Lahat ng Kabanata ng Tawanan Mertua Kakak: Kabanata 121 - Kabanata 130
178 Kabanata
Bab 121
Bab 121“Eril berhenti? Kenapa saya tidak tahu? Apa alasannya, Bu?” tanya Amina syok. Hatinya mendadak terluka. Reflek, ia memijat tengkutnya menahan emosi.“Makanya saya bertanya kepadamu. Kalian ada masalah apa? Ini tidak professional sekali!” Suara Bu Hesti meninggi.Tidak ada cara lain untuk membuat Ibu Hesti suka. Selain Amina mengungkapkan sekilas masalahnya.“Oke, saya mengerti. Jadi ibunya Eril tadi ke rumahmu? Hmm ini tak masuk akal.” Ibu Hesti memainkan bolpoin di tangannya.“Sebenarnya Eril juga sempat menceritakan masalahnya kepada saya beberapa hari yang lalu. Saat itu, dia mengungkapkan keinginannya untuk berhenti, tapi saya cegah. Dia punya potensi, tapi ya sudahlah, dia sudah memilih,” ungkap Bu Hesti kecewa.Keduanya sama – sama diam dengan pikirannya masing – masing.“Kamu boleh pergi sekarang. Ibu rasa, kamu perlu manager baru. Sepertinya Ridwan cocok. Kamu masih ingat Ridho, kan?” Ibu Hesti menduga, Eril juga akan berhenti menjadi manager Amina.“Ridho, sales prope
Magbasa pa
Bab 122
Bab 122Lelaki itu cepat – cepat mengganti sarungnya dengan celana jeans. Dia membasuh mukanya sebentar dan mengambil kunci mobil Eril yang tergeletak di atas meja.“Kampret lo Ril! Lo main pergi dan perintah saja. Bisa – bisanya lo kagak bilang ke gue mau ke mana,” gerutu Reynard sepanjang jalan. Dia sudah telat menemui Amina.Sementara itu di sudut Café Lembayung, Amina tampak gelisah. Tadi pagi, ia membaca pesan Eril dan langsung bergegas ke Cafe.Hampir dua jam dia menunggu Eril, tapi dia tidak datang. “Kemana kamu, Ril.” Hatinya tertekan. Ada rasa sesak yang menjalar di hatinya. Berulang kali ia menelpon Eril, sayangnya, ponsel pemuda itu tidak aktif.Setelah mendapatkan informasi Eril berhenti dari RTV, Amina menjadi bimbang untuk memutuskan Eril sebagai managernya. Bagaimanapun, lelaki itu telah berjasa pada kepadanya. Selain itu ia juga memikirkan perasaan Ayang.Seorang waitress mendatangi Amina. “Apa Mba mau memesan minuman lagi?” tanyanya ramah setelah melihat gelas minuman
Magbasa pa
Bab 123
Bab 123 Amina menelengkan kepalanya ke kanan. “Maaf, Anda siapa” tanyanya kalem. Ia sama sekali tidak mengenali lelaki di depannya itu. “Kamu tidak perlu tahu siapa saya! Lebih baik kamu bayar hutang bapakmu sekarang!” Wajah lelaki itu garang sekali. “Bagaimana saya mau membayar, jika saya tidak tahu Anda siapa? Anda tiba – tiba datang dan marah – marah tanpa saya tahu sebabnya.” Ekor mata Amina menyisir ke sekeliling. Dia tak enak menjadi pusat perhatian customer di Café Lembayung. “Cepat bayar! Saya capek mengikuti kamu terus!” Wajah lelaki itu kian beringas. Amina berusaha untuk tetap tenang, walau nyalinya ciut. “Begini, bagaimana kalau Anda duduk dan makan atau minum dulu? Setelah itu baru kita selesaikan masalahnya.” Ia baru menyadari lelaki itu tampak lelah dan mengantuk. “Oke, setelah itu apa kamu berjanji mau membayar?” Pria itu mempertimbangkan tawaran Amina. “Kita sebaiknya makan dulu.” Supaya pembicaraan mereka tidak didengar oleh orang lain. Amina memilih tempat d
Magbasa pa
Bab 124
Bab 124 “Arrghhhh…” Akibat lehernya ditekan kuat, Bangor kesulitan bernapas, ia tampak sangat kesakitan. “Hey, lepaskan dia. Lelaki itu hanya menjalankan tugasnya,” bela Amina ketakutan. Ia tidak mau masalahnya kian rumit dengan pemberitaan yang memojokkan dirinya. “Apa kamu tahu, lelaki ini mengancammu?” “Iya, aku tahu. Tapi tolong lepaskan dia dulu!” bentak Amina kesal. Lelaki itu melepaskan lengannya. “Jika wanita itu tidak melarangku. Aku tidak segan mematahkan lehermu.” Dia mengusap mulutnya dengan kasar. “Awas kamu, kalau mengancamnya lagi. Aku akan bawa kamu ke kantor polisi!!” Bangor mendengus. “Sialan! Gara – gara kehadiranmu, pekerjaanku jadi lamban!” Dia berdiri di depan pria itu. “Aku tidak takut dengan ancaman kamu! Besok kalau Amina tidak membayar hutangnya. Jangan salahkan aku, jika anaknya kulenyapkan!” hardiknya kejam. Ia mau pergi, tapi kakinya dijegal oleh pria itu, hingga membuat Bangor tersungkur. Pria itu menatap nanar mata Bangor. “Kamu disuruh siapa?”
Magbasa pa
Bab 125
Bab 125“Amina awas!” Reynard mendorong keras tubuh Amina.Akibatnya, kayu itu menghantam keras punggung Reynard. BUG! Lelaki itu mengeluh sebentar. Kemudian, dalam sekali kedipan mata, dia berbalik dan melemparkan tendangan bertenaga pada badan Bangor. Preman itu tersungkur ke tanah.“Bedebah kau!” Reynard kemudian dengan sigap membekuk tangan preman itu ke belakang. “Sudah kuperingatkan masih saja belagu!” Ia mengusap kotoran yang ada di mulutnya. Dia kemudian mengambil dompet Bangor, mengambil dompetnya.Bangor ketakutan. “Bang, tolong jangan ambil dompetku.” Jika lelaki itu mengambilnya, mampuslah dia di Jakarta.Reynard mengambil foto identitas preman itu lalu meliriknya sinis. “Oke, aku kembalikan, dengan syarat kamu jangan ganggu Amina dan anaknya. Soal hutangnya, kami akan selesaikan. Mengerti kamu!”“Baik, Bang!” Bangor berjanji.Sesuai janjinya Reynard mengembalikan dompet kepadanya. Preman itu lalu pergi tanpa menoleh ke belakang lagi dengan muka masam.Reynard, mendekati A
Magbasa pa
Bab 126
Bab 126"Memangnya kamu siapa? Berani sekali kamu menyuruhku menemui Jazuli!" Mata Amina berkilat marah. Napasnya tersengal-sengal, menahan emosi.Reynard tersenyum tipis. "See! Kamu langsung marah, tanpa bertanya alasanku terlebih dahulu." Disadarinya wanita yang duduk di sampingnya itu begitu rapuh. Pria itu meliriknya sekilas, dan dia sangat cantik. Pantas Eril bertekuk lutut."Untuk apa aku bertanya. Jelas - jelas kamu menyarankan nasehat sesat kepadaku!" dengus Amina. " Hentikan mobilnya. Turunkan aku di sini.""Tidak! Aku berjanji akan mengantarmu sampai rumah."Amina bertambah kesal. Ouh, dia meremas - remas jemarinya. Lelaki di sampingnya itu wataknya lebih kuat daripada Eril. Tegas dan blak - blakan.Setelah melihat Amina agak tenang, Reynard melanjutkan kalimatnya."Sekarang gue bertanya, apakah masalah lo akan selesai bila turun dari mobil?" Reynard mencemooh. Perempuan selalu begitu, bisanya mengancam dan ngambek.Amina diam. Dia melengos dan mengalihkan pandangannya ke lu
Magbasa pa
Bab 127
Bab 127Hening, Eril tidak menjawab sepatah kata. Dia langsung menutup saluran telponnya tanpa basa – basi. Bukan tanpa sebab, lelaki itu kebingungan menjawab.Reynard termasuk pria jenius, memiliki tampang manis, kepercayaan dan charisma yang tinggi. Selain itu ia juga pandai karate. Pikiran Eril mengembara. Bagaimana jika Amina jatuh cinta kepada laki – laki itu? Sebuah belati seperti merobek dadanya. Perih, sekali!“Asem! Ini salahku. Kenapa aku meminta Reynard menemui Amina?” gerutunya kesal.Pemuda itu menghembuskan napas berat. Kemudian matanya menerawang menyusuri tiap sudut kamar hotel di salah satu sudut Timor Leste. Negara yang pernah menjadi bagian NKRI tersebut.Ia kini berada di Pulau Atauro, di sebuah bungalow sederhana. Bangunannya terbuat dari bambu dan atap rumbia. Lokasinya jauh dari mana – mana.Semalam, ia acak memesan tiket pesawat dan pilihannya jatuh ke Dili. Ia tertarik setelah melihat orang menyelam. Lelaki itu kemudian menelungkupkan kepalanya di bawah bantal
Magbasa pa
Bab 128
Bab 128Eril tidak menghiraukan perkataan Adrien. Laki - laki itu dengan angkuh melewati Adrien lalu berjalan menembus badai."Ril, Eril!" teriak Adrien. Suaranya melengking, berharap pemuda itu menoleh padanya.Sia - sia! Suara Adrien tertelan gemuruh hujan yang disertai angin kencang.Ranting - ranting pohon meliuk, seakan berputar dan saling bergesek, menimbulkan suara menakutkan.Beberapa pohon yang akarnya tidak kuat harus rela tercabut dan terhempas mengotori halaman resort.Hati Adrien cemas angin kencang itu menerbangkan atap bungalow mereka."Jasmine!" Ingatan Adrien melesat ke keponakannya. Ia tadi meninggalkan bocah itu di kantin.Tanpa memedulikan hujan. Adrien berlari menuju kantin. Ia lega melihat Jasmine berada bersama tamu lain. Dia asyik makan jagung bakar dan acuh terhadap ganasnya badai.Di kantin ada api unggun yang berada di tengah - tengah ruangan kantin. Selain untuk menghangatkan badan, seringnya tamu menggunakannya untuk membakar jagung dan ubi, hasil kebun re
Magbasa pa
Bab 129
Bab 129 Adrien mendesah panjang. Hatinya mendadak sedih, teringat dua orang yang dicintainya meninggal, dan meninggalkan anak kecil yang harus ia urus. Diusapnya kepala Jasmine lembut. “Aunty yakin, lelaki itu akan selamat. Sekarang, sebaiknya kita tidur, besok banyak pekerjaan yang menunggu kita.” “Iya Aunty.” Setelah itu Jasmine membaca doa mau tidur. Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut. Adrien tersenyum melihatnya. Kemudian ia mematikan lampu di kamar. Resor mereka belum terjangkau listrik, sehingga mereka menggunakan solar panel untuk menghidupkan lampu, men- charge ponsel serta laptop. Lampu di resor menyala mulai jam 6 sore sampai 10 malam. Setelah itu gelap gulita. Mereka mengandalkan penerangan alami. Di sana tidak ada televisi maupun kulkas. Sebagai gantinya, Adrien menyediakan gitar, dan permainan seperti catur, karambol, kartu serta banyak buku sebagai hiburan mereka dan tamu yang berkunjung. Tamu – tamu yang datang ke resor menyukai idenya. Meskipun ada internet
Magbasa pa
Bab 130
Bab 130“Aunty… Aunty!!” Jasmine berlari kencang ke resor.Sontak, teriakan anak kecil itu membangunkan Stephane, turis asal Perancis yang menghuni bungalow dekat pantai.Pria bule itu tergesa – gesa menghampiri Jasmine. “What’s up Jasmine? Where is Adrien?” tanyanya ingin tahu.Melihat Stephane, Jasmine segera menarik tangan lelaki itu untuk mengikutinya. “Sir, please followed me. I saw a death man on the beach.” Ia setengah memaksa supaya pria itu mengikutinya.“Let’s go!’ kata Stephane ingin tahu.” Dia mengikuti langkah kecil Jasmine.Bersamaan dengan itu, Adrien terbangun. Ia kaget karena Jasmine tidak ada bersamanya. “Jasmine, di mana kamu?” Dengan panik dia keluar mencari Jasmine. Hatinya tergerak pergi ke pantai.Kemudian, di dekat kapal cepat miliknya, Adrien melihat sinar lampu senter, dan dua orang yang sedang berjongkok. “Jasmine, bersama dia?” Tergesa – gesa ia mendekatinya.Stephane membalikkan tubuh Eril, kemudian ia memeriksa nafasnya. Dengan sigap lelaki itu merobek ka
Magbasa pa
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status