All Chapters of Kau Duakan Aku, Kutarik Asetmu: Chapter 31 - Chapter 40
95 Chapters
Bab 18b
Kami berpisah di depan hotel. Masing-masing dari kami menaiki taksi yang berbeda tujuan. Taksi melaju di atas jalan raya mengantarku ke tujuan. Aku menyandarkan kepala di jok mobil sambil menghembuskan napas berat. Udara yang terperangkap di dada mulai berangsur plong. Setidaknya menghindari mereka tidak membuat lelah hati dan telinga. Dering notifikasi pesan di smartphone-ku berulang. Aku sempat berpikir pesan tersebut dari Meta, tetapi bukan. Pesan tersebut tidak memiliki nama.Pesan masuk ke WA. Aku mengeklik aplikasi berwarna hijau tersebut kemudian membaca isi pesan di dalamnya.[Dasar wanita licik! Harusnya kau berkaca dulu sebelum menjelek-jelekkan orang di depan orang lain][Aku tahu kau hanya ingin mencari belas kasihan orang]Aku mengernyitkan dahi seketika. Deru dadaku memompa. Terasa sangat sesak. Aku tidak mengerti siapa yang dia maksud. Siapa yang aku jelekkan?Nama pengirimnya tidak tersimpan di gawaiku. Aku tidak tahu siapa yang mengirim pesan ini.Setelah beberapa
Read more
Bab 19a
Mba Tina dan Naya sudah menghilang dari pandangan ekor mata. Aku mengalihkan kembali pandanganku ke wanita di depanku. Ia sangat tidak senang. Wanita ini sangat tidak ada malunya. Merebut milik orang, tetapi dia juga yang merasa terzolimi. Wanita aneh!"Kamu minta penjelasan apa. Bukankah aku yang harus meminta penjelasanmu, kenapa?" tanyaku padanya geram."Jihan, jika suami ingin berpoligami, tidak ada larangan dalam agama. Bahkan disunnahkan. Aku yakin kau sudah tahu hal itu.""Disunnahkan bagi yang mampu lahir dan batin, bukan hanya karena nafsu. Camkan itu!""Apakah kau yakin karena nafsu? Mungkin ini jalan ibadahnya dia agar terhindar dari dosa.""Raisya, kau berbicara seperti itu karena tidak berada di posisiku sekarang. Kau hanya ingin menyelamatkan harga dirimu. Apakah Mas Adnan sudah mempertimbangkan perasaan istri pertamanya? Sudahkah dia pertimbangkan hati yang disakiti, dikhianati, dan dibohongi?""Suami tidak butuh izin dan restu seorang istri jika dia mau berpoligami." I
Read more
Bab 19b
"Dia tidak bertanya sesuatu atau apapun itu?""Tidak, Bu. Dia datang sambil mengedarkan pandangannya, kemudian langsung ke dalam bagian dapur tanpa berkata apa-apa. Kami tidak berani bertanya padanya.""Baik, lupakan saja. Mari lanjutkan pekerjaan kita! Pesanan dari sekolah SMA Bakti 12, sudah siap?""Iya, Bu. Sudah diantar oleh kurirnya. Pesanan yang 30 kotak dibatalkan. Mereka hanya minta 20."Seketika aku mengembuskan napas. Beginilah resiko berusaha, ada saja rintangannya. "Iya, tidak apa. Ini sudah resiko. Yang penting sudah ada kesepakatan awal.""Iya, Bu."Kami pun melanjutkan pekerjaan kami. Jarum jam terus berputar. Tidak terasa matahari telah meninggi dan sangat terik. Posisinya tepat di atas kepala. Setelah menyelesaikan makan siang, aku menundukkan hati dengan berserah diri kepada sang Maha Pelindung, menyerahkan segala sesuatu padanya.Tidak berselang lama, sebuah taksi memasuki halaman dan memarkir di depan kedai. Hari ini, aku akan pergi ke kantor advokat milik Mas Ark
Read more
Bab 20a
"Mba Jihan!""Ada yang bisa saya bantu, Bu? Cari siapa, ya?" Aku masih terkejut dengan kedatangan mereka. Tidak biasanya mereka ke sini."Aku temanin Ibu, katanya kangen ingin berkunjung melihat cucunya," jelas Lisa padaku untuk memecahkan kekakuan mereka dan kebingunganku."Oh, gitu!""Naya sudah sehat?" Ibu meraih Naya. "Iya, Nek. Naya sehat." Naya mendekati mereka kemudian mencium punggung tangan mereka satu persatu."Alhamdulillah, cucu nenek sudah sehat! Jalan-jalan ke rumah nenek nanti, ya. Nenek udah kangen. Mau ikut nenek 'kan?""Emang Ayah ada di lumah nenek?""Ada. Hampir setiap hari ayah di sana." Ia sedikit kikuk setelah mengucapkannya kemudian melirikku."Kok, gak singgah di lumah ini? Katanya kelja?""Mmm ...." Ibu terlihat bingung dan melirik ke Lisa. "Iya, Ayah hanya singgah aja. Setelah itu, dia pergi lagi untuk bekerja." Lisa ikut menjelaskan ke putri kecil di depan mereka. Putri kecilku itu meskipun masih usia anak-anak, tetapi cukup jeli. Ia tidak mudah menerima
Read more
Bab 20b
Pikiranku masih bertanya-tanya siapa yang mengetuk pintu.Aku menatap sebentar ke Ibu dan Lisa bergantian, meminta penjelasan mereka siapa yang mengetuk pintu di luar. Namun, mereka tidak merespon kebingunganku, pun mereka terlihat bingung. Aku beranjak dari tempat duduk menuju pintu, kemudian membukanya. Aku terkejut beberapa detik melihat lelaki ini ke sini lagi. Apalagi yang diinginkan oleh lelaki ini. Ia melangkah masuk tanpa menunggu aku mempersilakannya ke dalam. Ia seakan tidak peduli dengan reaksiku."Ibu ... Lisa! Kalian di sini? Ada apa ke sini sore-sore? Kalian akan kemalaman pulang nanti." tanyanya kebingungan.Entah itu benar-benar pertanyaan atau hanya sandiwara. Aku tidak mengerti dengan sikap mereka. Aku memutuskan duduk kembali."Iya, Mas. Kami hanya ingin jalan-jalan ke sini, sekalian jenguk Naya. Ibu sudah rindu sama cucunya. Ibu pikir dia masih sakit," jawab Lisa."Naya sudah sehat, kok!" sahut lelaki berambut cepak tersebut dengan santai. Seakan dia sangat tahu
Read more
Bab 21a
POV AdnanWanita itu kini semakin pandai berbicara dan juga menyela. Dulu, dia tidak seberani sekarang. Tidak pernah mempermasalahkan aku pulang malam atau tidak pulang ke rumah, bahkan berhari-hari. Sekarang semua sudah berubah. Itu karena ulah Raisya yang mengganti kartu telepon seluler milikku. Akhirnya aku kehilangan kontak dan susah menghubungi Jihan. Aghh, semua sudah terjadi!"Mba Jihan, sebaiknya kau berbicara dengan baik kepada kami bukan dengan cara kasar seperti ini. Ibu pun bertanya padamu dengan baik-baik." Tiba-tiba Lisa menyahut dan tidak terima dengan tuduhan Jihan."Bagian mana aku berbicara kasar? Aku hanya menjawab pertanyaan kalian yang terkesan menyudutkanku. Jadi, seperti apalagi aku harus menjawab, Lis?""Lisa, duduk lah dulu!" Ibu melerai dan menarik Lisa untuk duduk kembali."Kalau maksud kedatangan kalian hanya untuk berdebat masalah ini, aku mohon izin ingin istirahat. Aku tidak ingin membuat Naya terbangun hanya karena mendengar keributan.""Bukan itu mak
Read more
Bab 21b
"Raisya! Dita ...."Aku mencari mereka di dapur dan sekeliling ruangan, tetapi tidak ada mereka. Hingga akhirnya aku memutuskan, menuju kamar dan membuka pintu. Tiba-tiba, aku terpaku sepersekian detik. Wanita itu membenamkan wajahnya di bantal, sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku sedikit bingung dengan tingkah Raisya. Aku mendekat dan bertanya, "Kamu kenapa, Sya?""Pokoknya, aku tidak bisa menerima semua ini, Mas." Ia mendongakkan kepalanya, melihat ke arahku dengan suara serak."Ada apa? Apa yang terjadi?" Aku masih tidak mengerti apa maksudnya. Pikiranku masih kalut untuk mencerna ucapannya. "Kau tenang lah dulu dan jelaskan ke Mas dengan baik. Sebenarnya ada apa? Siapa yang sudah menyakitimu?" Matanya sudah sembab. Entah sudah berapa lama dia di dalam kamar dan menangis seperti ini. "Aku tidak akan pernah memaafkannya. Dia sudah menjelek-jelekkanku di depan semua teman alumni, Mas.""Emangnya dia siapa?" tanyaku masih penuh dengan tanda tanya."Siapa la
Read more
Bab 22a
POV AdnanAku mendorong pintu, tetapi terkunci. Aku mencoba, menggedor-gedor pintu sambil memanggilnya dengan suara keras, tetapi tidak ada jawaban. Seketika, aku terpikir pintu belakang. Pasti belum dikunci. Aku pun berjalan ke belakang untuk mengecek. Aku tak tahu dia masih ada di dalam atau di luar. Atau sengaja bersembunyi di dalam karena mendengar suaraku. Sial! aku kebingungan, tidak tahu pasti dia di dalam atau tidak sama sekali. Pintu jendela! Ya, aku teringat pintu jendela.Aku bergegas berjalan untuk mengecek jendela di belakang, hasilnya tetap nihil. Jendela tengah sampai depan pun sama, tidak bisa dibuka. Rumah ini semuanya terkunci rapat. Bagaimana aku bisa tahu Jihan ada di dalam atau tidak. Aku sudah beberapa kali mengetuk pintu, tetapi tidak ada yang menyahut dari dalam.Aku terdiam sejenak, tidak tahu harus melakukan apa lagi. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.Jendela kamarnya! Ya, aku baru ingat yang ini.Aku berjalan lagi menuju jendela. Sudah aku coba b
Read more
Bab 22b
POV Adnan"Kau menganggap ku mengancammu atau tidak, terserah kamu. Aku hanya ingin memperingatkanmu. Ini tempat umum, Mas. Banyak pengunjung yang berdatangan. Anda akan membuat mereka tidak nyaman. Sebaiknya, kau pergi sekarang.""Aku tidak peduli siapa pun mereka. Aku ingin menyelesaikan semua ini denganmu," bentakku. Aku tidak bergeming dari tempatku berdiri."Apakah Mas tidak malu, mereka akan merekam dan menyebarkan videomu ke media sosial? Dari tadi kau berteriak di kedaiku, pun di depan orang banyak.""Kau!" Aku semakin geram. Aku melirik sekilas ke arah mereka. Wanita ini sungguh tidak bisa diduga. Ucapannya ada benarnya juga. Seketika nyaliku sedikit menyusut, bila melihat pengunjung yang memerhatikanku.Jihan berbalik, meninggalkanku dan hendak ke dapur. Aku pun mengikuti langkahnya. Aku masih kesal dengan sikapnya yang sangat tak acuh. Dua orang karyawannya bergegas keluar karena melihat kami masuk. Mungkin juga karena tatapanku tajam ke arah mereka, mengisyaratkan mereka
Read more
Bab 23a
POV AdnanAku membuka pintu rumah dan beristirahat sebentar di atas sofa. Aku singgah sebentar ke rumah kedua orang tuaku, tidak langsung ke rumah kami bersama Raisya.Hati ini masih kesal dengan sikap Jihan barusan, belum lagi mengingat jawabannya yang menusuk jantung. Ucapanku tidak membuatnya gentar.Aku terburu-buru ke rumah ini karena panggilan Ibu yang sangat mendadak. Suaranya lewat panggilan telepon tadi membuatku khawatir, seolah dia sedang histeris. Entah kenapa?Aku ingin melihatnya, sekaligus tahu keadaannya. "Mas, kau itu harus tegas. Kalau begini terus, kapan kau bisa mendapatkan bagianmu?" ucap Lisa saat keluar dari kamarnya dengan bedak masih menempel di wajahnya. Aku menoleh ke samping karena suara itu, "Astaghfirullah! Aku pikir siapa. Kenapa tidak kau bersihkan dulu mukamu, Lis? Mas kirain siapa. Belum lagi lampu mati, wajahmu terlalu pucat seperti pocong. Tolong nyalakan lampu!" Waktu sudah menjelang malam. Lampu di ruang tamu belum dinyalakan. Aku sedikit terke
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status