All Chapters of Dear, Pak Dokter: Chapter 81 - Chapter 90
100 Chapters
curiga
Langkah kaki panjang itu terdengar bergema di antara keheningan pagi yang baru saja menyapa. Reanna memutar kepalanya, melihat seseorang yang semakin mendekat ke arah ia dan Kia. Dan senyuman manisnya terbit begitu saja kala pandangan mereka saling berjumpa. Pria bersurai pirang yang kini dipangkas cepak itu sudah terlihat begitu rapi dengan kemeja hitamnya pagi ini. Nathan memotong rambutnya tadi malam, setelah kepulangan mereka dari bulan madu di Bali. Potongan rambut yang sejujurnya tak begitu Reanna sukai, sebab ia tak akan bisa lagi menjambaknya ketika mereka bermain kuda-kudaan di ranjang. Hal yang menjadi kebiasaannya ketika memadu cinta bersama pria itu.Astaga, bisa-bisanya Reanna mengingat hal tersebut di pagi-pagi begini!Wanita itu sedikit terkekeh melihat suaminya. Kemeja hitam dan putih hampir setiap hari pria itu kenakan. Ia tak habis pikir, suaminya sering sekali memakai baju berwarna Hitam—atau jika tidak, pasti warna putih. Sehingga jika ada yang tidak tahu, mungkin
Read more
dua garis
"Sepertinya kamu mengalami kenaikan berat badan, Rea. Kamu terlihat lebih berisi daripada sebelumnya." Tisha mendudukkan dirinya di sisi sang sahabat ketika berucap begitu. Berbagai jenis bunga bergelar di hadapan mereka. Ah, mereka memang sedang mengerjakan beberapa pesanan pagi ini.Atas ucapan Tisha, Reanna mengalihkan tatapannya pada sekuntum bunga mawar di tangannya pada wajah sang sahabat yang menatap intens padanya. "Aku gendutan, ya?""B-bukan begitu." Tisha berujar panik. Ia takut jika Reanna tersinggung dengan kata-kata yang baru saja ia lontarkan padanya meskipun ia tidak bermaksud demikian. Ia memutar otaknya, mencoba memilih kata yang lebih bisa diterima. "Maksudku, kamu terlihat ... lebih bahagia. Begitu, Re," ucapnya kemudian dengan tawa kaku di akhir kata.Reanna sejenak terdiam. Jujur saja, ia tak merasa tersinggung atau apa pun itu ketika mendengar ungkapan sahabatnya. Sebaliknya, ia justru merasa senang. Bahkan Sang suami tidak menyadari perubahan pada dirinya. Pada
Read more
that woman
Mata cantik itu mengerjap kala sinar dari layar handphone sang suami terasa begitu menyilaukan matanya. Ia membuka kelopaknya perlahan, seiring satu uapan kecil lolos dari bibir merah cherrynya. Tangan kanannya terangkat, dengan refleks menghalau cahaya yang menusuk retinanya yang baru saja terbuka.Reanna mengucek kedua belah matanya perlahan, kemudian memutar kepalanya—yang berbantalkan lengan besar sang suami—pada wajah rupawan itu. Dan ia menemukan jika pria itu telah terjaga, tangan kiri besar suaminya yang bebas tengah memegang ponsel yang menyala."Kamu sudah bangun?" Reanna bertanya dengan suara serak khas bangun tidur.Nathan menghentikan kegiatannya dengan ponsel sejenak, hanya sekedar untuk memberikan istrinya senyuman hangat. "Hanya beberapa menit yang lalu.""Kenapa tidak membangunkanku?"Kembali, senyuman manis tersungging pada bibir coklat kemerahan sang suami. "Kamu tidur dengan pulas, aku tidak tega jika harus membangunkanmu," ucap pria itu, yang kemudian kembali memu
Read more
selingkuh?
Dokter tampan itu terlihat takjub menatap menu sarapan pagi kali ini. Bibimbap, makanan khas negeri gingseng itu tertata rapi di meja. Tidak biasanya sang istri menghidangkan makanan jenis ini. Ia sedikit heran, namun tetap saja dengan lahap memakannya. Ia tidak tahu saja kalau istrinya sedang mengidam. Pria itu menatap bergantian antara Reanna dan Kia yang memakan sarapannya dengan tenang, kemudian tersenyum bahagia. Ia sangat bersyukur keluarga kecilnya bisa kembali lengkap seperti sedia kala. Reanna benar-benar mampu menggantikan peran Anya dengan begitu sempurna."Sepertinya aku akan pulang sedikit terlambat nanti malam. Kalian tidak usah menunggu Papa saat makan malam, ya?" ungkap Nathan setelah berhasil menandaskan segelas air putih di depannya."Iya, Papa~" Kia menjawab riang seperti biasanya. Berbanding terbalik dengan raut wajah Reanna yang menyendu seketika.'Apakah kamu akan menemui wanita itu, Mas?' wanita hamil itu hanya mampu membatin menerka."Pelan-pelan makannya, Saya
Read more
siapakah?
Kesunyian adalah satu-satunya hal yang menyambut Nathan ketika pria itu pulang dari bekerja. Sesuai prediksinya ia pulang larut malam, bahkan jam dinding besar yang terpajang di ruang tamu sudah hampir menunjukkan pukul tengah malam. Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa anak dan istrinya sudah jatuh terlelap dalam mimpi.Ketika menaiki anak tangga menuju lantai dua, ia tampak mengurai dua kancing teratas kemeja hitamnya. Sedikit menghela napas ringan, ia memasuki kamar dengan secercah senyuman hingga sosok sang istri terekam dalam pandangan. Ia melihat Reanna sudah jatuh dalam lelap, terlihat nyenyak sekali. Ia berjongkok ketika memperhatikan wajah wanitanya. Dan seketika itu pula ia teringat tentang kejadian pagi tadi, tentang tangisan Reanna dan kemarahan wanita itu padanya. Jujur saja sampai saat ini Nathan belum tahu kesalahannya di mana."I miss you." Mengabaikan sejenak rasa yang sedikit membuat hatinya tak nyaman, Nathan mendekatkan wajahnya lalu berbisik selirih mungkin di teling
Read more
sukar dipercaya
Hening. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersentuhan dengan piring yang terdengar mendominasi, selebihnya hanya sunyi.Sudah berkali-kali netra biru itu mencuri pandang wajah cantik istrinya yang lesu. Ada suatu rasa cemas yang tak dapat ia sembunyikan dalam raut sendu. Istri cantiknya terlihat tidak baik pagi ini, apalagi dengan kantung mata hitam yang menggantung di atas pipi. Apakah Reanna kurang tidur? Ah, Nathan tidur terlalu lelap—setelah selesai bertelepon dengan Alona, tentu saja—sehingga ia tak tahu jika istrinya terjaga hampir semalaman. Ia lelah, akhir-akhir ini banyak sekali ibu hamil yang melahirkan pada malam hari, sehingga mau tak mau dokter tampan itu harus lembur dan berakhir harus kembali pulang hampir dini hari. Tapi, itu bukan masalah baginya, itu memanglah tugasnya.Sudah. Ia tak tahan jika hanya diam dan memperhatikan. Nathan meletakkan sendoknya di tempat semula, kemudian menggeser kursinya mendekati Reanna. Ia memperhatikan dengan seksama w
Read more
kamu di mana?
Mobil hitam itu terparkir tepat di depan kediamannya. Cahaya oranye senja seakan menyambut kedatangan pria itu ketika ia membuka pintu mobilnya. Nathan mencipta kurva senyuman. Ah, ia merasa senang bisa pulang lebih awal hari ini. Ia sudah merindukan keluarga kecilnya.Nathan melangkah dengan kaki panjangnya menuju pintu ganda rumahnya dengan senyum bahagia. Ia tidak sabar untuk melihat wajah terkejut dua perempuan di dalam sana atas kedatangannya. Rencananya ia akan mengajak anak dan istrinya jalan-jalan karena beberapa hari ini dirinya selalu pulang malam sehingga jarang ada waktu berkualitas dengan keluarga.Terutama untuk memperbaiki hubungannya dengan Reanna. Ia merasa bahwa mereka kurang berkomunikasi sehingga sikap sang istri berubah, tak sehangat biasanya. "Aku pulang ...." Pria itu berucap salam setelah membuka pintu rumahnya yang besar.Namun, sepi. Tiada satu pun kehadiran anggota keluarganya di sana. Hanya ada sang asisten rumah tangga yang sedang menyapu lantai di sekita
Read more
tangan hampa
Nathan mengerjapkan kedua matanya kala mentari baru saja terbit dari ufuk timur, menyinari wajah tampannya. Ah, ia ketiduran di dalam mobil rupanya. Tertidur dalam posisi yang sangat tidak nyaman; tidur dalam posisi duduk dengan wajah yang terbenam lipatan lengan yang berada di atas setir bundar.Pria itu segera melihat arlojinya, masih terlalu pagi ternyata. Ia memandang di sekitarnya, masih sedikit gelap di luar sana. Ia menggulirkan pandangannya ke sisi kaca mobilnya, dan hatinya sedikit merasa lega setelah kedua netranya menangkap siluet seseorang.Sontak saja pria itu keluar dari mobilnya dengan tergesa-gesa, menghampiri sosok yang berhasil tertangkap oleh kedua netra birunya, sosok seorang gadis berambut panjang yang saat ini tengah membuka pintu toko bunganya."Tunggu sebentar, Nona Tisha."Kepala gadis itu menoleh cepat, seketika raut cantik itu terlihat terkejut melihat siapa yang telah berdiri di belakang tubuhnya."Pak dokter? Anda datang pagi sekali.""Apakah ... kamu tahu
Read more
rindu
Hampa. Itulah kiranya yang Nathan rasakan selama Sang istri tak berada di sisinya. Tidur nyenyak tak lagi ia jumpa, makan pun tak lagi berasa nikmat di lidahnya. Semua hambar. Sudah hari ke dua Reanna berada entah di mana, membuat dokter tampan itu semakin terlihat kacau. Pria itu kembali menghentikan laju mobil hitamnya tepat di depan Carnation florist, entah sudah kali ke berapa selama Reanna menghilang. Setidaknya sehari tiga kali ia ke sana, dengan harapan Sang istri berada di tempat itu. Namun, hingga detik ini belum juga membuahkan hasil.Lapor polisi?Sudah. Dan hasilnya masih tetap sama. Entahlah ... Reanna begitu pandai bersembunyi darinya.Perlahan kaki panjang itu menuruni kendaraan roda empatnya, melangkah dengan gontai menuju pintu transparan di ujung sana."dr. Adams ... lama tidak bertemu?"Pria berambut pirang itu tersentak ketika sebuah suara berat menginterupsi langkah kakinya. Mata biru nan redup itu menoleh dengan spontan. "Kamu?!"Tepat di depannya, berdiri sosok
Read more
tentang kamu
Ruang makan itu didominasi oleh suara dentingan alat makan yang saling beradu, tanpa percakapan sama sekali. Ada Kalandra dan juga Olivia yang duduk berdua di sana. Sepasang suami istri yang baru saja dikaruniai buah hati itu sedang menikmati makan malam bersama, sedangkan si bayi mereka biarkan tidur di ranjang bayi di dalam kamar mereka."Rea mana, Liv?" tanya Kalandra seraya memotong ayam panggang di atas piringnya. Ia menusuknya dengan garpu lalu menyuapnya ke dalam mulut dengan khidmat."Ada di kamar tamu." Olivia yang sedang menyantap sup jagung sejenak menghentikan gerakannya untuk menjawab pertanyaan Sang suami."Panggil dia, ajak dia makan bersama," titah pria itu, kali ini ia menatap tepat pada mata istrinya. Perintah yang sejujurnya membuat Olivia merasa sedikit tidak nyaman. Biar bagaimanapun, Reanna merupakan mantan tunangan suaminya. Pasti rasanya akan aneh saat mereka bertiga berada di satu meja, tetapi Olivia terlalu takut untuk berkata jujur tentang apa yang tengah i
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status