All Chapters of Bahagia Tanpamu, Mas! : Chapter 31 - Chapter 40
87 Chapters
Pesan Misterius 2
Rasa penasaran membuatku menoleh ke arah sumber suara. Lelaki yang memakai kaos lengan panjang berwarna putih dengan celana panjang jeans berdiri tepat sampingku. Ku ingat-ingat siapa sosok yang kini berada di depanku. Rasa-rasanya pernah bertemu tapi siapa? Kepala ini masih saja tak ingat dia. "Lupa ya mbak?" tanyanya karena aku masih diam membisu. Meski tertutup masker tapi lelaki itu sepertinya tahu betul apa yang tengah aku pikirkan. "Diana baik Mbak? Kok tidak diajak?" Lagi dia bertanya seakan tahu diriku. Bahkan dia mengenal Diana. Siapa sebenarnya lelaki ini? Kenapa dia begitu mengenalku? "Maaf, siapa ya Mas?" tanyaku penasaran.. "Kalau pakai masker suka bingung, siapa yang menyapa," ucapku beralasan karena sejujurnya aku tak tahu siapa dia. Meski semua orang memakai masker tapi aku masih bisa menebak siapa. Namun tidak dengan lelaki di hadapanku ini. Atau mungkin faktor usia yang membuatku lupa begini. "Bagus, Mbak." Lelaki itu membuka masker. Menunjukkan senyum yang be
Read more
Pov Bagus
Aku duduk di teras ditemani kopi dan bolu rasa keju. Bik Darmi yang menyiapkan. Siapa lagi kalau bukan beliau. Beginilah nasib seorang duda. Hidup sendiri membuat semua keperluanku selalu di siapkan asisten rumah tangga. Keperluan makan atau sekedar membuat kopi. Tidak sampai menyiapkan baju ganti. Ya, karena itu tugas istri bukan asisten rumah tangga. "Papa, kapan Kak Ana main cini lagi?" tanya putriku yang tiba-tiba sudah ada di sebelahku. Kak Ana adalah nama anak Wulan. Diana tapi Naura lebih suka memanggilnya dengan sebutan Ana. Mungkin lebih mudah untuk diucapkan.Kami pernah bertemu dialun-alun. Waktu itu Diana dan Naura meminta balon yang sama. Namun hanya tinggal satu. Diana dengan senang hati memberikan balon itu pada Naura. Lalu keduanya, bermain bersama. Sungguh pemandangan itu sangat ku rindukan. Putriku sangat cocok dengan Diana. Senyum yang dulu hilang kini hadir lagi. Dan itu semua berkat Diana. Setelah kejadian Diana hampir kutabrak kala itu. Rasa penasaran membu
Read more
Hasil Tak Mengkhianati Usaha
Aku mulai mengelar pakaian yang akan di potong. Menggambar pola dengan kapur berwarna biru di atas kain hitam. Tanganku mulai menari di atas kain dengan lincahnya. Membentuk pola gamis dengan wiru di bagian bawah. Bagian tangan sendiri akan di beri karet. Aku suka mengamati berbagai fashion wanita. Memodifikasi hingga terciptalah model gamis terbaru. Membuat model baru membutuhkan kreatifitas. Sering kali model yang kubuat tak sesuai pasaran. Itu yang membuat aku mengamati trend fashion terkini. Beruntung aku tak lagi dipusingkan dengan urusan menjahit karena sudah ada Mbak Ina dan Ami yang siap membantu menjahit. Mereka berdua adalah teman saat kursus menjahit dulu. Alhamdulillah, mereka sangat antusias saat kutawari pekerjaan ini. Katanya bisa membantu perekonomian keluarga mereka. Dari hasil produksi gamis online aku bisa mengembalikan modal Mas Rohmad. Aku juga bisa mengirimkan uang untuk kehidupan Diana. Ya, karena tak mungkin mengandalkan Mas Wahyu. Saat hidup bersama saja d
Read more
Hasil Tak Mengkhianati Usaha 2
"Lebih baik mikirin Parjo to mbak, dari pada mikirin diet tapi gak kurus-kurus." Ami tak mau kalah. Wajah Mbak Ina seperti dompet di akhir bulan. Maklum saja, Mbak Ina memiliki tubuh yang subur seperti sawah kena air hujan. Niatnya diet tapi hanya dalam wacana kenyataan tubuhnya makin melar ke samping. Kupegangi perut yang terasa kram karena terlalu lama tertawa. Dua wanita itu jika disatukan akan seperti itu. Ada saja keributan kecil yang terjadi tapi justru membuat rumah ini terasa hangat. Kehadiran mereka menyembuhkan lukaku. Luka akibat Mas Wahyu. Aku sampai lupa kapan terakhir kali tertawa lepas seperti itu. Ya, karena hidup dengan Mas Wahyu adalah sebuah kesalahan besar. Meski begitu, aku tak pernah menyesalinya karena dari pernikahan dengan Mas Wahyu lahirlah Diana, penyemangat hidupku. ***Adzan ashar telah berkumandang di masjid tak jauh dari rumahku. Segera aku melakukan ibadah wajib empat rakaat itu. "Mau makan apa nih?" tanyaku pada Mbak Ina dan Ami. "Mau traktir
Read more
Pov Wulan
Pov WulanSetelah kepergian Mbak Anita dan Mbak Intan. Aku mulai membersihkan tempat menjahit di bantu Mb Ina dan juga Ami. Kain perca kumasukkan ke dalam kantung plastik besar berwarna hitam. Hasil potongan dan benang kutata di rak masing-masing.Membersihkan tempat menjahit bukan berarti nanti malam aku tak menjahit lagi. Kalau ada waktu aku akan menjahit di malam hari. Setidaknya mengobati rasa bosan di rumah seorang diri. Bruum .... Suara mobil berhenti di halaman rumah. Apa mungkin Mbak Anita dan Mbak Intan lagi?Aku berjalan ke depan. Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di halaman rumah. Mobil yang berbeda dengan mobil milik Mbak Anita. Aku masih berdiri menunggu sang pengendara keluar dari kendaraan roda empatnya. Seorang lelaki yang memakai masker berwarna hitam. Lelaki itu membuka pintu depan sebelah kemudi. Seorang gadis cantik keluar tanpa memakai masker. Dia gadis yang pernah kulihat. Lelaki yang menggendongnya pasti Pak Bagus. "Assalamu'alaikum," sapanya. "Waa
Read more
Pov Wahyu
Pov Wahyu"Makasih sayang. Kamu memang luar biasa. Tak salah aku memilihmu menjadi kekasihku," ucap tante Mona lalu mengecup pipi. Wanita di sebelahku ini terlelap dengan tangan memeluk tubuhku. Ya, dia kelelahan setelah berbagi peluh denganku. Seperti inilah hidupku sekarang, manjadi suami tante haus belaian. Bukan suami lebih tepatnya pemuas nafsu. Ya, karena aku menikahi tante Mona hanya untuk itu. Tante Mona selalu meminta jatah kapanpun dia mau. Tak perduli pagi, atau pun siang. Setiap kali dia ingin, aku harus selalu memenuhinya. Kalau ditanya apa aku bahagia? Jelas iya. Lelaki mana yang tak bahagia saat diberikan servis yang luar biasa. Tante Mona memang pandai menyenangkanku. Bersamanya aku seperti hidup di surga. Harta berlimpah. Kebutuhan biologis selalu terpenuhi. Tak perlu aku bekerja karena semua kebutuhanku akan ia penuhi. Semenjak bersama tante Mona aku mulai mengikis nama Wulan dalam hati. Meski tak bisa ku pungkiri dalam hati kecilku masih ada namanya. Biarlah di
Read more
Kedatangan Ibu Mertua
Gemercik air hujan menjadi sebuah nyanyian pagi ini. Suara katak menyambut pagi yang masih terlihat gelap. Ya, hari ini sang mentari seolah malu untuk menatap dunia. Atau lebih tepatnya awan mendung yang menghalangi hangatnya sinar matahari. Saat ini cuaca tidak bisa lagi di tebak. Siang panas, sorenya hujan lebat. Seperti saat ini tiba-tiba hujan menguyur saat mentari siap muncul dari peraduan. Hidup seorang diri membuatku jarang masak. Biasanya sarapan hanya beli nasi uduk di gang depan. Namun karena hujan membuatku enggan keluar rumah. Mau tak mau harus masak sendiri. Beras sudah kumasukkan ke magic com. Tinggal menunggu hingga matang dengan sendirinya. Kemajuan teknologi membuat kegiatan memasak jauh lebih cepat. Tapi anehnya masih banyak orang yang tidak suka memasak. Ya, begitulah manusia. Lebih memilih instan tinggal makan tanpa harus ribet di dapur. Kukeluarkan bandeng yang kemarin kubeli. Untung saja kemarin sempat belanja di abang tukang sayur. Kalau tidak makan apa aku
Read more
Kedatangan Ibu Mertua 2
"Itu bukan kapasitas Wulan, Bu. Mas Wahyu yang lebih berhak menjelaskan pada kalian.""Wahyu tak pernah sekali pun membahas masalah perceraian, Lan. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan Diana jika tahu kedua orang tuanya berpisah? Dia pasti terguncang. Dan ibu takut akan mempengaruhi perkembangan psikisnya. Harusnya kamu berpikir apa akibatnya sebelum memutuskan berpisah. Dalam rumah tangga perdebatan dan pertengkaran adalah hal biasa. Ibarat sayur, ini adalah bumbunya. Setelah perdebatan pasti hubungan keluarga akan semakin hangat."Kuhirup udara dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Aku harus waras agar bisa menjawab pertanyaan ibu dengan bijak. Lebih tepatnya agar setiap ucapan yang keluar tak menyakitinya. Sebagai orang tua, kabar perceraian adalah mimpi buruk dalam hidupnya. Aku tak menyalahkan jika ibu menginginkan kami tetap bersama. Karena ketidaktahuan beliau membuatnya seperti menyalahkan atas keputusan yang ku ambil. Mungkin setelah tahu alasanku, beliau akan meny
Read more
Salah Paham
"Apa yang aku bilang, Mas Bagus itu sukanya sama Mbak Wulan. Bukan kamu!""Siapa yang suka Wulan?" tanya ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangku. Ami dan Mbak Ina yang tadi berdebat kini diam seketika. Raut tegang tergambar jelas di wajah keduanya. Begitu pula diriku. Bukan, bukan karena aku memiliki perasaan atau hubungan istimewa pada pemilik toko peralatan jahit itu. Namun lebih tak ingin ibu salah paham. Dan mengira Mas Baguslah alasanku menggugat cerai Mas Wahyu. "Ibu salah dengar, Ami memang suka bercanda masalah lelaki. Maklum jomblo." Ami bermuka masam saat kata jomblo keluar dari mulutku. "O, ibu kira kamu memiliki lelaki lain hingga akhirnya meminta cerai"Nah kan apa yang aku pikirkan menjadi kenyataan. Untung saja ibu tak curiga. Bisa gawat jika beliau berpikir yang tidak-tidak. "Apa itu,Lan?" tanya ibu saat memihat kantung plastik berisi makanan. "Ini pesanannya Mbak Ina, iya kan Mbak?" Kukedipkan mata pada wanita berhijab kuning itu. "I-iya Bu, teman saja baru bu
Read more
Salah Paham 2
Sorot mentari menghangatkan kulit. Cuaca hari ini terlihat cerah. Secerah senyum Ami dan Mbak Ina yang baru saja datang. Maklum ini sabtu, waktu mereka menerima gaji. Aku memang mengaji mereka tiap hari sabtu dan pada hari minggu biasanya mereka libur. Namun berhubung kerjaan banyak,hari minggu besok mereka akan tetap bekerja seperti biasanya. "Yang hari ini gajian seneng bener!" ledekku. "Iya dong Mbak, gajian buat beli skincare. Siapa tahu Mas Bagus kecantol. Biar duda tapi tajir melintir."Aku tertawa dengan tingkah Ami. Sebegitu suka kah dia dengan Mas Bagus. Apa efek jomblo terlalu lama membuatnya ngawur ketika berbicara. Ya, bisa jadi seperti itu. Kami mulai melakukan rutinitas, bermain dengan kain, benang dan mesin jahit. "Mbak Wulan sudah mulai menjahit? Sepagi ini?" tanya Mbak Ina seperti keheranan melihat satu gamis telah selesai ku jahit tinggal memeberi kancing fantasi di bagian perut ke bawah.. Tak ada kerjaan rumah membuatku menjahit lebih pagi. Semua pekerjaan ruma
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status