Semua Bab Ranjang Suami yang Terbagi: Bab 71 - Bab 80
90 Bab
Bab 71
Di tengah kemelut pikirannya, Karin tak memperhatikan langkahnya, hingga akhirnya terpeleset, tubuhnya terguling menuruni tangga hingga akhirnya membentur lantai, Karin pingsan dengan rembesan darah membasahi rok yang dipakainya.***Sentuhan lembut yang terasa membuat Karin perlahan membuka matanya. Tampak di sebelahnya ada ibunya tengah menatapnya cemas. Karin memandang sekelilingnya, ruangan bercat putih dengan selang infus tampak menjuntai di lengannya. Sejenak ia memejamkan mata, mencoba mengingat apa yang telah menimpanya.Tangan Yuna mengelus lembut kepala Karin, membuat Karin akhirnya membuka matanya kembali, kepalanya sedikit berdenyut, memaksa salah satu tangannya untuk memijat demi meredakannya."Apa yang terjadi, ma?" Tanya Karin dengan suara parau."Kau terpeleset di tangga. Bibik menemukanmu sudah terbaring di lantai, untung saat itu mama sudah dalam perjalanan pulang ke rumah," jelas Yuna dengan pandangan teduh memandang putrinya."Lalu apa yang terjadi selanjutnya, ma
Baca selengkapnya
Bab 72
Flashback Karin 7Sejak kapan kau mengkonsumsinya, Karin?" Selidik Yuna saat melihat Karin keluar dari kamar mandi."Aku butuh minuman itu untuk menghilangkan beban dan rasa bersalahku Ma, apa salah?" Jawab Karin sambil tersenyum membuat Yuna akhirnya menampar pipi putrinya.***Dari hari ke hari sikap Karin semakin tertutup, matanya terlihat cekung begitu pula dengan berat badannya yang turun membuat Yuna semakin mencemaskannya.Bukan sekali dua kali Yuna memergokinya mengkonsumsi alkohol, sudah sangat sering mereka bertengkar, karena Karin begitu keras kepala untuk di minta meninggalkan minuman keras tersebut, membuat Yuna akhirnya mengambil tindakan tegas. Mengurung putri bungsunya itu di rumah dan menutup semua rekening ataupun dompet digital Karin.Pernah beberapa kali Yuna menyarankannya agar pergi berlibur atau tinggal di tempat Sang kakak untuk sementara waktu, namun saran itu ditolak Karin, gadis itu seakan sudah tidak peduli pada dirinya sendiri. Membuat Yuna begitu kasihan m
Baca selengkapnya
Bab 73
Rendi duduk bertopang dagu dengan pandangan mata kosong, pikirannya tak menentu memikirkan Vania yang entah sedang berada di mana.Beberapa kali ia mencoba menyingkirkan pikiran buruk yang menggelayut di benaknya. Sungguh ia sangat mengkhawatirkan Vania beserta janinnya.Sudah beberapa orang teman Vania yang ia temui, tak satupun di antara mereka yang mengetahui keberadaan istrinya tersebut. Entahlah, Rendi tak ingin berpikiran buruk, meskipun ia sangat yakin jika Vania pasti menghubungi salah seorang temannya.Rendi memijat kepalanya yang berdenyut. Sudah tiga hari Vania menghilang, selama itu pula ia nyaris tak bisa tidur, memikirkannya."Haruskah kau menghukumku seperti ini, Vania?" Gumam Rendi dengan mata berkaca-kaca.Yah, lelaki itu menangis dalam diamnya. Kali ini ia telah benar-benar menyadari perasaan cintanya untuk Vania, bukan rasa tanggung jawab karena harus memberikan seorang keturunan kepada kedua orangtuanya atau rasa bersalah karena telah melibatkan Vania dalam masalah
Baca selengkapnya
Bab 74
"Berikan alamatnya dan juga bagaimana aku harus membalas jasamu ini?" Tanya Rendi yang terlihat begitu bersemangat. ***Tangan Rendi tampak gemetar, diliriknya kembali layar ponselnya, berharap yang sedang terjadi bukanlah halusinasinya, tak lama suara seseorang kembali terdengar, membuat lelaki itu yakin jika ini nyata."Tak perlu, anggap saja karena aku kasihan pada Vania. Jika kau ingin membalasnya, tolong jangan sia siakan dirinya. Hanya itu saja.""Baiklah, katakan di mana alamatnya karena aku akan menjemputnya sekarang?""Akan kukatakan. Tapi berjanjilah jika kau tidak akan menyakitinya. Saat ini Vania sedang hamil dan emosinya gampang tersulut. Tolong jangan membuatnya kesal karena aku sangat mengkhawatirkan keadaannya."Panggilan telepon itu terputus tak lama sebuah pesan WA masuk, segera tangan Rendi menggeser layar hingga sebuah alamat pun kini terucap dari bibirnya."Aku tahu tempat ini, bukankah ini hanya berjarak beberapa gang saja dari kost-kostan Vania yang lama?" Bibi
Baca selengkapnya
Bab 75
"Kau membujukku pulang karena menginginkan bayi ini kan, mas?"Pertanyaan Vania membuat Rendi refleks menoleh. Di lihatnya wajah Vania yang mulai basah, sungguh pemandangan yang kembali mengoyak hatinya.***Untuk beberapa saat Rendi terdiam, seakan sedang merangkai kata-kata untuk menjawab pertanyaan Vania. Kembali dilihatnya wajah istri keduanya yang tampak sendu. Membuat lelaki itu harus berhati-hati untuk menjelaskannya, jika tidak ingin Vania salah paham dan mengacaukan semuanya."Kenapa bicara seperti itu, princess?" Tanya Rendi pelan."Aku mendengar semua percakapanmu dan Mbak Karin, mas.""Istrimu itu menginginkan bayi ini, bukan? Ha ... ha lucu sekali. Seharusnya aku sudah tahu hal ini sejak awal. Pantas saja selama ini dia tidak bersikap buruk padaku, ternyata ..." Vania menghentikan ucapannya, ada getir yang terasa dalam tiap-tiap ucapannya."Aku yang salah, seharusnya aku menjelaskan semuanya padamu, princess," ujar Rendi berusaha menjelaskan.Mata Vania kini memandang taj
Baca selengkapnya
Bab 76
"Jangan dekat denganku, mas. Aku tak suka dengan aroma parfummu," keluh Vania ketika Rendi hendak berbaring di sisinya."Baiklah, aku akan tidur di sofa sana," ujar Rendi menyerah.Vania tersenyum tipis melihat Rendi beranjak menuju sofa yang berada di samping ranjang ini. Aroma wewangian itu entah mengapa membuat hidungnya tak nyaman, padahal sebelumnya ia sangat begitu menyukai aroma parfum suaminya.Tangan ramping itu kemudian menarik selimut hingga sebatas dada. Sekilas ia melirik ke arah Rendi yang sudah berbaring di sofa dengan mata terpejam.Vania mengubah letak bantalnya, sejak kandungan membesar, ia sudah mulai sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Beberapa kali ia mengubah posisi tubuhnya hanya agar tidurnya bisa terlelap.Ponselnya tiba tiba bergetar disusul dengan suara bunyi notifikasi membuat Vania akhirnya terpaksa menyibak kasar selimutnya untuk meraih benda pipih yang berada di atas nakas itu, di liriknya sebentar suaminya yang tampak sudah terlelap, lalu meraih p
Baca selengkapnya
Bab 77
Dan orang yang paling ingin ditemuinya saat ini adalah Karin, kakak madunya. Sepertinya ia perlu bicara banyak hal pada istri pertama suaminya itu. Sungguh, Vania ingin mengakhiri semua ini, mengakhiri semua drama rumah tangga mereka.***Helena langsung memeluk Vania begitu wanita muda itu tiba turun dari dalam mobil Rendi. Manik coklat wanita paruh baya itu terlihat berkaca-kaca. Kepulangan Vania telah mengakhiri kegelisahannya beberapa hari ini.Dielusnya perut Vania perlahan, seakan hendak memastikan janin yang berada didalamnya baik baik saja. Beberapa saat kemudian, ia merangkul pinggang menantu kesayangannya itu dan mengajaknya masuk."Kau baik-baik saja, kan sayang? Beberapa hari kau menghilang tanpa kabar membuat mama sangat mencemaskanmu," ujar Helena."Aku baik baik saja, ma. Maaf karena telah membuat mama cemas," sahut Vania sambil mengulas senyum."Tak apa, yang penting sekarang kau sudah pulang. Ayo masuklah ke kamarmu, kau perlu istirahat. Mama tidak ingin kau merasa le
Baca selengkapnya
Bab 78
"Saya hanya sebentar, tak akan lama, Mbok." Pamit Vania kemudian berlalu meninggalkan Sum yang masih berusaha membujuknya.***Mata Gio tampak tak berkedip saat melihat Vania keluar dari sebuah taksi, nafas pemuda itu tampak tertahan ketika melihat Vania yang tampak sedikit kesusahan karena perutnya yang sudah membuncit.Segera, ia menarik kunci mobilnya, niatnya untuk pergi dari sebuah gerai ponsel ini di urungkannya karena bagaimanapun ia tak ingin melewatkan kesempatan untuk mengajak Vania berbicara.Langkahnya melaju cepat, di iringi fokus pandangannya yang tak lepas dari Vania. Usahanya berhasil, Vania hanya tinggal beberapa jengkal lagi dari posisinya saat ini."Vania!" Seru Gio setengah berteriak memanggilnya.Tangan lelaki itu kini menepuk pelan pundak Vania sesaat setelah wanita cantik itu menoleh padanya."Gio!" Balas Vania dengan ekspresi wajah terkejut."Aku tak mengira akan bertemu lagi denganmu di sini," ucap Gio tersenyum. Mungkin itu adalah senyum terbaik yang diperlih
Baca selengkapnya
Bab 79
"Aku tahu dan karena hal itu aku memintamu datang untuk bicara denganku, Mbak. Aku ingin secepatnya menyelesaikan semua masalah ini," ucap Vania sambil melirik Gio yang masih duduk di meja tak jauh dari tempatnya berada.***Gio menatap Vania yang sedang berbicara dengan Karin dengan tatapan sayu, mata itu seolah menyiratkan kerinduannya pada sosok wanita yang saat ini menghuni hatinya.Sudah beberapa kali ia mencoba melupakan Vania karena menyadari bahwa wanita itu sudah menutup harapan untuk bisa menjalin hubungan kembali dengannya. Namun, tetap saja sangat sulit baginya meskipun sudah beberapa cara di lakukannya.Mulai dari mencari kenalan cantik di lingkungan pertemanannya, di sosial media miliknya, bahkan ia juga pernah mengikuti kencan buta pada sebuah aplikasi chat, Namun tak ada sosok wanita yang mampu membuatnya berpaling dari Vania, bahkan Sabrina, mantan kekasihnya sewaktu masih menuntut ilmu diluar negeri pun tak jua mampu membuatnya melupakan Vania.Sambil menyesap kopi y
Baca selengkapnya
Bab 80
"Iya, aku memang tidak berdaya menentang keinginan mama Helena untuk memiliki seorang penerus. Aku memang diam saat beliau meminta Mas Rendi menikahimu. Andai kau berada di posisi ku apa kau bisa menolaknya?" Balas Karin tak sabar.***Vania tersenyum sinis." Mengapa bertanya seperti itu padaku, aku yakin kau sudah tahu apa jawabannya Mbak."Melihat reaksi Vania, Karin tampak tak mampu berkata-kata lagi. Tak lama ia memejamkan mata lalu menundukkan kepalanya, seakan sedang memikirkan sesuatu.""Mungkin kau benar, Vania. Aku yang terlalu bodoh karena berharap sebuah mata air di tengah gurun tandus yang gersang." Suara Karin terdengar lirih dan lemah."Kau tahu Vania? sejak awal Mas Rendi memang tidak pernah mencintaiku, pernikahan kami pun terjadi karena ia merasa bertanggung jawab atas kematian calon suamiku. Begitu juga dengan mama Helena, meski ia tak pernah bersikap kasar padaku tapi aku tahu ia tak begitu menyukaiku.""Apa yang sebenarnya ingin kau katakan padaku, mbak?" Tanya Van
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status