Semua Bab Dear, Pak Dokter: Bab 41 - Bab 50
100 Bab
birth & death
Lampu indikator ruang operasi itu masih menyala, tanda tindakan bedah sedang berlangsung di dalam sana. Jari-jemari kedua tangan kekar itu saling meremas ketika rasa cemas kian menyeruak dalam dadanya. Dalam hatinya selalu merapal doa, mengharap keselamatan dua nyawa yang begitu berarti dalam hidupnya.Ya, istrinya sedang berjuang di balik pintu dengan kaca buram itu, berjuang untuk melahirkan kehidupan baru, anak mereka. Meskipun melewati jalur operasi caesar pada akhirnya, setelah ia mencoba melahirkan dengan pervaginam tetapi gagal di bukaan enam. Apalagi dengan kadar hemoglobin dalam darah istrinya yang begitu rendah, tentu saja Nathan tidak ingin mengambil resiko dengan memaksakannya melahirkan dengan normal. Ia lebih dari tahu apa yang akan terjadi, ia pun seorang dokter obgyn.Mata biru itu kembali menatap jam dinding pada tembok putih rumah sakit itu. Sudah lewat dari setengah jam yang lalu Sang istri memasuki ruang bedah sana. Namun, hingga detik ini pintu tebal itu belum jug
Baca selengkapnya
memorial
Ketika dr. Adams sudah pergi dengan mobil hitamnya, Tisha bergerak mendekati Reanna dan juga Kia dengan membawa seikat bunga kuning di tangannya. Ia yang sedari tadi hanya menjadi pengamat, kini mengeluarkan pertanyaan. "Kenapa Papamu?"Sementara itu Reanna masih saja terdiam menatap kepergian dokter tampan itu. Kepalanya sedang berpikir keras, mencoba menggali ingatannya yang mungkin saja ada hubungannya dengan kejadian di hari sebelumnya.Namun, nihil.Yah, selain raut lesu yang tampak jelas di wajah Pak dokter tadi malam ketika menjemput Kia pulang—yang Reanna duga akibat kelelahan. Selanjutnya, gadis manis itu menatap Kia yang sudah terduduk nyaman di tempatnya, memainkan sebuah boneka di tangannya. Ah, gadis kecil itu sedang berulang tahun hari ini.Dan di detik itu Reanna tersentak ketika ia baru saja menyadari sesuatu. "Tunggu dulu ... bukankah istri dr. Adams meninggal setelah melahirkan Kia? Berarti ulang tahun Kia bertepatan dengan hari meninggalnya istrinya 'kan, Sha?" ia m
Baca selengkapnya
khawatir
Ingar-bingar yang begitu memekakkan telinga sama sekali tak mengganggu pria itu. Kepala berambut pirang itu menunduk, dengan jari-jemari besarnya yang berkali-kali memijat kening. Sepertinya ia terlalu banyak meminum alkohol malam ini."Sudah cukup, Nathan. Kamu bisa pingsan jika terus-menerus minum seperti itu." Arvi, pria berambut kecokelatan yang duduk di sampingnya memperingatkan.Namun, dokter tampan itu hanya membalasnya dengan dengkusan. Tangan kanannya kembali meraih gelas kecil berisi cairan bening itu, meneguknya sekaligus. Entah sudah gelas ke berapa yang diminumnya."Tumben sekali kamu mengajakku ke sini? Biasanya kamu paling anti ke tempat seperti ini." Arvi terkekeh kecil ketika mengucapkannya, kemudian pria itu meneguk sedikit minuman beralkohol di hadapannya."Aku butuh teman, Ar."Arvi meliriknya, memberikan perhatian seutuhnya pada raut wajah sahabatnya yang memerah karena mabuk."Ada hal yang mengganggumu?" tanyanya.Nathan tak langsung menjawab pertanyaan Arvi. Hany
Baca selengkapnya
about that night
Malam semakin larut, suara jarum jam yang berdetak terdengar begitu nyaring dalam kesunyian, mendominasi ruangan kamar Kia. Reanna terlihat mondar-mandir di dalamnya, handphone berwarna hitam yang berada dalam genggamannya terlihat menyala. Sesekali gadis itu terlihat menempelkan benda persegi panjang nan pipih itu pada telinganya, kemudian helaan napas panjang keluar dari mulutnya ketika lagi-lagi hanya suara operator telepon yang menjawab panggilannya. Rasa cemas semakin nampak pada wajah cantiknya ketika pandangan mata indah gadis itu kembali melihat jarum jam dinding yang hampir menyentuh angka dua belas tepat tengah malam, dan dokter tampan itu belum juga terlihat pulang.'Sebenarnya apa yang terjadi denganmu, Mas?' Reanna kembali bertanya-tanya dalam hati.Ia bertambah gelisah ketika satu pemikiran buruk menghinggapi kepala cantiknya. Ia menggigiti kuku jemarinya, mengekspresikan betapa ia begitu mengkhawatirkan Si dokter berambut pirang. Sungguh, ia sangat takut jika terjadi
Baca selengkapnya
kesalahan fatal (18+)
Menyadari bahwa pria yang saat ini bersamanya masih begitu mencintai mendiang istrinya, Reanna tersenyum miris. Ia tidak tega. Tangan kanannya kembali meraih pipi kiri Nathan, membelainya perlahan. "Aku di sini, Mas. Aku bersamamu. Jadi, jangan menangis lagi," ungkap gadis itu dengan mempertahankan senyuman. Reanna sangat paham apa yang dirasakan pria itu. Tiga tahun bukanlah waktu yang cukup lama untuk menyembuhkan luka. Semuanya butuh proses. Kehilangan seseorang yang begitu dicintai untuk selama-lamanya sangatlah menyakitkan, ia tahu itu dengan pasti. Ia pun pernah merasakannya dulu ketika ibunya meninggal dunia. Dan pria di hadapannya ini kehilangan belahan jiwanya, seseorang yang bertahun-tahun hidup bersama sebagai istri, di saat seharusnya mereka merasa bahagia atas kelahiran Sang buah hati. Sungguh, Reanna bahkan tidak bisa membayangkan sehancur apa hati pria itu. "Jangan tinggalkan aku lagi, Sayang. Kumohon ... aku tidak sanggup." Bahu lebar itu berguncang, seiring baju b
Baca selengkapnya
telah terjadi
Wanita itu berjalan dengan gontai menelusuri trotoar. Mata indahnya menatap hampa jalanan yang ia pijak. Sesekali helaan napas panjang keluar dari bibirnya yang sedikit pucat, kemudian menghentikan langkah kakinya beberapa saat. Kepala dengan rambut gelap itu menengadah, menatap awan berarak di atas sana lalu memejamkan mata. Banyak hal yang saat ini berkecamuk di dalam hati dan juga kepala cantiknya. Apalagi ketika ingatannya mundur pada kejadian semalam. Sungguh, ia merasa seperti wanita murahan. Entah kenapa ia menjadi sebodoh ini. Padahal dulu saat ia masih menjadi tunangan Kalandra, ia mati-matian menolak ajakan untuk melakukan perbuatan itu. Tetapi, kenapa dengan Pak dokter ia seakan menjadi dungu? Hell, ia diam saja ketika pria itu menyentuhnya!Sebenarnya jika dirinya mau melawan sedikit saja, pasti semua itu tidak akan terjadi. Ia sangat tahu, Nathan bukanlah tipe pria pemaksa. Hampir setiap hari bersama pria itu, sedikit banyak Reanna menjadi tahu bagaimana karakternya.Da
Baca selengkapnya
regret
Kendaraan yang berlalu-lalang di bawah sana terlihat begitu kecil di mata biru Nathan. Seakan hal tersebut adalah pemandangan terindah, atensi pria itu tak sedikit pun beralih dari rapatnya lalu lintas yang ia lihat dari rooftop rumah sakit tempat ia bekerja. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya mengapit sebatang rokok yang masih menyala. Matahari yang sudah meninggi seakan terabaikan begitu saja. "Kamu di sini? Semua orang mencarimu, dr. Nathan!" pertanyaan dari suara yang begitu akrab di telinga pria pirang itu sama sekali tidak mengganggunya. Nathan hafal di luar kepala suara berat yang berasal dari belakang punggungnya; tentu suara Arvi."...." Nathan memilih tidak menjawab. Ia justru kembali menghisap sebatang nikotin yang terselip di celah jarinya dengan mata terpejam, kemudian mengembuskan asapnya di udara. Mata biru itu kembali terbuka, pandangannya menerawang jauh di atas awan."Sejak kapan kamu menjadi perokok?" Arvi yang kini sudah berdiri di sampingnya kembali b
Baca selengkapnya
pengakuan
Waktu berjalan dengan begitu cepat, namun tidak bagi Nathan. Meskipun terhitung sudah 3 hari berlalu semenjak kejadian malam itu, entah kenapa kepala pirangnya tidak pernah bisa sedikit pun tidak memikirkan Reanna. Tentang perempuan bermata indah dan berambut legam selembut sutra yang ia renggut harta paling berharganya sebagai seorang wanita, kesuciannya.Entahlah ... rasa bersalah dan berdosa selalu saja mendominasi pikiran dan juga hatinya. Apalagi ketika ia teringat momen sebelum peristiwa itu terjadi. Mereka sudah sedekat itu sebagai teman, dan kini ikatan itu terasa memudar dan perlahan menghilang. Sungguh, ia benar-benar menyesal.Reanna, wanita itu sampai detik ini selalu saja menghindarinya, tidak pernah sekali pun mengangkat telepon atau pun sekedar membalas pesan darinya. Tentu saja hal tersebut membuat Nathan hampir kehilangan akal, ia bingung harus bagaimana lagi untuk bisa bertemu dengan Reanna. Ia ingin sekali meminta maaf, sekaligus memperbaiki hubungan mereka.Tetapi,
Baca selengkapnya
pregnant?
Nasi padang yang mereka pesan melalui aplikasi Gofood adalah menu makan siang keduanya. Jika biasanya Tisha dan Reanna menikmati makan siang mereka di kafe sebelah, kali ini sepasang sahabat itu memilih untuk mengisi perut mereka di dalam ruangan Carnation florist. Jika dilihat, Tisha memang tampak khidmat menyuap menu makan siangnya ke dalam mulut, namun atensinya tak lepas memperhatikan wajah Reanna. Keadaan sahabatnya itu tak berbeda dari hari kemarin, justru ia merasa bahwa Reanna semakin sering terdiam dan melamun."Kamu terlihat kurang baik hari ini, Re. Wajahmu pucat. Apa kamu benar-benar tidak apa-apa?" setelah meneguk air mineral di botol untuk membasahi tenggorokannya, pada akhirnya Tisha bertanya. "Aku baik-baik saja, Sha. Jangan khawatir." Reanna sejenak tampak mengukir senyum dengan susah payah, meskipun yang tercipta justru senyuman getir. Walaupun nasi padang adalah makanan favoritnya, namun entah kenapa ia merasa tak berselera kali ini. Semuanya terasa pahit di lidah
Baca selengkapnya
terdistraksi
"Janin dalam keadaan sehat dan berkembang sesuai usia kandungannya. Detak jantungnya pun sudah terdeteksi. Ibu bisa melihatnya sendiri." Nathan berucap seraya menggerak-gerakkan alat pemindai di atas permukaan perut pasiennya, seorang wanita muda yang sepertinya adalah pengantin baru.Sedangkan mata wanita muda itu tampak berkaca-kaca menatap layar USG, berbanding lurus dengan senyuman yang justru terulas di kedua belah bibirnya yang pucat. Sang suami yang berdiri di sisi ranjang tingginya terlihat selalu menggenggam erat tangannya, turut melihat titik yang bergerak-gerak di dalam layar, calon anak mereka.Melihat hal itu, tanpa sadar Nathan tersenyum, mereka pasti sedang sangat bahagia sekarang. Dan entah kenapa ia jadi teringat Reanna, berandai-andai memikirkan kemungkinan bahwa wanita itu tengah mengandung darah dagingnya. Namun, di detik selanjutnya ia menggeleng singkat saat menyadari jika pikirannya mulai melantur ke mana-mana. Yah, meskipun sebenarnya ia tahu bahwa kemungkinan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status