All Chapters of Aku Istri Kekasih Sahabatku: Chapter 171 - Chapter 180
182 Chapters
Bab 171. Delisia Ke Luar Kota? (Pov Aksa)
Aku kembali fokus ke depan setelah mendengar suara MC. Acara sudah dimulai dari tadi. Tetapi ini lah yang paling aku tunggu. Benak dipenuhi rasa penasaran, siapa yang akan maju sebagai wisudawan terbaik perwakilan fakultas ilmu sosial dan politik. "Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik dari program studi komunikasi. IPK 3, 85. Kartika Lestari. Lahir, 10 Mei 1995." Hampir semua orang bertepuk tangan. Karena saat ini sedang gladi, semua orang masih diperbolehkan untuk bertepuk tangan. Tetapi saat pelaksanaan acara wisuda besok, sangat dilarang. Mungkin di ruangan ini hanya aku, Juna dan Rian yang tidak bertepuk tangan. Aku masih kaget. Tidak percaya dengan nama yang baru saja diucapkan oleh MC. Mungkin Juna dan Rian juga sama kagetnya dengan aku. Ternyata dugaanku benar. Perempuan yang duduk di kursi paling depan, dia lah lulusan terbaik. Benak di penuhi tanya, Delisia dimana. Kenapa bukan dia yang menjadi lulusan terbaik? Kenapa harus diganti? Siapa orang yang berani mengganti nam
Read more
Bab 172. Pulanglah! (Pov Aksa)
Aku melajukan mobil menuju kampung halaman Delisia. Masih teringat jelas nama desa yang pernah Delisia katakan padaku – Desa Toura, itu namanya. Aku belum pernah ke sana. Ini akan menjadi yang pertama kali. Semoga saja tidak kesasar. "Delisia, yang di katakan oleh Pak Jamal tidak benar kan? Kamu tidak akan mungkin keluar kota tanpa sepengetahuanku." Aku bermonolog di dalam mobil. Hati dipenuhi rasa takut. Aku takut kalau sampai yang diucapkan oleh Pak Jamal benar. Aku sangat takut kehilangan Delisia! Beberapa jam perjalanan, aku akhirnya tiba. Tadi aku bertanya letak Desa Toura ketika tiba di pasar tradisional. Arah jalannya tidak terlalu sulit untuk diingat. Lurus mengikuti jalan sejauh lima ratus meter. Lalu belok kanan ke Gapura yang bertuliskan Desa Toura. Rumah Delisia yang mana ya? Dari pada mengendara tidak jelas, aku pun turun ketika melihat lima orang ibu ibu sedang bercerita-cerita di atas gazebo. "Ibu, mohon maaf. Rumah Pak Rusdin dimana ya?" tanyaku setelah menurunk
Read more
Bab 173. Aku Yang Salah (Pov Aksa)
Aku terdiam cukup lama. Memikirkan kalimat apalagi yang bisa aku katakan agar tetap berada di sini. Aku belum ingin pulang. Wisuda besok, ahh, sepertinya aku tak perlu ikut. Aku akan memberi tahu ayah nanti. Sekarang yang lebih penting, aku harus menyelesaikan masalahku dengan Delisia. "Apa sudah tidak ada lagi kesempatan untuk aku memperbaiki hubungan dengan Delisia? Aku mengaku salah dan aku berjanji akan berubah." Percakapan kami terhenti saat ayah mertuaku datang. Kini lelaki tua berwibawa itu duduk di hadapanku. ayah dan ibu mertuaku saling tatap sejenak. Mereka lalu melihatku. "Delisia sudah terlalu kecewa pada kamu, Nak Aksa. Lebih baik kamu lupakan Delisia. Mulai hidup yang baru. Apalagi perceraian kalian sedang di urus oleh Pak Candra," ujar ibu mertuaku. What? Kenapa ayah tidak pernah katakan padaku kalau sedang mengurus perceraian. Mungkin ini kah alasan kenapa ayah sekarang sudah jarang mengajakku bicara? "Tidak, Bu. Aku dan Delisia tidak akan bercerai karena aku
Read more
Bab 174. Perempuan Berhati Malaikat (POV Aksa)
Aku kini telah berada di kamar Delisia. Setelah mengantarku masuk ke kamar, ibu mertuaku lantas keluar. Kamar Delisia sangat minimalis, namun membuat siapapun yang masuk akan terasa nyaman. Bahkan toiletku lebih besar dari kamar Delisia. Tetapi penataan barang yang ada di kamar ini cukup bagus untuk ruangan yang berukuran minimalis. Aku menyentuh kasur Delisia yang kini sedang aku duduki. Kasur nya bukan spring bed. Semoga saja badanku tidak sakit saat tidur. Aku tidak terbiasa tidur di kasur seperti ini. Terbuat dari apa ya ini? Aku baru pertama kali melihat kasur begini. Sepertinya dari kamar. Masa sih ada kasur yang terbuat dari kapas? Aku terus bertanya-tanya dengan tangan masih memegang kasur Aku berdiri, melihat lihat buku yang ada di rak. Mataku fokus pada sebuah buku yang sama dengan buku yang ada dalam tas ku. Ya, buku diary Delisia. Tanpa menunggu lama, aku langsung mengambil. "Sebenarnya Delisia punya berapa buku diary? Terus kenapa dia tidak membawa buku ini? Kalau
Read more
Bab 175. Jangan Pamit! (Pov Aksa)
Aku lanjut ke halaman berikutnya. Ternyata ini sudah halaman terakhir. Berbeda dengan diary yang berada di tasku, yang sudah berisi tulisan sampai halaman terakhir. Diary ini hanya empat halaman. Aksa… Mulai hari ini aku akan belajar melupakanmu. Aku akan pergi ke suatu tempat yang jauh, agar tak bisa bertemu lagi dengan kamu. Kalau kamu ingin menikah dengan Utami. Menikahlah! Aku ridho. Hehe, mungkin kamu tak butuh ucapan ridho dariku. Tak mengapa, aku akan tetap mengatakan. Ahh, bukan mengatakan sih lebih tepatnya. Tetapi menulis dalam diary ini. Karena aku tak mungkin bisa mengatakan pada kamu. Aku tak berani. Dan aku tahu kamu juga tidak butuh ungkapan dari aku. Aku akan menunggu berkas perceraian yang harus aku tanda tangani. Selamat berbahagia dengan kehidupan barumu. Aku menulis ini setelah sholat subuh. Hari ini aku akan pergi. Kamu baik-baik yaa. Jaga kesehatan. Jangan jadi lelaki pemarah lagi. Aku pamit!" "Jangan pergi! Aku sungguh menyesal, Delisia. Aku sangat m
Read more
Bab 176. Apa Salahku? (Pov Utami)
*** "Ngapain kamu datang ke sini? Ada keperluan apa?" Saat ini di hadapanku ada Juna. Sudah berulang kali aku melarangnya untuk datang ke sini. Aku tidak ingin bertemu dengannya. Tetapi Juna terlalu keras kepala. Dia tidak mengindahkan perintahku. "Aku mau ngasih ini?" jawab Juna dengan gaya santai. Tampangnya sangat membuat jengkel. "Apa itu? Diary siapa? Sana, bawa pulang! Aku tidak mau ada satupun barang dari Aksa di Rumahku. Dan kamu, silahkan pulang dan jangan datang ke sini lagi." Aku berkata dengan raut wajah marah. Baru sekarang aku mau menemuinya. Karena capek mendengar pintu kamarku selalu diketuk oleh asisten rumah. Yang katanya, Juna mencari ku. Siapa yang tidak jenuh kalau setiap hari di datangi hanya karena Juna ingin bertemu denganku. Kali ini aku mau menemuinya supaya dia tidak datang lagi datang ke sini. "Ini buku diary Delisia. Bacalah. Agar otakmu bisa waras. Sebelum nanti kamu menyesal selamanya." "Maksud kamu apa? Kamu mau bilang kalau aku tidak waras? J
Read more
Bab 177 Juna, Si Lelaki Aneh (Pov Utami)
"Pulang! Kalau kamu datang ke sini yang untuk menceritakan mereka, membela mereka. Pulanglah! Aku tidak ingin mendengar cerita apapun tentang mereka. Sakit, Juna! ... Apa yang mereka perbuat sangat menyakitiku ... Kenapa selama ini Delisia tidak jujur padaku? Kenapa dia tidak cerita semua ke aku? Dan Aksa, dia selalu bersikap seolah tidak akrab dengan Delisia. Padahal kenyataannya, mereka sudah menikah ... Mereka menikah dan aku tidak tahu!" Aku histeris. Mungkin suaraku dapat di dengar oleh semua asisten di rumah ini. Aku tidak peduli. Mereka pasti sudah tahu jika aku sedang ada masalah. Setelah tadi Juna melepas pelukan, kini dia kembali membawaku dalam pelukannya. Aku terseduh seduh. Sebenarnya ada sedikit rasa tenang saat berada dalam pelukan Juna. Tetapi tidak mungkin aku katakan. Juna pasti akan besar kepala. Lumayan lama berada dalam pelukan Juna. Dia tidak lagi banyak bicara seperti tadi. Mungkin karena tidak ingin melihatku mengamuk lagi. Juna kini melepas pelukan dengan
Read more
Bab 178. Catatan Diary Delisia (Pov Utami)
Setelah Juna hilang dari pandangan, mataku terfokus pada dua buku diary yang ada di atas meja. Tanganku pun mengambil. Ahh, aku tidak perlu membaca buku ini. Pasti isinya akan sangat menyakitkan untuk aku. Tetapi aku juga penasaran. Memangnya apa sih isinya, hingga Juna memaksaku untuk membacanya? Kalau tidak penting, Juna pasti tak akan membawanya ke sini. Aku pun mengambil. Lalu membawanya ke kamar. Setelah tiba di kamar, aku mengambil diary yang semua halaman dipenuhi tulisan. Aku membuka lembaran pertama. Hari ini seperti mimpi bagiku. Ya Allah, jika ini sebuah mimpi, segera bangunkan aku. Mimpi ini terlalu buruk. Aku tidak tahu jika lelaki yang dijodohkan denganku adalah Aksa, kekasih sahabatku. Bagaimana perasaan Utami jika tahu aku menikah dengan Aksa? Dia pasti akan sangat terluka. Aku tak tahu harus berkata apa padanya. Aku takut Utami membenciku. Di sahabatku satu-satunya. Aku tak ingin kehilangan Utami. Kalau Utami tahu tentang pernikahan ini, dia pasti akan sangat ma
Read more
Bab 179. Cinta Diam Diam (Pov Utami)
Keesokan harinya, ternyata Juna menepati perkataannya, dia datang lagi di rumahku. Namun sekarang, aku tidak lagi marah-marah seperti kemarin. Saat asisten rumah mengetuk pintu kamar dan memberitahu Juna ada di bawah, aku langsung keluar, turun dari lantai dua kamarku. Juna tersenyum. Tetapi aku tak membalas senyum itu. Aku rasa tidak perlu ramah padanya. "Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Juna dengan wajah yang ceria. "Apa saja yang kamu tahu tentang Delisia?" Aku pikir tidak penting menjawab pertanyaan Juna. Sekarang yang paling penting, aku harus tahu tentang Delisia. Juna pasti sudah mendengar semua ceritanya dari Aksa. "Dia perempuan baik. Banyak hal yang sudah dilakukan Delisia untuk menjaga perasaan kamu, Tam. Termasuk menghilang dari kehidupan kita semua. Sampai sekarang Aksa tidak tahu Delisia berada dimana. Kemarin Aksa juga tidak ikut wisuda karena pergi ke Rumah Delisia yang ada di kampung … Orang tua Delisia tidak mau memberitahu tempat tinggal Delisia sekarang.
Read more
Bab 180. Sah Menjadi Istri (Pov Utami)
***Hari ini, aku akan menjalani pernikahan. Bukan dengan Aksa, tetapi bersama Juna. Ahh, aku akhirnya menerima Juna setelah melihat perjuangannya selama setahun ini. Sebenarnya aku belum terlalu mencintainya, tetapi aku ingin membuka hati untuknya. Juna tidak ingin jika kami pacaran. Akhirnya keputusan ini lah yang aku ambil. Menikah dengannya! "Tam, kamu belum selesai di make-up?" Aku kembali mendengar suara mama. Sudah terhitung tiga kali mama masuk ke kamar ini hanya untuk menanyakan tentang kesiapan.Aku tak perlu menjawab. Mama pasti bisa melihat sendiri, apa aku sudah selesai dimake-up atau belum."Mba, tolong cepat-cepat ya. Acaranya tidak lama lagi akan di mulai," ujar mama pada MUA yang sedang memberi hiasan di atas kepalaku."Mama, jangan disuruh cepat-cepat. Nanti jadinya jelek." Aku berkata dengan suara manja. Mama pun keluar tanpa menggubris ucapanku. Iya sih, acaranya tidak lama lagi akan di mulai, tetapi aku tidak suka di suruh cepat-cepat. Takut hasilnya tidak memua
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status