Lahat ng Kabanata ng Kau Duakan Aku, Kutarik Asetmu: Kabanata 21 - Kabanata 30
95 Kabanata
Bab 13b
POV Adnan"Naya, cepat masuk, Nak! Sudah malam. Mas seharusnya membawa jam tangan atau jam walker sekalian agar mengingat waktu.""Maaf, tadi Naya keasyikan bermain sehingga lupa waktu. Lain kali, aku akan memerhatikan lagi waktu." Aku meminta Naya agar segera masuk. Aku tidak boleh gegabah membuat kesalahan untuk sementara waktu. Tidak boleh secepat ini. Sebisa mungkin Jihan harus luluh dengan usahaku memperbaiki diri agar dia yakin denganku. Wanita dengan bulu mata lentik itu tidak menyahut atas jawabanku. Dia hanya berbalik dan hendak menutup pintu. "Ayah!" Naya berbalik, memanggilku. Tadinya, aku akan pergi."Iya, Nak.""Ayah gak bobo di lumah? Kok, bobo di tempat kelja telus?" Mata gadis kecil itu masih menatapku, menunggu jawaban.Aku jadi kikuk, bingung akan menjawab seperti apa. Pertanyaan anak kecil itu cukup membuatku salah tingkah. Entah akan berkata jujur atau tidak. "Iya, Sayang. Dia harus kembali bekerja, tidak ada hari selain bekerja dan bekerja," sahut Jihan dengan
Magbasa pa
Bab 14a
POV Adnan"Nak, semua itu?" tanya Ibu dan menatapku juga. Aku belum menjawab pertanyaan mereka. Semakin aku menjawab, semakin mereka akan bertanya kenapa dan mengapa."Coba kami periksa, ya. Akan kami informasikan kalau sudah mencukupi atau ada yang kurang," ucap mereka, kemudian menerima perhiasan yang aku berikan."Baik, Pak. Tolong buatkan kwitansi dan bukti pembayaran untuk kami." Setelah mereka membuatkan kwitansi dan menyerahkan padaku, kedua lelaki itu izin pamit. Kami diminta untuk menunggu kabar selanjutnya dari mereka.Aku berbalik dan menyerahkan beberapa dokumen ke Mama dan adikku, Lisa. "Mas, pokoknya Lisa gak terima. Hanya itu perhiasan yang aku miliki," ucapnya dengan nada cemberut."Mama sudah lama ingin ngoleksi semua perhiasan itu dan setelah semua sudah terkumpul, kamu langsung berikan ke orang. Gimana Mama bisa dapatin lagi, Adnan?" Mama juga ikut protes padaku."Terus, kita harus gimana lagi? Kalian akan membayar pakai apa?" tatapku ke mereka dengan kesal. Aku
Magbasa pa
Bab 14b
POV Adnan"Ya, sebelumnya, Mas masih nyari-nyari peluang kerja di teman-teman yang lain. Setelah itu, aku ke rumah Mas Yanto. Telepon aja kalau tidak percaya!" ucapku meyakinkan. Untungnya, dia tidak menelepon balik. Ia pasti ragu untuk menelepon karena khawatir mengganggu, dan juga tidak memungkinkan di waktu jam kerja seperti ini. Aku sudah mempertimbangkan dengan menyuruhnya menghubungi. Lagi pula, dia tidak mungkin seberani itu.Ia lekas membalikkan badannya karena kesal dengan ucapanku. Aku pun tak ingin menggubris karena sudah sangat lelah bukan karena kerja, tetapi lelah hati memikirkan Jihan yang masih bersikukuh, ditambah lagi Raisya yang menanyaiku seakan menginvestigasi.Aku bangkit dari tempat duduk, hendak ke ruang makan. Aku sangat lapar hari ini. Mungkin karena mood yang lagi kurang baik, perut pun ikut protes. "Sya, siapin makanan, ya! Mas mau makan." Aku berjalan sedikit cepat untuk menghampirinya sebelum dia masuk ke kamar. "Dia atas meja sudah ada, Mas. Buka aja
Magbasa pa
Bab 15a
POV Adnan"Mas dari rumah Jihan 'kan?""Bukan seperti itu, Sya. Mas hanya kunjungi Naya""Mas kenapa mengunjungi Naya terus?""Naya kan putri, Mas. Jadi, aku masih punya tanggung jawab untuk mengunjunginya.""Trus mas gak sayang lagi sama Dita? Aku tidak pernah lihat lagi Mas bermain dengan Dita. Mas lebih sibuk di sana 'kan?""Bukan itu masalahnya, Sya. Dita, putri Mas dan begitu juga Naya. Mas hanya ....""Hanya apa? Oh, ok, sekarang aku sudah mengerti, Mas tidak perlu menjelaskan. Mas sepertinya belum move on dari Jihan.""Kamu salah paham, Sya!" Ia menepis tanganku, yang hendak meraih lengannya."Aku tahu, kok, Mas dari rumah Jihan. Mas tidak usah berkelit. Pokoknya Mas harus ceraikan Jihan mulai dari sekarang! Mas harus memilih salah satu. Aku tidak mau Mas membagi kasih sayang dengan yang lain selain kepada kami." Raisya meninggalkanku sendiri di meja makan dengan ekspresi tajam. Aku masih terdiam dan hanya melihat punggungnya dari belakang. Bagaimana dia tahu aku belum pisah d
Magbasa pa
Bab 15b
POV AdnanAku sedikit mengernyitkan dahi. Lelaki di depanku ini terlalu banyak yang dia ketahui tentang aku dan Jihan. Pasti Jihan yang memberitahu, tak ada orang lain yang bersamanya selain Jihan."Kami belum resmi. Tunggu! Dari mana anda tahu?""Tidak penting dari mana aku tahu." Dia menyodorkan kartu namanya padaku.Dahiku berkerut. Aku meraih dan melihatnya. "Anda pengacara? Itu artinya, Jihan klien anda?" Dia hanya tersenyum.Aku tahu sekarang. Dia pengacara Jihan dan jelas telah tahu secara keseluruhan."Anda terlalu naif menyia-nyiakan wanita seperti Jihan. Dia wanita yang baik, penyabar, dan juga pintar. Bagaimana anda bisa mengkhianatinya?" Seketika jari-jariku mengepalkan tinju. Caranya berkata seperti mengejekku."Apa maksudmu?" tanyaku padanya sambil menatapnya tajam."Ayah ...." Aku menoleh pada suara yang menyapaku. Suara Naya mencairkan ketegangan di antara kami."Iya, Sayang." Ia mendekat kemudian meraih tanganku. Aku pun beranjak dari tempat duduk, mengikuti langkah k
Magbasa pa
Bab 16a
Siang ini, aku bersiap-siap akan ke kantor Mas Arka untuk mendiskusikan beberapa hal. Setelah mengantar Naya untuk beristirahat di kedai bersama Mba Tina, aku langsung bergegas. Ada hal penting yang ingin dia sampaikan padaku. Dia tidak sempat ke kedai karena sedang mempelajari beberapa materi berkas katanya. Aku tak tahu tentang apa.Sekitar dua puluh menit berlalu, aku pun sampai di kantor. Lokasi tempat tinggalku dan kantor Advokat milik Mas Arka tidak terlalu jauh. Kurang lebih sekitar sepuluh kilometer. Kalau pun perjalanan ditempuh dalam hitungan jam itu karena macet.Setelah membayar biaya ongkos taksi, aku keluar dari mobil. Aku mencocokkan kembali gedung di depanku dengan gambar yang dikirim oleh Mas Arka ke WA-ku. Gambarnya sesuai dengan gedung yang berdiri gagah di depan. Aku pun melangkah ke dalam. Seorang lelaki menghampiriku. Dari perawakannya dia terlihat masih sangat muda, mungkin pegawai baru atau anak magang. "Dengan Bu Jihan?""Iya, benar.""Mari, Bu. Silakan ke
Magbasa pa
Bab 16b
"Menurutmu bagaimana? Coba tebak," tatapnya padaku dengan mengembangkan senyum.Aku pikir dia hanya bercanda, tetapi ternyata dia menunggu responku. Matanya masih melihat padaku. Aku terdiam sejenak, tak tahu harus berkata apa. Seketika aku mengarahkan kembali pandanganku ke depan, tidak kuat melihat tatapan matanya yang menusuk. Entah apa arti tatapan mata itu. "Oh, taksinya sudah tiba. Mari, Mas. Aku harus pergi sekarang. Terima kasih, ya." Aku beranjak dan bergegas menuju taksi.Mas Arka hanya melambaikan tangan ke arahku. Sekilas, aku melihatnya dari dalam mobil. Dia masih bergeming dari tempatnya berdiri, menatap mobil yang aku tumpangi.Setelah beberapa lama, mobil yang aku tumpangi sampai ke tujuan. Aku langsung beristirahat di rumah, tidak sempat ke kedai. Mba Tina sudah aku beritahu lewat WA sekaligus memintanya, mengantarkan Naya ke rumah.Seharian aku sangat kelelahan. Lelah hati karena memikirkan langkah Mas Adnan mengajukan banding. Aku tidak menyangka dia sekejam itu.
Magbasa pa
Bab 17a
"Apa yang kau lakukan di sini?" Aku hendak menutup pintu kembali, tetapi dicegat olehnya."Aku ingin menemui putriku.""Semalam ini? Ini sudah terlalu larut malam. Mas bisa datang besok pagi.""Mas hanya ingin melihat Naya, putriku.""Naya sudah tidur, Mas. Sebaiknya Mas pergi dari sini. Tidak baik malam seperti ini Mas di sini.""Ini rumah Mas juga. Jadi tidak ada salahnya kan aku ingin berkunjung atau mungkin beristirahat sebentar.""Mas!" Dadaku berdegup cukup kencang. Aku tidak mengerti isi pikiran lelaki di depanku. "Mas harus keluar dari rumah ini. Kalau Mas tidak keluar, aku akan berteriak minta tolong."Ia sudah masuk ke dalam dan hendak ke kamar, tetapi langkahnya terhenti karena mendengar suaraku meninggi. "Mas, aku peringatkan sekali lagi. Lekas keluar dari rumah ini!"Ia berbalik dan menatapku tajam. Ia sudah mendekat padaku, mungkin jarak kami sekitar dua hasta. Aku tidak bisa menahan deru di dada, berguncang sangat hebat."Mas ... kau ...." Aku melangkah ke belakang."K
Magbasa pa
Bab 17b
Pagi ini aku bersiap-siap untuk mengantar Naya ke sekolah. Mba Tina sudah izin ke kedai belum lama tadi. Ia menemani kami di rumahtadi malam karena khawatir lelaki itu kembali lagi.Semalam, aku ketiduran karena sangat kelelahan dan tidak menuntaskan membaca isi pesan di WA. Setelah semua sudah siap, aku menuntun putriku keluar rumah dan siap mengantarnya ke sekolah. Hanya motor matic ini yang selalu menemani kami bepergian. Dua puluh menit berlalu, kami tiba di sekolah Naya. Hari ini agak macet karena jam kantor dan sekolah, jadi kami sedikit lama di perjalanan. Biasanya bisa sepuluh menit saja waktu tempuh ke sekolah.Aku hanya mengantarnya ke depan gerbang sekolah. Naya sudah masuk ke kelasnya. Aku pun hendak pergi ke kedai. Namun langkah kakiku terhenti karena sebuah notifikasi pesan masuk ke gawai. Aku meraih gawai di dalam tasku dan membaca isi pesan tersebut. [Jihan, kamu jadi datang kan ke acara reuni malam ini?]Aku baru ingat isi obrolan semalam di grup dan juga pesan d
Magbasa pa
Bab 18a
"Orang ketiga! Siapa Tsa?" tanya ketiga teman di sampingnya."Hei, kalian mau tahu juga, gak?" tanya Tsania ke meja di sekelilingnya. "Mau dong. Gosip apaan, sih?" "Ayo ngumpul ke sini!"Hingga akhirnya beberapa teman yang lain mendekat dan tak sabar mendengar penjelasan wanita yang memiliki bibir seperti Angelina Jolie tersebut, menurut pengakuannya sendiri. Akan tetapi bagi teman-teman yang lain bibirnya lebih tepat disebut dower. Bukan Tsania namanya kalau tidak membawa gosip terbaru. Di grup WA saja, dia yang selalu membawa informasi yang up to date. "Ingat gak, Raisya?""Apa! Serius?""Jangan bilang kalau orang ketiga itu, Rai-sya. Oh my God!" Mata mereka membulat sambil menutup mulut dengan tangan."Aku gak percaya ini. Apakah benar, Han?"Meta sesekali menatapku bingung. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap, menghentikan obrolan mereka atau menanyaiku. Aku masih diam. Wajahku sudah memerah. Kalau aku tahu akan seperti ini keadaannya, aku tidak akan datang ke acara ini, m
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status