All Chapters of Obsesi Liar Maduku: Chapter 41 - Chapter 50
131 Chapters
Bab 41
Hingga tiba-tiba saja suara deringan telepon dari ponsel milik Rama memecahkan keheningan. Rama meminta izin untuk keluar sejenak menerima telepon itu. Sedangkan maminya dengan Rosa masih saja adu mulut.Tepat saat sudah keluar rumah, Rama dapat melihat siapa yang meneleponnya. Tanpa ragu, Rama pun mengangkat telepon dari orang yang sudah ia tunggu-tunggu, tentu saja. Karena yang meneleponnya adalah dari pihak kepolisian."Halo, Pak?" sapa Rama langsung. "Apakah ada kabar terbaru?"["Selamat siang, Pak Rama,"] jawab orang yang ada di seberang telepon. ["Saya ingin mengabarkan kalau saat ini kami sudah berhasil mengamankan dan membawa saudari Zea dan juga kekasihnya Dani, di rumah orang tua saudari Zea. Sekarang mereka berdua akan segera kami bawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut."]Seketika bola mata Rama serasa seperti akan keluar. Ia membulat dengan sempurna, tentu saja dengan senyuman yang mengembang menyertai di setiap sudut bibirnya."Apakah sekarang mereka sudah b
Read more
Bab 42
Zea pun dengan paksa dijalankan agar bisa masuk ke mobil polisi. Tentu masih ada perlawanan yang sangat jelas dari Zea.  "Tak bisakah kalian lebih lembut, Huh? Apa kalian tidak melihat kalau saat ini aku sedang hamil?!" pekik Zea lagi.  Pihak polisi itu seakan tidak membuka telinganya. Mereka masih saja memaksa untuk Zea agar bisa masuk ke dalam mobil polisi dan dibawa ke kantor.  'Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan!' batin Zea penuh kekhawatiran. Pun Zea langsung menatap Dani guna untuk meminta pertolongan.  Namun, mata Zea membulat dengan hati yang mencelos, saat tahu kalau sekarang Dani, kekasihnya itu sedang mencoba untuk menghindar dari pandangan para polisi.  'Dani ... dia mau meninggalkanku sendiri? Tenggelam dalam lumpur sialan ini?' batin Zea yang tak percaya atas apa yang dilakukan oleh Dani. Bahkan, laki-lak
Read more
Bab 43
"Kurang ajar kamu! Lelaki brengsek!" Rosa tidak segan untuk berbuat kasar kepada Rama. Ivan yang melihat sang istri yang mulai nekat memukul Rama lantas berlari menghampiri dan menahannya. "Ma, jangan begitu!" "Jangan begitu bagaimana, hah?! Ini semua salahnya!" teriak Rosa murka. "Ini bukan salah Rama, Ma." Menurut Ivan semua memang bukan salah Rama, karena laki-laki itu hanya melaporkan semua sesuai apa yang telah terjadi. Ivan tidak dapat membantah kalau Zea memang melakukan kejahatan. "Bukan salahnya bagaimana? Karena dia sekarang Zea ditangkap polisi!" Rosa menatap Rama penuh dendam. Polisi merasa situasi semakin tidak kondusif, tetapi dia tidak bisa tetap di sini. "Mohon maaf, Pak, Bu. Saya permisi." "Tidak boleh! Bapak tidak boleh membawa anak saya!" bantah Rosa. "Silakan, Pak. Biar saya yang mengurus istri say
Read more
Bab 44
Mendengar permintaan Rama membuat beberapa orang memutuskan untuk pergi, tetapi masih banyak yang berdiam diri karena merasa akan ada drama lagi yang akan terjadi. Sekar kesal dengan Rama. "Maksud kamu apa? Kenapa kamu membela mereka? Biarkan saja semua warga tetap di sini dan menghina mereka. Toh, itu salah mereka!" "Aku tidak membela, Mi. Tapi kasihan Om Ivan, lagipula ini bukan kampung kita, malu," jelas Rama. Sekar berdecih, dia bahkan tidak peduli di mana dirinya berada sekarang. "Benar kata Mas Rama, Mi. Kita jangan gegabah, lagipula Mas Rama emang orangnya pendamai, makanya adem terus bawaannya kalo deket dia, nurun maminya," ucap Anin membuat Sekar dan Rama tersipu karena dipuji. "Bisa saja kamu, Anin," ucap Sekar. "Aku bicara jujur, Mi. Jadi, lebih baik kita jangan memperpanjang masalah, biar polisi yang memberitahu hasilnya apakah Zea terbukti bersa
Read more
Bab 45
Terburu-buru menormalkan debaran di dadanya, Siti kemudian memantaskan diri secepat mungkin, agar wajahnya tidak kentara habis terkejut. Lalu dia berjalan keluar dengan santai, seolah-olah baru saja dari arah belakang rumah.  "Ya Bu. Ada apa?" tanyanya sopan.  "Tolong bikinin kami teh dan kopi. Sekalian cemilannya juga," perintah Sekar.  Perintah Sekar diucapkan dengan sangat jelas. Tetapi Siti tidak mengerti kenapa matanya tiba-tiba terpaku pada Tuannya, Rama. Sampai-sampai perintah Sekar seolah angin lalu saja di telinganya.  Jantungnya yang nyaris copot karena teriakan Sekar yang memanggil namanya, kini berganti dengan debaran lain ketika bertemu dengan wajah Rama di hadapannya.  Walau secara naluriah, dia mendengar ucapan Sekar, namun ucapan itu sangat samar masuk ke dalam telinganya.  
Read more
Bab 46
"Aku bakal menyingkirkan Anin dan bayi dalam perutnya dengan merusak bagian mesin mobilnya. Bu Anin pasti akan menyetir sendiri mobilnya kalau dia bepergian. Jadi, kalau dia kecelakaan, gara-gara mesin mobilnya sendiri yang rusak, pasti itu kayak kecelakaan biasa aja," bisik Siti. Sebelah alisnya terangkat. Wajahnya penuh kelicikan. Dia yakin kalau rencananya itu akan berhasil memisahkan Anin dari Rama selama-lamanya. Berpikir demikian, tangannya semakin cepat bekerja. Piring-piring kotor yang bertumpuk, satu-persatu selesai dicuci. Siti kemudian beralih ke tugasnya yang lain. Kini dia menjemur pakaian-pakaian yang sudah selesai dicuci dan siap untuk dijemur. Siti bergegas menuju ke belakang rumah, untuk menjemur semua pakaian tersebut. Dia sudah tidak sabar untuk mewujudkan rencananya. Ada satu bengkel yang dia kenal pemiliknya. Jadi Siti berencana untuk meminta bantuan temannya itu, untuk merusak m
Read more
Bab 47
“Ah kamu bisa saja, tentu saja senang kalau Rama pergi, dia tidak perlu mencuci banyak baju dan masak banyak,” sela Sekar dan membuat semua yang hadir tertawa. Rama kemudian menghubungi Akbar untuk menanyakan posisi lelaki itu sudah berada di restoran atau belum. “Halo?” sapa Rama ketika Akbar sudah menjawab telponnya. “…” “Kamu sudah di mana Bro? Kita sudah mau berangkat ini,” ucap Rama, ingin memastikan posisi Akbar. “….” “Baiklah kalau begitu, kami langsung berangkat sekarang juga,” jawab Rama kemudian menutup sambungan teleponnya. “Gimana Ram, Akbar sudah ada dimana?” tanya Sekar ketika anaknya sudah menutup telepon. “Ternyata Akbar sudah menuju ke restoran tersebut, kemungkinan hanya sepuluh menit lagi sudah sa
Read more
Bab 48
Bahkan, ia sampai memukul kepalanya, berharap ide akan cepat mengalir jika dirinya melakukan hal itu. Sungguh konyol memang. Akhirnya, setelah berpikir keras sampai membuat kepalanya sakit, Siti mempunyai ide cemerlang. Mungkin dengan cara mengundurkan diri, dia akan selamat dari tuduhan yang mungkin akan tertuju padanya nanti.  Siti akan pergi sebelum keberangkatan Rama ke luar kota. Dengan begitu, ia akan semakin mudah untuk berkelit dan meloloskan diri dari asumsi orang lain yang mungkin akan menyudutkannya bila kecelakaan itu terjadi pada Anin.   “Sudah tidak ada cara lain. Hanya itu cara yang bisa aku lakukan untuk meloloskan diri. Bila aku pergi secepatnya, pasti tidak ada orang yang berani menuduhku selepas ini,” tutur Siti bermonolog.  Senyum miring menghiasi bibirnya. Ia tersenyum puas. Membayangkan rencana demi rencana yang ia susun rapi di kepala aka
Read more
Bab 49
Akbar memeriksa dengan sangat teliti. Ternyata ucapan Rama memang benar adanya. Ini bisa menjadi satu bukti yang cukup kuat nantinya. Saat Akbar tengah memeriksa semua pesan tersebut, Rama pun cepat menghubungi pengacara keluarganya untuk ikut membantu mengusut permasalahan ini agar bisa cepat terselesaikan. Dengan begitu, baik dia dan istrinya bisa berpikir lebih nyaman tanpa dihantui oleh bayang-bayang permasalahan dengan Zea.  “Saya juga ingin menyampaikan pada Anda, Pak Akbar. Bahwa, terpaksa lusa saya harus pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Bisakah Anda berusaha untuk lebih mendesak pihak kepolisian agar mau mempercepat proses pengadilan Zea dan kekasihnya itu? Saya tak masalah jika harus mengeluarkan biaya lebih untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi saat ini. Karena kenyamanan dan keamanan istri saya saat sekarang jauh lebih penting dari apa pun itu.   Apalagi, sekarang Anin sedang men
Read more
Bab 50
Ya! Siti terpaksa menyudahi perdebatan tak berdasar tersebut dan memperlakukan Agus dengan baik karena ia masih membutuhkan jasa lelaki itu. "Ya sudah, kita langsung saja ke garasi." Siti lekas mengajak Agus beserta temannya menuju sebuah garasi tempat mobil majikannya terparkir. Mereka pun segera melancarkan aksinya dengan mulai mengeluarkan alat-alat untuk mengeksekusi mobil tersebut. "Hey! Apa kau yakin kita tidak akan tertangkap basah?" ujar Agus menatap wajah Siti dengan sedikit gelisah, "Kira-kira kita punya waktu berapa lama agar tidak ketahuan?" Siti pun terlihat berpikir sembari menatap sembarang arah, lalu ia meraih ponselnya berinisiatif untuk menghubungi majikannya yang sedang berada di luar. Jari jemarinya mulai menari di atas papan ketik merangkai sebuah kalimat untuk dikirimkan kepada majikannya. Sementara itu di lain tempat, Anin tampak sibuk
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status