All Chapters of Desahan Madu Suamiku: Chapter 81 - Chapter 90
104 Chapters
semoga saja
58semoga Saja"Kenapa bisa?" tanya Arfan saat baru sampai dan diberi tahu kabar duka kematian anak Hardian."Baby blues kayaknya. Ini aku gimana, Fan? Aku takut disalahkan karena pulang dalam keadaan tak bernyawa seperti ini," ucap Cahya panik."Bawa hasil visum?""Ada.""Berikan itu saja sebagai bukti nanti. Ada saksi?""Ada Mentari di sana.""Baiklah. Kita kabari dia untuk mengabarkan kematian anaknya Silvia. Kita hadapi sama-sama," ucap Arfan menyentuh bahu Cahya untuk menenangkan kepanikan yang Cahya rasakan.Cahya dan Arfan akhirnya pulang membawa jenazah Harsi menggunakan ambulance. Silvia benar-benar frustasi, hingga saat Mentari mengabarkan berita kematian Harsi dia hanya berteriak sambil memukul dirinya berulang-ulang."Aduh, ini gimana, ya? Mana Silvia frustasi gini. Bisa-bisa dia mati konyol oleh perilakunya sendiri," batin Mentari panik saat mengabari Cahya bahwa Silvia kembali berteriak histeris."Tari, kabari mertua Silvia untuk datang. Jenazah sudah keluar dari rumah s
Read more
ya
Marta yang terus saja mengoceh, tetapi tak digubris Cahya. Silvia keluar dari kamar dengan dibantu olehnya. Saat di kamar, Cahya mencoba menjelaskan. Silvia mau menemani dan mengantar anaknya ke liang lahat. Meski Marta mengumpat keduanya."Kalian semua, penghancur hidup anak saya. Dia tidak pulang pasti karena kalian tidak bisa membuat nyaman anak saya!" Silvia hampir saja bangkit, tetaplah Cahya mencegahnya."Sudah! Tidak usah diambil hati. Ibu sedang emosi. Kamu jangan marah, ini akan membuatmu kesulitan," lirih Cahya.Jenazah Harsi diadzani. Silvia tiba-tiba berteriak dan melengking keras, memanggil nama Hardian. "Mas! Tolong jangan pergi! Anak kita butuh kamu, Mas!" teriak Silvia lagi. Hampir semua kaget, termasuk Marta dan Cahya."Istighfar, Silvia. Ikhlaskan anak dan suamimu. Sudah, jangan begini." Cahya terus memeluk Silvia, merangkulnya dan membawanya dalam dekapan."Jangan bawa anak saya!" teriak Silvia saat jenazah akan dibawa ke pemakaman.Namun, proses pemakaman harus s
Read more
ingat
59Mengingatkan"Kami ingin bertemu Tuan Hardian. Apa beliau ada di kantor?" tanya Arfan saat mereka sudah sampai di perusahaan milik Shirya."Maaf, apa sudah ada janji temu sebelumnya?" tanya resepsionis kantor."Bilang saja, Cahya sudah menunggu di bawah. Silahkan temui atau dia akan menyesal!" seru Cahya.Karyawan tersebut mengangguk dan menelpon ke ruangan Hardian. Baru saja dia selesai rapat dan baru saja dia duduk di kursinya dan mendapati telpon di mejanya berdering."Selamat siang, Pak Hardian. Ada Bu Cahya di bawa, Bapak katanya diminta turun. Apa Bapak kenal dan membuat janji temu dengan beliau?" tanya resepsionis."Cahya?" Hardian sedikit kaget dengan berita itu. Sosok Cahya ke kantornya? Namun, ini di kantor. Bisa saja Shirya memergokinya dan berkata banyak hal yang bisa menyakiti Cahya."Baik. Saya akan ke bawah. Tolong, minta dia tunggu sebentar," titah Hardian.Hardian akan mengajak Cahya berbicara di luar. Ia tak ingin mengambil resiko menerima tamu di luar pekerjaanny
Read more
siapa
"Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Luka yang paling menyakitkan dalam berumah tangga adalah kurangnya kasih sayang dan perselingkuhan pasangan. Jika Mas bisa berpikir dengan akal, seharusnya Mas tidak melakukan hal yang sama seperti dulu saat bersamaku. Aku dan Silvia berbeda. Kami memiliki cara yang berbeda dalam penyelesaian masalah rumah tangga itu. Daripada Mas menyesal, perbaiki yang ada dan jangan lagi membuat masalah baru. Apa untungnya berselingkuh dengan wanita yang lebih berumur seperti Shirya? Toh Silvia sekarang sudah berubah baik."Kata-kata Cahya memang terdengar menasehati. Namun sayangnya, meninggalkan Shirya bukanlah perkara yang mudah. Ia harus rela miskin jika meninggalkan Shirya dan yang pastinya ia akan sulit mendapatkan pekerjaan karena akses pekerjaan dirinya pasti akan dibuat buruk oleh Shirya."Sayangnya tidak semudah itu meninggalkan Shirya. Dia istriku kini dan semua kekayaan yang aku dapatkan ada darinya. Silvia sendiri yang menuntutku untuk memberinya
Read more
ikhlas
60Ikhlas"Siapa yang meninggal, Pak?" tanya Cahya."Tadi belum sempat meninggal. Tapi barusan, pihak rumah sakit menelpon jika saudari atas nama Martakali meninggal di saat penanganan. Pasien satunya kritis dan sedang ditindaklanjuti pihak dokter ahli rumah sakit. Senjata tajam yang dikalungkan pada lehernya, membuatnya kehilangan banyak darah dan sepertinya ini akan semakin lama kasus penyelesaiannya," ucap petugas kepolisian.Hardian shock. Bagaimana mungkin ibunya meninggal? Ia pasti salah dengar. Ia mengira ini adalah mimpi dan ia tak bisa lagi berkata-kata dan berpikir."Di mana Ibu saya?! Di mana!!" teriak Hardian.Seperti bukan hanya shock. Namun, ia jua terpukul mendengar kabar ini. Gegas ia berlari keluar halaman rumah dan hendak pergi. "Kita tenangkan Hardian dan bantu dia untuk bisa menerima semuanya," lirih Arfan.Dia mengambil alih kemudi dan menyusul Hardian yang sudah berlari ke jalanan. "Mas, jangan begini. Lebih baik kita sekarang ke rumah sakit dan melihat keadaan
Read more
pesan
Tak ada balasan lagi. Cahya yakin, Shirya akan datang."Aku sudah menghubungi Shirya. Kamu mencintainya, bukan? Lanjutkan hidupmu dengan baik dan ikhlas terima semua ini. Cahya akan pamit, jaga diri Mas baik-baik," pamit Cahya membuat Hardian berbalik dan memeluk Cahya sambil terisak."Maafkan Mas, Cahya. Karena Mas selama ini sudah menyakiti hatimu dan semua yang terjadi saat ini adalah semua kesalahan Mas padamu. Maafkan Mas, Cahya."Cahya melepas pelukan Hardian dengan pelan, agar keduanya bisa saling memaafkan. Arfan yang melihat kejadian itu merasa cemburu. Namun, melihat situasi sekarang sepertinya ini bukan yang terbaik untuk membuat keributan."Semua orang pasti pernah berbuat salah dan Mas belum terlambat untuk menyadarinya. Namun, jangan karena hal ini lalu Mas berpikir untuk kembali kepada masa lalu karena hal itu tidak akan pernah sama.""Tapi Mas tidak mencintai Shirya, sungguh. Bahkan, setelah ini Mas tak tahu bagaimana nasib kehidupan Mas tanpa Ibu.""Bisa. Mas bisa ta
Read more
jodoh
60Jodoh Tak akan Kemana"Ini kan berkas untuk untuk PT … ah, ya. Lebih baik tidak usah ditandatangani. Bikin rusuh!" sarkas Arfan saat melihat berkas dari perusahaan milik Shirya.Setelah 5 bulan menggeluti bisnis bersama, Hasbi, Arfan dan Cahya akhirnya bisa membuat perusahaan mereka maju pesat. Bukan hanya sektor pembuatan bahan pangan yang digeluti, tetapi juga bisnis kuliner, jasa dan juga ekspor impor barang baku pangan yang akhirnya membuat perusahaan Shirya kalah telak. Cahya mampu bekerja tanpa hambatan, meski Arfan dan Hasbi seperti ada rasa kepadanya. Dia mampu bekerja konsisten dengan prinsip yang dipegangnya, tanpa goyah dan yakin akan tujuannya untuk meningkatkan hasil dan sumber pendapatan keluarga Hasbi."Sepertinya ini sudah terlalu lama, Ya," ucap Arfan setelah memeriksa berkas yang hendak ia tanda tangani."Apanya yang lama? Kita lagi bahas berkas, bukan yang lain lagi," decak Cahya. "Eh, jadi Irma daftar di perusahaan ini?" tanya Cahya mengalihkan pembicaraan yan
Read more
tak akan kemana
"Sudah. Saya sudah memikirkan matang-matang semua ini. Sampai saya tidak bisa tidur karenanya. Makanya, saya harap kamu bisa membantu saya sekarang. Saya janji, saya akan memberikan apapun yang kamu minta jika kamu berkenan membantu saya. Termasuk, menikahimu secara sah. Saya akan melakukan dengan senang hati, karena saya rasa kamu adalah wanita yang tepat untuk putriku," ucap Hasbi.Cahya memandang Hasbi serius. Semudah itu dia mengatakan hal yang cukup rumit. Menikah? Ah, jika alasannya menikah untuk menutupi ketidaksukaan dirinya terhadap perjodohannya dengan Irma, kenapa harus dengannya? Ini bukan tawaran yang bagus dan Cahya pasti akan jadi pihak yang disalahkan atas hal ini."Maaf, saya tidak bisa. Menikah bagi saya adalah hal sakral. Saya tidak akan memainkan pernikahan seperti keinginan Bapak. Cari saja wanita yang lain, yang mau Bapak bayar untuk menjadi istri bohongan dan pengasuh Bapak. Saya pikir, Bapak ini orang bijak. Sayangnya, permohonan semacam ini hanya untuk lelaki
Read more
pernyataan
62PernyataanCahya kembali ke rumahnya setelah seharian lelah dari kantor dan berkutat di layar monitor. Jabatannya yang kini hampir setara dengan Arfan, membuat Cahya juga sudah seperti punya kantor tersendiri di sana."Assalamualaikum," salam Cahya."Waalaikumsalam."Lila membukakan pintu untuk sang Kakak yang baru pulang bekerja."Loh, kamu di sini, La? Datang sama siapa?" tanya Cahya."Sama Mas Gilang.""Ibu mana?""Di dalam."Cahya memberikan bingkisan di tangannya pada Lila yang berisi bakso yang dia beli dari pedagang langganannya."Nggak tahu kamu di rumah, jadi cuma beli bakso dua bungkus. Ya udah gih, kamu makan sono! Ajak Ibu sekalian," titah Cahya sebelum masuk kamarnya.Cahya melepas jaket kerjanya dan melepas hijab serta kaos kaki yang dikenakan. Ia sungguh sangat lelah hari ini dan ingin segera mandi untuk beristirahat dan melepas penat. Namun, ia justru merebahkan diri terlebih dahulu dan terlelap dengan sendirinya karena kelelahan seharian bekerja."Mbak, ada tamu,"
Read more
Antonio
Cahya turun dari mobil dan dia mengikuti langkah Hasbi di belakang. Antara takut dan khawatir, jika nantinya ia akan mendengar umpatan yang tidak lazim dan patut ia dengar."Bersikap apa adanya sesuai dengan karaktermu. Papa pandai menilai seseorang," lirih Hasbi."Assalamualaikum," salam Cahya membuat Antonio dan Ratri menengok.Antonio Regard Alamsyah, adalah pemilik perusahaan textile yang memiliki riwayat hubungan rumah tangga yang pelik. Kehidupan poligami yang ia jalani selama bertahun-tahun, membuat Ratri harus mengalah dan akhirnya menjadi wanita yang tampak berbeda jika suaminya kembali. Kembalinya Antonio kini, berbeda dari alasan kembalinya ia dengan yang sebelumnya. Antonio kembali, karena perusahaannya sedang mengalami penurunan. Bahkan ia mengalami sakit dan tidak bisa dibiarkan tanpa ditangani dengan baik. Ratri bahagia dengan kembalinya Antonio ke rumah. Sehingga hidupnya merasa lengkap, meski kadang ada rasa khawatir jika suaminya akan kembali ke istri nya yang lain s
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status