarkan oleh aku serta Mama dengan penuh kasih sayang itu langsung menghampiri, hendak menyerangku tapi, dengan cekatan kutangkis tangannya, memelintirnya sekuat tenaga sampai dia meringis kesakitan.“Sakit, Velly. Kamu sudah tidak waras ya?” sungutnya muntap.“Itu tidak sebanding dengan apa yang sudah kamu lakukan, Imel!” Melepaskan tangannya dengan kasar hingga ia terhuyung dan hampir terjatuh.“Sejak awal Mas Bi
Baca selengkapnya
Part 14
“Kamu hamil anak Mas Bima, Imel?”“Iya, Mbak. Makanya aku mohon banget, tolong cabut tuntutan Mbak. Aku nggak mau Mas Bima dipenjara. Kasihan calon anakku, Mbak. Dia butuh sosok ayahnya.”Aku beringsut mundur beberapa langkah, membanting bokong di sofa lalu menatap tajam wajah Imelda yang sudah basah oleh air mata.“Anak kamu butuh sosok seorang ayah? Terus, bagaimana dengan anak-anakku, Imel. Mereka juga butuh ayahnya, tapi dengan tega dan tanpa perasaan kamu merebut Mas Bima dari mereka. Sudahlah. Kamu nikmati saja hidup kamu sekarang. Sepertinya lebih baik kita sama-sama tidak memiliki Mas Bima!” sengitku kemudian.“Anak aku sama anak Mbak itu beda. Mas Bima itu tidak sayang sama Danis dan Dariel. Sedangkan sama anak ini, dia pasti akan sangat menyayanginya karena kami membuatnya dengan penuh cinta!” sanggahnya begitu menusuk.“Bukan dengan cinta. Tapi nafsu. Kasihan juga nanti anak kamu karena tidak bisa dinasabkan dengan Mas Bima, sebab terlahir tanpa ikatan pernikahan. Lagian ka
Baca selengkapnya
Part 15
Jangan-jangan dikira aku ada hubungan spesial dengan Pak Bahrudin dan dia berniat menggoda laki-laki itu. Semoga saja bosku itu tidak tergoda. Kasihan jika sampai terjerat cinta palsu Imelda. Meletakkan gawai di atas nakas, membersihkan wajah lalu mengusapkan krim malam agar mukaku terlihat glowing. Mumpung anak-anak sedang bermain dengan Mbak Narti bisa sedikit memanjakan diri. Dulu ketika masih ada Mas Bima di rumah ini, dia itu selalu mengomel jika aku berlama-lama di depan cermin. “Kamu mau seharian di depan kaca juga tetep aja jelek, Velly. Nggak usah sok-sokkan merawat diri deh. Percuma!” omelnya selalu. Dia memang terkadang aneh. Menuntut aku untuk terlihat cantik, tetapi tidak memberi waktu untuk perawatan. Apalagi jika dimintai uang untuk membeli skincare. Ah, sudahlah Velly. Lupakan yang sudah berlalu. Lebih baik sekarang memikirkan masa depan kamu dan anak-anak. Setelah selesai memanjakan diri. Kini saatnya kembali bermain bersama kedua buah hati. “Lagi pada ngapain?
Baca selengkapnya
Part 16
Hingga tanpa terasa jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka sepuluh malam. Pria bertubuh tambun tersebut segera pamit undur diri kepada sang tuan rumah.“Besok saya ke sini lagi jam sembilan pagi. Anak-anak harus sudah siap ya? Biar mainnya agak lama di rumah!” pesan Bahrudin seraya masuk ke dalam mobil.Velly menjawab dengan anggukan kepala lalu melambaikan tangan saat mobil sang bos mulai bergerak meninggalkan pekarangan rumah. Ia kemudian lekas masuk ke dalam. Menyuruh anak-anak segera tidur karena sudah terlalu malam.Suara cericip burung di pagi hari menjadi alarm yang membangunkan perempuan berusia tiga puluh tiga tahun itu.Bergegas dia menyibak selimut, membuka tirai serta jendela membiarkan segarnya udara pagi masuk ke dalam bilik.Dariel serta Danis sudah duduk di tengah-tengah ranjang, begitu semangat ingin bermain ke rumah Bahrudin.“Mama, Papa sudah datang?” tanya Dariel sambil mengucek mata.“Papa?” Velly menatap si sulung dengan mimik bingung. Sebab selama hidupnya, Da
Baca selengkapnya
Part 17
“Oh, ya?”“Kenapa? Cemburu? Sakit hati karena semua laki-laki yang mendekati kamu ternyata lebih tertarik sama aku, Velly. Wajar dong. Aku ini cantik. Humble. Nggak kaya kamu. Sudah jelek, culun lagi!”Velly mendongak menatap sengit wajah adik tirinya.“Kenapa? Marah? Lihat. Ini perbuatan Mas Rudi semalam. Tua-tua ternyata dia hot juga loh, Vell. Aku aja ampe kewalahan meladeninya.”“Kamu lagi ngehalu, Imel? Kamu tahu, semalam Pak Bahrudin di rumah aku sampai malam. Bahkan ketika kamu menggoda dia lewat video call, beliau lagi sama aku. Ternyata kamu semurahan itu, ya Mel. Mengobral tubuh secara gratis kepada setiap lelaki. Menjijikkan.”Imelda mengepalkan tangan di samping tubuh. Merasa malu sendiri karena berniat memanasi hati Velly tapi malah hatinya sendiri yang hangus terbakar.***POV ImeldaAku segera keluar dari ruangan Velly sambil menahan kesal karena berusaha mempermalukan dia malah ternyata aku yang dipermalukan.Keterlaluan si tua bangka itu. Sok alim banget. Susah digoda
Baca selengkapnya
Part 18
Bukankah cinta itu rela berkorban dan tidak harus memiliki?Setalah kehilangan keremajaan, entah mengapa aku merasa bebas melakukan apa saja. Bahkan jiwa petualangku terus saja mendesak agar aku melakukannya lagi dan lagi, sampai setiap malam melakukannya dengan Mas Bima tanpa sepengetahuan Velly.Pun ketika menemui kolega Pak Haidar. Aku rela diajak menginap di hotel, karena selain proposal yang diajukan disetujui aku juga mendapatkan uang jajan yang cukup fantastis. Lima puluh juta rupiah sekali kencan.“Mbak, sudah sampai!” ucap driver ojek online menarikku dari lamunan.Aku segera melepas helm, menyodorkan selembar uang dua puluh ribuan kemudian lekas masuk ke dalam.Di lobi tanpa sengaja aku berpapasan dengan si tua bangka, dan seperti biasanya dia memalingkan muka seolah sedang berpapasan dengan makhluk astral.Namun bukan Imelda kalau tidak memiliki seribu cara. Sengaja kutabrak pria gendut itu, berharap dia menolongku saat terjatuh, meminta maaf lalu berlanjut dengan makan mal
Baca selengkapnya
Part 19
“Bapak tidak bisa seenaknya memecat saya begitu. Itu masalah pribadi, dan tidak bisa disangkut pautkan dengan urusan kantor!” protesku tidak terima.Pasti ini ulah si tua bangka dan Velly. Mereka berkonspirasi untuk membuat Pak Haidar memecatku. Licik sekali cara mereka.“Saya tidak mau dikeluarkan begitu saja dari perusahaan ini. Memangnya Bapak lupa kalau saya juga ikut andil dalam memajukan perusahaan Bapak? Bahkan saya sampai rela menggadaikan kehormatan agar proposal yang diajukan disetujui oleh para kolega. Sekarang, hanya gara-gara masalah sepele seperti ini Bapak langsung memecat saya!” sungutku semakin mutap.“Maksud kamu apa, Imel. Menggadaikan kehormatan?” Dia menatap menyelidik.“Mmm... Maksud saya, sudah lah, Pak. Lupakan saja. Pokoknya saya tidak akan keluar dari perusahaan ini!” gagapku. Pake keceplosan lagi. Bisa bahaya kalau orang-orang kantor tahu aku bisa pernah dipakai oleh rekan bisnis Pak Haidar. Bisa dicap wanita tuna susila nanti.“Terserah kamu. Pokoknya saya
Baca selengkapnya
Part 20
Mas, sebaiknya kita segera meresmikan hubungan kita. Aku nggak mau terus terusan seperti ini. Tinggal satu atap tanpa ikatan apa-apa, apalagi dalam perut aku ada calon anak kita. Kapan kamu nikahin aku?” tanyaku seusai kami menyelam ke samudera cinta yang begitu memabukan.“Secepatnya, Sayang. Kamu maunya kapan?”“Besok. Lusa. Pokoknya nggak mau lama-lama.”“Kan nggak bisa buru-buru begitu Sayang. Pernikahan aku sama Velly juga belum berakhir. Kamu sabar ya?”“Ya minimal nikah siri dulu gitu, Mas. Habis itu baru nikah resmi. Makanya kamu buruan gugat cerai istri kamu. Biar status kamu jelas dan kamu jadi milik aku seorang!”“Mas nggak mau mengeluarkan uang untuk mengurus perceraian Mas sama Velly. Biar dia sendiri yang ngeluarin uang. Lebih baik uangnya untuk kamu, Sayang.“Pokoknya kalau dia sudah melayangkan surat gugatan cerai, nggak usah ada mediasi-mediasi segala. Aku maunya kalian cepat pisah.”“Iya, Sayang.” Mas Bima mengecup puncak kepalaku.“Yasudah. Kalau begitu besok kita n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status