All Chapters of Aku Tidak Tidur, Mas!: Chapter 11 - Chapter 20
45 Chapters
Sebelas
"Hei ..., syukur-syukur aku hanya meludahimu! Seharusnya kamu kuhajar juga seperti aku melakukannya pada anakku!" jawab Papa tak kalah murka.Suara pintu diketuk tiba-tiba terdengar. Pak Dadang security yang menggerebekku semalam pun masuk."Lapor Pak, warga di luar tak terkendali. Mereka menuntut agar bisa mengarak Pak Dani dan Bu Haya keliling komplek perumahan terlebih dulu!" ucapnya lantang.Apa lagi ini? Mengarakku? Apa yang mereka inginkan sebenarnya? Tidakkah cukup bagi mereka telah menghinaku seperti binatang."Bagaimana, Pak? Mereka tidak akan membuka jalan sebelum permintaannya dituruti," lanjut Pak Dadang lagi.Pak RW dan Pak RT menatapku, seperti berpikir keras. Aku berharap dia bijak, dan tidak akan meluluskan permintaan tidak masuk akal para warga tersebut."Kita coba saja terobos. Semoga mereka mau memberi jalan. Kita harus segera berangkat ke kantor polisi saat ini juga."Segera setelah itu aku diapit oleh beberapa bapak-bapak, begitu juga dengan Haya. Mereka pun memba
Read more
Dua Belas
Saking fokusnya dengan masalahku, aku dan Salsa melupakan tentang bisnis online kami 'Shasa Dress'. Karyawanku berdatangan dengan wajah bingung karena tak biasanya di rumahku banyak orang.Mereka semua bertanya apakah hari ini mereka bekerja seperti biasa atau tidak. Aku menyerahkan semua keputusan pada Salsa. Biar ia yang handle dulu.Salsa pun memutuskan untuk tetap bekerja seperti biasa saja. Karena deadline untuk launching produk baru semakin dekat. Semua karyawanku yang kini tinggal berjumlah empat orang pun memasuki ruangan untuk bekerja. Sementara itu aku kembali ke kamarku. Belum sempurna kulangkahkan kaki keluar dari ruang kerja, kudengar bisik-bisik dari karyawanku yang membicarakan perihal Risa."Pantas saja Risa akhir-akhir ini gaya hidupnya semakin tinggi. Ternyata karena dia jadi simpanan istri bos kita sendiri." Kuhentikan langkahku untuk mendengar semuanya. "Iya, masa tiba-tiba saja Risa bisa membeli sepeda motor dan semua pakaiannya berubah menjadi pakaian bermerk.
Read more
Tiga Belas
Aku hanya tersenyum licik mendengar ancamannya barusan. Sungguh sama sekali aku tak gentar. Ia tak tahu saja apa yang sudah kumiliki. Aku pun yakin bisa menghidupi anak yang tengah kukandung ini sendiri walau tanpa mengandalkan uang sepeser pun dari mereka."Yang seharusnya pergi dari rumah ini justru adalah Mas Dani. Karena sertifikat rumah ini sudah resmi atas namaku. Lagi pula aku juga ikut andil dalam membayar cicilan serta membangun rumah ini sehingga bisa menjadi sebesar ini," tandasku dengan penuh percaya diri.Mama membelalak kaget atas fakta yang aku ucapkan barusan. Wajahnya seketika berubah kesal. Ia pun hanya memalingkan wajahnya kesal, tak dapat berkata-kata lagi."Kuharap Mama tidak gegabah mengusir diriku dari rumahku sendiri. Karena justru aku yang akan mengusir Mas Dani dari rumah ini sekarang juga!""Salsa, tolong kemasi semua barang-barang Mas Dani dan berikan pada ibunya!" titahku pada Salsa. Kulihat Salsa nampak ragu-ragu bergerak. Ia bergantian melihatku dan Mama
Read more
Empat Belas
Sesaat sebelum jam kerja berakhir aku teringat ada yang harus aku cari tahu. Gegas aku kembali ke ruang kerja, untuk menemui Mira. Namun di waktu yang sama kulihat Mira juga tengah menghampiriku."Bu, ada yang mau saya bicarakan," ujarnya seketika. Kebetulan sekali, sepertinya niat kami sama."Ya, ayo kita bicara di belakang saja, Mira!" Kami pun bersama-sama menuju taman belakang rumahku. Aku mengambil posisi dengan duduk di salah satu kursi santai, Mira menyusul duduk di sebrangku. Wajahnya begitu tegang."Apa yang mau kamu bicarakan, Mira?" tanyaku langsung, tanpa basa-basi."Soal Risa, Bu." Tepat dugaanku, ia mengetahui sesuatu tentang wanita itu."Maafkan aku, Bu, karena aku sudah mengetahui perihal hubungan Risa dan suami Bu Shania sejak dua bulan lalu, saya harap Bu Shania tidak marah pada saya dan tidak akan memecat saya," ucap Mira bergetar, sambil menundukkan kepalanya, tak mau melihatku.Oke, jadi sudah sejak dua bulan lalu Dani bermain di belakangku. Benar-benar keterlalua
Read more
Lima Belas
Setelah kejadian pelemparan batu, kembali rumahku di datangi banyak orang, aku menghubungi pihak keamanan dan juga RT, RW. Sempat terlintas untuk menghubungi pihak kepolisian juga. Tapi Pak RW menyarankan untuk menunggu kelanjutan kedepannya. Akankah ada lagi kejadian serupa atau tidak."Kita lihat saja dulu kedepannya apabila ada kejadian serupa baru kita minta polisi untuk menyelidikinya!" usul Pak RW. "Sementara itu akan saya pastikan untuk meningkatkan keamanan komplek agar tidak terjadi lagi hal serupa!" lanjutnya lagi, agar kami bisa lebih tenang.Untuk sementara, kami pun menuruti instruksi yang diberikan saja. Pak RW pun menjamin akan menjaga pintu keluar masuk komplek agar lebih terkontrol siapa yang datang dan pergi dari komplek.Setelah kejadian pelemparan batu itu, kami semua penghuni rumah berusaha semakin waspada atas setiap pergerakan di luar. Bapak mengingatkanku untuk menjaga diri dan tidak pergi kemana pun seorang diri.Sebenarnya Bapak dan Ibu mencurigai ini adala
Read more
Enam Belas
Aku sungguh tak menyangka akan mendapatkan teror mengerikan seperti ini. Kukira masalahku selesai setelah melaporkan kelakuan bejat Dani pada polisi. Tapi ternyata tidak. Sepertinya ada orang yang dengki padaku. Entah karena masalah Dani atau pun karena masalah lainnya. Saat aku kembali dari kamar mandi, bangkai ular itu sudah tak ada, dibuang oleh Bapak. Kembali semua menerka-nerka siapa dalang dibalik semua ini. "Pasti ini ulah mamanya Pak Dani. Dia pasti dendam pada Bu Shania, karena Bu Shania mengusirny tanpa ampun saat itu!" tebak Dewi sambil tangannya tetap sibuk membalas pesan-pesan customer."Bisa jadi juga ini ulah pesaing kita, kamu tahu brand baru di instagram itu? Dia sering merebut customer kita. Kalau gak salah kan ownernya teman sekolah Bu Shania juga," timpal Ica, adminku yang lain.Ya, memang ada kompetitorku yang juga merupakan teman sekolahku dulu, Fani namanya. Dia terang-terangan selalu ingin mengalahkanku. Bahkan kadang ia melakukan hal licik seperti merebut c
Read more
Tujuh Belas
[Apa kamu kenal dengan Risa? Gadis dalam video tersebut?] tanya mama melaui pesan.[Ya aku mengenal wanita bernama Risa. Dia adalah mantan karyawanku,] jawabku. Walau aku tak yakin Risa lah pelakunya.[Ah ... pantas saja. Kalian pasti bersekongkol untuk memerasku! Ayo antarkan aku bertemu dengannya!][Apa Mama sudah memiliki uang 500 juta tersebut? Jika sudah aku akan pertemukan kalian.] [Jangan macam-macam Shania, bagaimana mungkin mama memiliki uang sebanyak itu? ][Kalau begitu biarkan saja video itu viral, lagi pula sama saja 'kan, toh Mas Dani sudah mendekam dipenjara karena kasus serupa.][Gila kamu! Tega aib suamimu tersebar!][Seharusnya Mama berpikir bahwa yang gila itu Mas Dani, sampai karyawan istrinya sendiri dia embat!] murkaku, kesal karena lagi-lagi Mama malah memakiku.[Shania!][Silahkan, selesaikan saja urusan Mama, jika ada uang silahkan berikan. Jika tak ada biarkan video itu tersebar. Aku tak rugi sama sekali!][Shania, jika video itu tersebar bagaimana nasib Dan
Read more
Delapan Belas
Aku memilih segera pulang ke rumah tanpa minta dijemput oleh Bapak. Semua orang nampak aneh melihat kedatanganku. Tatapan mereka penuh tanya."Ada apa? Ada yang salah dengan penampilanku?" tanyaku kebingungan pada Salsa."No..., gak ada sih, cuman..., kaka bilang mau ke salon tapi penampilan kaka malah kusam sekali. Padahal kami di sini sudah tak sabar ingin melihat perubahan kaka setelah dari salon," ungkap Salsa sembari terkekeh, menertawaiku. "Kakak ke salon mana sih, sampai jadi kusam dan kucel kayak gitu?"Sial, aku tak memikirkan ini sebelumnya. Nampaknya aku tak lihai dalam berbohong karena malah seperti ini jadinya."Jadi ... kakak sebenarnya pergi kemana tadi?" selidik Salsa penasaran."Tadi ... salonnya penuh, jadinya kakak ngadem aja di taman. Refreshing," jawabku sekenanya."Selama itu? Kakak tahu, Bapak begitu khawatir, untung saja di sini banyak kerjaan jadi aku bisa mengalihkannya,""Jangan bilang-bilang Bapak dan Ibu, ya! Semoga saja mereka tidak curiga," pintaku pada
Read more
Sembilan Belas
Tanpa mengindahkan pesan dari mama mertua, aku berjalan masuk ke rumah yang barusan Mira masuki. Mengurungkan niatku untuk pulang.Semoga saja aku bisa menemukan sebuah petunjuk di dalam sana.Beruntung, kulihat pintu ruang tamu terbuka cukup lebar. Ternyata gadis mirip Risa tadi tadi tidak menutup pintunya. Dan percakapan di dalam pun terdengar."Besok, jika semua selesai, kita harus segera bawa dia ke dokter. Jika tidak kondisinya akan semakin parah." Aku mengenali suara tersebut sebagai suara Mira."Aku tak tahu apakah semuanya akan sesuai rencana atau tidak. Tapi... aku sudah memasrahkan semuanya. Biarlah saja, aku sudah lelah," timpal yang lainnya. Jika aku tak salah, itu memang suara Risa, berarti benar dia ada di dalam sana."Apa ..., sudah sejauh ini dan kamu menyerah? Lalu, jika kamu menyerah bagaimana dengan adik-adikmu? Bagaimana dengan Riki? Apa kamu mau dia menderita terus? Apa kamu mau melihatnya kesakitan terus seperti ini?""Mati buatnya lebih baik, dia tak akan kesakit
Read more
Dua Puluh
Tak lama Mira dan Risa saling berbisik berdua. Entah apa yang dibicarakannya.[Aku menghubungi polisi, Shania. Pemeras itu akan tertangkap! Biar saja jika video itu tetap viral, yang penting pemeras itu jera.] Sebuah pesan masuk ke ponselku. Tentunya mama mertua yang mengirimkannya.Tadi Risa mengatakan soal polisi, apa ini ada hubungannya dengan pesan dari Mama mertua?"Ada apa Risa, Mira?" tanyaku pura-pura tak tahu.Mereka melirikku sekilas lalu kembali mengabaikanku."Apa karena kasus pemerasan itu?" tanyaku langsung ingin tahu respons mereka.Seketika mereka menghentikan pembicaraannya yang entah apa itu. Menatapku seperti yang tak percaya."Aku tahu semuanya, kalian yang melakukan pemerasan pada Ibunya Dani, kan?"Kulihat mereka makin terbelalak."Jadi kau memasang harga 500 juta, untuk sebuah video es*k-es*k yang kau perankan sendiri? Apa tidak terlalu mahal, Risa?" umpatku.Risa dan Mir
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status