Semua Bab Ranjang Suami yang Terbagi: Bab 31 - Bab 40
90 Bab
Bab 31
Angin malam membelai wajah dan menerbangkan helaian rambutnya, membuat mahkota di kepalanya itu terlihat kusut dan berantakan. Dengan wajah cemberut, tangan Vania kini nampak menyugar surai panjangnya itu agar kembali tertata rapi."Bahkan angin saja seperti hendak mengajakku bertengkar," bibir Vania mengoceh, melampiaskan kekesalannya.Mendengar umpatan Vania, membuat sudut bibir Rendi melengkung, dari dalam mobil, lelaki itu tersenyum melihat wajah Vania yang masih cemberut. "Ah, princess, kau benar-benar ingin menggodaku," ujar Rendi sambil terus memperhatikan istri keduanya dengan dengan santai balik kemudi.***Beberapa saat berlalu, setelah Vania merasa emosinya mulai stabil, tangannya membuka pintu dan kembali duduk didalam mobil.Melihat Vania yang masih melengos dan membuang pandangan darinya, tak sedikitpun membuat Rendi marah, lelaki itu hanya diam saja sambil terus memandang lurus pada wajah istri kedua itu."Apa ada sesuatu yang aneh di wajahku?" Keluh Vania begitu menya
Baca selengkapnya
Bab 32
Ditatapnya foto itu cukup lama, sorot matanya nampak begitu sendu. Seakan ada sebuah kesedihan disana. Lama bibirnya membeku, seakan terkunci dan terhanyut dalam suasana yang diciptakannya sendiri, hingga akhirnya matanya mengedip sesaat, mengembalikan kesadarannya."Aku mencintaimu, mas. Tapi, aku juga tak ingin kehilangan dirinya. Aku tahu sejak awal cinta itu tak pernah hadir untukku, hanya saja aku tak mampu jika harus melepasnya," bisik Karin teramat pelan.****Karin memandang datar Rendi yang tengah berbaring di ranjang. Selepas mandi dan makan malam. Pria itu langsung merebahkan tubuhnya. Tak seperti biasanya yang selalu mengajaknya bicara walau sekedar hanya menanyakan kegiatannya hari ini. Helaan nafas panjang terdengar dari bibirnya, sorot matanya nampak sayu memandang punggung Rendi yang berbaring membelakanginya. Tangan Karin mengepal, ia menyadari jika sikap Rendi sedikit berubah beberapa hari belakangan ini. Lelaki itu sering terlihat bermain dengan pikirannya sendiri
Baca selengkapnya
Bab 33
"M-mas, untuk apa kau pagi-pagi datang ke rumahku?" Tanya Vania sesaat kemudian setelah menguasai dirinya kembali."Menghabiskan waktuku disini, apa tidak boleh?" Jawab Rendi tenang."Tidak! Lebih baik sekarang kau pulang, mas. Temani saja Mbak Karin! Lagipula sebentar lagi aku dan Bi Sumi akan belanja ke pasar." Usir Vania mencari alasan."Ah, princess.""Kupikir kau akan menyapaku dengan manis. Tapi ... Sudahlah, setidaknya, biarkan aku menikmati sarapanku dengan tenang." Ucap Rendi santai, tak mempedulikan tatapan mata Vania yang seakan mengeluarkan sinar laser.****Matahari mulai beranjak naik. Ketika Vania menyelesaikan ritual mandinya. Diliriknya jam yang tergantung di dinding kamarnya yang sudah hampir menunjukkan angka sepuluh, sudah waktunya untuk mengajak Bi Sumi kepasar.Kembali Vania memandang pantulan dirinya di cermin besar kamarnya. Menyempurnakan penampilannya. Mengenakan celana jeans dipadukan dengan kaos berkerah V neck, ditambah dengan makeup sederhana membuat Vani
Baca selengkapnya
Bab 34
l"Ayo bi!" panggil Vania sambil membuka pintu mobilnya."Lebih baik kakiku menginjak sampah yang bau atau genangan air kotor daripada mendengar ocehan mesum-mu itu." Sindir Vania ketus sambil menutup pintu mobilnya.Dari balik kaca mobilnya, Rendi memandang Vania sambil tertawa. "Ah ... Princess. Aku hanya menggodamu saja."***Suasana pasar tradisional yang cukup ramai dan bising tak membuat Vania Jenuh dan bosan. Sesekali terlihat ia ikut menawar dan membantu Bi Sumi memilih buah dan sayuran yang akan mereka beli.Sudah banyak buah dan sayuran dalam kantung belanja yang mereka pegang, termasuk dengan beragam bumbu disana. Rasa lelah dan pegal mulai terasa, namun, tak mereka hiraukan.Melihat Vania dan Bi Sumi yang sedikit kewalahan membawa kantung belanjaan, seorang remaja laki-laki mencoba menawarkan diri untuk membantu. Bi Sumi bilang, ia seringkali memakai jasa mereka jika sedang berbelanja."Ah, kalau begitu tolong bantu bawa yang ini," ucap Vania sambil memberikan dua buah ka
Baca selengkapnya
Bab 35
"Ah, kau masih saja suka cake pisang keju," ucap seseorang dari belakang.Mendengar seseorang menyahut, seketika Vania menoleh. Tampak disisi kanannya seorang pria mengenakan kaus putih beraroma maskulin sedang tersenyum padanya."Aku tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu disini, Vania.""G-gio," ujar Vania yang tak mampu menyembunyikan rasa terkejutnya. Tanpa disadari Vania jika sepasang mata tengah melihat mereka dengan wajah masam dari arah pintu masuk toko.****"Kau disini? Ah, maksudnya kau juga sering beli kue disini?" Tanya Vania sedikit terbata."Ini toko kue langganan mama," jawab Gio."Kau sendiri?" Pemuda itu balik bertanya."Aku baru pindah ke daerah sini jadi baru beberapa kali kesini," jawab Vania."Oh, pantas saja aku baru melihatmu. Soalnya aku sering kesini menemani mama," tutur Gio."Mbak Vania apa ada yang lain?" Tanya Bi Sumi menyela."Tidak ada bi, kalau bibi pengen ambil saja." Jawab Vania."Kau sendirian? Ah, maksudku berdua saja dengannya?" Tanya Gio samb
Baca selengkapnya
Bab 36
"Kita sudah sampai," ucap Rendi sambil menarik rem tangan mobilnya.Satu persatu penumpang mobil turun. Tampak Rendi mengeluarkan satu persatu kantung belanjaan yang diletakkan di bagian belakang mobil, yang segera dibawa masuk kedalam oleh Bi Sumi. Meninggalkan pasangan suami-istri yang masih terlihat sibuk saling berbalas pandangan."Apa kau masih berharap kembali pada mantan kekasihmu itu?" Tanya Rendi tiba-tiba ketika melihat Vania membalikkan badannya.****Vania duduk bersandar di dekat jendela kamarnya. Matanya memandang ke luar, menikmati langit senja yang memukau.Sudah pukul lima sore, namun entah mengapa tubuhnya enggan beranjak, setidaknya, pemandangan di luar jendela cukup menghibur hatinya.Kemarin, selepas mengantarnya dan Bi Sumi dari pasar, Rendi pamit langsung pulang, ia bilang tiba tiba ingat ada keperluan mendadak. Entahlah, Vania tidak ingin memikirkan sesuatu yang tidak tidak, karena alasan kepulangan Rendi terlalu konyol baginya.Helaan nafas panjang terdengar
Baca selengkapnya
Bab 37
Ditengah lamunannya, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Nampak nama ibu mertuanya yang tertera di sana, sambil melipat kening, segera saja tangannya menggeser layar ponselnya.[Vania sayang, mama ingin mengingatkanmu, minggu depan adalah liburan bulan madumu, mama harap kau sudah mengurus cuti dan kopermu.]"Liburan bulan madu? Artinya akan berdua saja dengan Mas Rendi?" Gumam Vania sambil mengigit bibirnya****"Wajahmu kenapa? Seharian kulihat kusut dan muram, seperti emak emak yang tidak dapat tiket antrian sembako murah?" Tanya Delia, teman sekantor Vania."Kurang tidur," jawab Vania asal."Kurang tidur, emang semalam kau habis begadang nonton bola atau ada hantu usil di rumahmu?" Kembali Delia bertanya."Aku lihat ada kuntilanak cerewet yang sedang menanyaiku," sahut Vania menyindir."Aku kan nanya beneran, nenek!" Sungut Delia."Sibuk urus cuti," jawab Vania pendek."Cuti? Kau mau ambil cuti?" Vania mengangguk."Iya, disuruh sama yang mulia kanjeng ibu mertuaku." Jawab Vania tamp
Baca selengkapnya
Bab 38
"Aku tahu kau ada dimana, karena itu aku ingin menjemputmu.""Kau tahu aku disini? Menjemput?" Kening Vania berkerut, sedetik kemudian kepalanya tampak menoleh ke kanan dan kiri seakan mencari seseorang. Sikap aneh Vania akhirnya menarik Delia untuk bertanya."Ada apa Vania? Apa yang kau cari?""Aku mencari beruang kutub yang lepas dari kandangnya, entah ada dimana makhluk berbulu itu sedang mengintipku," Ucap Vania asal bicara sambil terus memutar kepalanya mencari pria yang telah membuat hidupnya jungkir balik tiga bulan ini.***"Beruang kutub?" Tanya Delia tak mengerti."Ya, seekor beruang kutub yang sedang mengintipku sekarang," Jawab Vania sambil terus menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan Rendi.Dahi Delia tampak berkerut mendengarnya, ucapan Vania sedikit sulit dimengerti olehnya. Wanita itu hanya bisa mengamati saja tingkah Vania yang terus memantau sekelilingnya.Wajah Vania terlihat kesal, sambil mengigit bibir bawahnya, tak lama, ia kembali sibuk dengan bicara deng
Baca selengkapnya
Bab 39
"Aku tidak berminat, untuk apa liburan bulan madu itu, jika nantinya kita akan bercerai? Lebih baik kau ajak saja Mbak Karin untuk menggantikanku pergi ke sana, karena aku sama sekali tidak tertarik," ungkap Vania terus terang."Baiklah jika itu yang kau inginkan, tapi sepertinya kau lupa dengan perjanjian kita, jika kau ingin aku menceraikanmu maka lebih baik segeralah hamil, dan untuk membuatmu bisa hamil, aku harus lebih sering menyentuhmu.""Kita berdua harus menikmati liburan bulan madu yang tertunda itu, mama akan sangat marah jika kita tidak menghargai niat baiknya, bukankah begitu?" ujar Rendi dengan lengkungan tipis di wajahnya. Tersenyum penuh arti.***Tak seperti biasanya. Hari ini Vania tampak tak begitu bersemangat. Sejak pagi, wajah wanita itu ditekuk, meski perona pipi berwarna cerah ia usapkan, tetap saja tak mampu membuang kesan muram di wajahnya. Mengenakan blazer berwarna coklat muda dipadukan dengan tas dan sepatu berwarna senada, penampilan Vania tampak begitu s
Baca selengkapnya
Bab 40
"Haduh Vania sayang, mama pesan untuk membuat liburan bulan madumu terasa manis dan menggigit, seperti seorang perawan yang belum tersentuh." Ujar Helena tersenyum penuh arti."Jangan protes karena mama melakukannya agar perutmu segera terisi bayi. Ah, mama sudah tak sabar menunggu bayi kalian," Lanjut Helena bicara."Tuh bener kan bener konslet, beginilah resiko punya mertua rada konslet tingkat dewa," batin Vania lalu menelan ludah.***Keesokan harinya,Suasana bandara internasional Ngurah Rai, siang ini begitu ramai, baik penumpang domestik maupun internasional, tak heran karena bandara ini adalah salah satu bandara tersibuk di Indonesia.Di area kedatangan tampak Vania dan Rendi berjalan bersisian sambil menarik koper masing-masing, tak lama seorang pria berkemeja hitam terlihat melambaikan tangan pada mereka.Dengan mengulas senyum, Rendi membalas lambaian tangan tersebut dan menarik lengan Vania agar mengikuti langkahnya, tak lama mereka melangkah menuju arah dimana sebuah seda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status