All Chapters of The Cursed Journey Of Zhura: Chapter 111 - Chapter 120
175 Chapters
Dalang
Paman Ruvaz heran, "Kenapa kau bertingkah seperti seorang penyidik sekarang?" Meskipun terlihat tidak terima dengan sikap Zhura, ia tampak membawa sesuatu ke tempat interogasi. Beberapa menit kemudian, sebuah kursi santai berwarna kuning empuk berada tepat di depannya."Lihat! Sebelumnya tidak ada robekan di kursinya. Kemarin raja duduk di sofa itu, dan saya tidak melihat ada bagian sofa yang rusak." Tabib Ma menunjuk sandaran kursi tersebut. Semua orang di sekeliling balai mulai menampakan raut serius, turut menatap sofa kuning itu."Berapa kedalaman dan panjang robekannya?" tanya Zhura."Kedalaman robekannya sepuluh sentimeter dengan panjang sisi robekannya tiga sentimeter. Dilihat dari bentuknya yang lurus dan sempit, sepertinya itu dihasilkan oleh tancapan senjata tajam."Zhura menatap robekan itu cermat-cermat, "Robekannya juga rapi, pasti dihasilkan oleh satu tusukan saja. Sepertinya senjata pelaku sempat meleset saat mengincar dada raja."Elf penginterogasi di depannya terkesia
Read more
Ungkap
"Jadi, kalian selamat dan berhasil mendapat penawar racun daghainnya. Lalu Ramia? Ke mana dia?"Ucapan Paman Ruvaz lekas mengingatkan Zhura tentang pemuda elf itu. Sudah lama semenjak ia bertemu dengannya. Tabib Ma berkata pemuda itu menyusup ke markas Shar. Membayangkan bagaimana keadaannya dan apa saja yang ia lalui membuatnya khawatir.Paman Ruvaz beralih ke pembahasan lain, dia menunjuk bubuk kebiruan yang sebelumnya ditemukan di tempat kejadian meninggalnya raja. "Sudahlah, bagaimana dengan bubuk kebiruan itu? Bubuk itu ditemukan di lantai dekat dengan tubuh Yang Mulia Raja Amarhaz."Paman Ruvaz meraih mangkuk putih dari meja, lalu mendekatkan pada mereka. Tabib Ma tercenung menyadari adanya ketidakberesan pemandangan yang ia tangkap dari mangkuk itu. "Apakah mangkuknya memang basah seperti itu?" tanya elf tua tersebut menatap air yang menetes dari permukaan mangkuk, jatuh ke telapak tangan elf penginterogasi."Tidak, sepertinya tadi kering." Ruvas tampak heran, ia menatap seoran
Read more
Denting
Arlia lekas beranjak pada Zhura. Dengan pandangan yang nyalang penuh amarah, ia berujar, "Tarik ucapanmu! Kau tidak sadar sudah bicara pada siapa?! Aku tidak menyangka kau secerdik ini, Zhura! Kau baru saja menuduh ayahku sebagai seorang pembunuh raja!""Arlia, tahan kemarahanmu. Aku paham jika mereka semua mencurigaiku. Aku adalah orang yang dekat dengan Yang Mulia Raja Amarhaz, aku juga yang selalu berada di sisinya setiap waktu, jadi mereka mungkin berpikir aku orang yang paling banyak memiliki kesempatan untuk membunuhnya. Tapi tidak apa-apa, semuanya masih bisa diluruskan," ujar Tuan Minra turut menengahi.Di tempatnya, Tabib Ma keheranan melihat Tusk. Bukankah pria itu harusnya ada bersama Ramia? Dari informasi yang ia dapatkan, dia harusnya pergi ke markas Shar. Kenapa sekarang ia justru berada di sisi Tuan Minra sementara Ramia entah ke mana."Maaf, saya tidak bermaksud membuat Anda tidak nyaman, tapi bolehkah saya menanyakan sesuatu? Apa penyebab kaki Anda terluka?" Zhura men
Read more
Sang Penjahat
Tuan Minra tertawa, "Bagaimana kau bisa yakin bahwa aku pemilik perkamennya?"Zhura menunduk, menatap bagaimana ujung tongkat kayu Taun Minra yang terketuk-ketuk cepat pada lantai balai. Ia pikir pria tua elf itu merasa gentar, terlihat dari bagaimana ada kedutan samar di ujung senyumannya. Zhura menghidu aroma harum yang terus merasuki penciumannya.Keningnya mengernyit dalam, saat menyadari bahwa harum rosmarin itu bukan berasal dari pria tua di depannya. Sepertinya ia pernah mencium aroma tersebut dulu. Diedarkan pandangan ke sekitar, menatap satu per satu orang berbaju hitam yang berdiri di sekeliling balai. Ranzak terlihat memperhatikan Zhura, mau tak mau gadis itu harus menyembunyikan gelagatnya."Kau bisa melihat ada label yang tercetak di pojok perkamen ini. Dan kita semua tahu betul, bahwa bentuk lambang ini adalah label milikmu Tuan Minra, kau tidak bisa mengelaknya!" jawab Ramia menunjuk lambang di pojok perkamen. Semua pasang mata melebar, menaikkan alis dengan tatapan te
Read more
Luruhnya Kabut
"Kau baik-baik saja?" Azhara bertanya pada Zhura yang dijawab anggukan oleh gadis itu. Zhura sadar, aroma Rosmarin yang sebelumnya tercium adalah milik Ranzak. Dengan kata lain, pemuda itu juga adalah seorang Shar."Ada bekas di lantai!" seru Valea.Azhara berjalan tertatih, menyentuhkan ujung jarinya pada bekas kehitaman pada lantai tempat Tuan Minra berdiri sebelumnya. Tak berselang lama, pemuda itu tersentak.Menyadari apa yang dipikirkan tuannya, Ramia pun berseru, "Kumpulkan semua elf penglihat! Kita cari tahu di mana keberadaan Tuan Minra sekarang!"Semua orang kini berkumpul di ruangan pertemuan kerajaan seluas puluhan meter. Waktu sudah larut, setengah waktu malam sudah berlalu. Para gadis kembali memakai seragam biru mereka. Seharusnya sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengadakan pertemuan. Meskipun begitu, kata pertemuan kali ini berada di dalam tanda petik. Mereka berada dalam kondisi khusus, di mana pertemuan tetap dilakukan bahkan pada tengah malam.Arlia diamankan
Read more
Agonis
"Mau apa kau ke sini?"Zhura mendecakkan lidah, menatap lelah pada sosok gadis yang kini terduduk di dalam ruangan. "Salahkah jika aku ingin melihat keadaanmu?"Arlia tertawa, mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada lantai. Cahaya kekuningan dari lilin yang sudah dinyalakan, nyatanya masih tidak mampu memperlihatkan dengan jelas bagaimana keadaan gadis itu. "Aku tahu kau datang ke sini, untuk melihat seberapa menyedihkannya aku. Selamat kau sudah melihatnya, aku sangat menyedihkan!"Zhura mengalihkan matanya menelusuri ruangan persegi dengan pintu jeruji besi, tempat Arlia kini terduduk di sudut kegelapan. Gadis itu adalah puteri Tuan Minra. Menjadi puterinya, secara langsung menjadikannya orang yang mempunyai hubungan terdekat dengan Tuan Minra. Setelah tindakan kriminal ayahnya terkuak, semua pasang mata tentu saja terarah pada gadis itu. Zhura meringis, mengingat bagaimana pasrahnya ia saat digiring ke sel ini tadi."Aku tahu kau tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Pemeriksa
Read more
Afeksi
Pagi itu semua orang dilanda kesibukan, mereka berlalu lalang dengan wajah serius. Tentu saja, peperangan baru saja diumumkan. Bukan hanya para gadis yang pergi ke dataran itu, melainkan juga para prajurit dan pejuang lain akan turut andil. Tidak sedikit dari mereka yang mengutarakan kegugupannya, tapi banyak yang melapangkan dadanya siap bertarung. Tentu saja risiko terburuk menghantui setiap kepala, tapi pangabdian diri pada kedaulatan jauh lebih besar.Nyatanya, di dunia manapun selalu ada mereka yang menjunjung tinggi nilai persatuan.Di sebuah tempat yang menyerupai nimfeum para gadis suci sedang bersiap untuk pemberangkatan. Beberapa dari mereka sibuk merapikan perlengkapan atau sekedar berbincang."Anggur! Anggur! Anggur!"Di sela-sela obrolan, suara itu membuat para gadis terkejut. Seekor burung hinggap di pagar, menoleh ke kanan-kiri. Zhura terkesiap melihat kedatangan makhluk kecil itu. Sudah cukup lama ia tidak melihatnya dan kini Rou-rou tumbuh lebih besar. Itu berarti ia
Read more
Berangkat
Lima orang pemuda dan enam belas gadis suci duduk memegang tali kendali di atas kuda masing-masing. Mereka dalam tahap akhir pemberangkatan. Para gadis tampak sudah bersiap, sementara para pemuda di depan, masih sibuk mendiskusikan sesuatu. Inara juga di sana. Gadis elf itu membariskan kudanya di dekat para pangeran, mengingat koordinasinya dalam bidang penerawangan sangat dibutuhkan.Mendongak, Zhura menatap langit pagi yang cerah seolah-olah mengantar kepergian mereka dengan riang. Tidak lama setelah itu, keningnya mengernyit saat gadis-gadis itu terus saja menatapnya. Dilihat dari segi penampilannya tak ada yang salah. Namun, mereka terus mencuri pandang seraya sesekali berbisik-bisik. Zhura bertanya-tanya keheranan. Terdengar desahan dari mulut Valea. Gadis merah itu memilih memusatkan perhatian pada lilitan kain pada pergelangan tangannya. Sebuah kebiasaan yang tidak pernah ia lupakan.Para gadis suci itu pasti sedang memikirkan ulang sikap mereka terhadap Zhura. Tentu saja, mere
Read more
Sok Akrab
Tiga jam berlalu semenjak rombongan meninggalkan gerbang istana. Sorak-sorakan penduduk yang berdiri di sepanjang jalan terdengar riuh dan ramai. Mereka menyerukan kata-kata semangat dan harapan. Kini mereka melewati jalur yang lebih tenang. Zhura melirik ke arah kanan. Arlia terlihat mengendarai kudanya dengan punggung membungkuk. Rautnya yang tertutupi tudung, sulit dilihat karena gadis itu menunduk. Kedua tangan gadis itu erat menggenggam tali kekang kuda hingga jari-jarinya memerah.Dia tidak melirik atau pun mengajak berbicara. Bahkan dari cara ia melajukan kudanya, gadis itu seperti menjaga jarak dari Zhura. Aroma manis tercium, Zhura mendongakkan kepala. Kabut berwarna merah muda mengepul di antara pepohonan. Mereka persis seperti permen kapas raksasa yang tergantung di atas hutan. Para gadis lain pun tampak sama terperangahnya. Mereka terpana seraya mengucapkan kata-kata kekagumannya atas benda merah muda itu.Kabut merah muda itu turun semakin ke bawah saat rombongan masuk l
Read more
Serangan Hel
"Zhura!"Sebuah pukulan mendarat di bahunya membuat Zhura terkesiap. Valea berdiri di samping pembaringannya. Dengan wajah panik ia tiba-tiba menarik Zhura berdiri begitu saja."Bodoh, kau tidur seperti orang mati saja! Aku sudah memanggilmu ratusan kali!" seru gadis merah itu marah. Belum juga Zhura mencerna situasi, Valea sudah kembali berseru. Ia melemparkan tas dan pedang Zhura dengan tergesa, "Urus perlengkapanmu! kita dalam terdesak! Ayo, keluar!"Tentu saja rasa kantuk dicabut paksa darinya. Zhura mengedarkan pandangan ke penjuru tendanya yang kosong, sebelum melangkah keluar. Baru satu pijakan ia tempatkan di tanah, sesuatu sudah lebih dulu datang menerjang. Tubuh Zhura yang belum siap sontak terjatuh ke tanah. Bulu kuduknya merinding ketika suara geraman makhluk yang menindihnya keluar.Ini buruk!"Aakh!" Zhura berusaha mengambil pedangnya yang terlempar, tapi dia terlalu jauh untuk menggapainya. Keadaan semakin memburuk ketika ia melihat tangan dingin misterius beraroma busu
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
18
DMCA.com Protection Status