All Chapters of Suami Dingin Pilihan Ayah: Chapter 111 - Chapter 120
153 Chapters
Gadis Beruntung
Hari berganti, Nadia memutuskan kembali ke kampus walau masih menggunakan tongkat berjalan. Semua orang berempati padanya setelah melihat konperensi fers Abimana kemarin hingga gadis ini banyak mendapatkan dukungan semangat untuk bangkit. "Saya salah memilih hari, harusnya mungkin ditunda saja sampai satu minggu ke depan baru kuliah." Udara dibuang dari mulut.Amira selalu setia menemani Nadia. "Kita semua panik pas lihat kamu berguling di atas aspal, kita ingin sekali menolong cuma karena terlalu kaget jadinya malah mematung." Cerita sendu Amira."Tidak apa. Wajar kalau kalian kaget." Nadia sangat mengerti posisi orang-orang yang menyaksikan kecelakaan."Ngomong-ngomong, bagaimana Tania? Abi bilang dia kan biang keroknya, otak supaya kamu celaka. Harusnya Tania sudah dihukum!""Tidak tahu, sepertinya Abi tidak mencari informasi apapun tentang Tania. Andaipun ada kabar mungkin Abi tidak akan peduli," terka Nadia menilai dari sikap Abimana yang senang hati membongkar kebusukan Tania da
Read more
Pelarian Dua Orang Wanita
Nadia sudah menyelesaikan makannya, dirinya berjalan pincang dipapah oleh Amira sedangkan tongkat berjalan dipegangi bodyguardnya. "Tuhan ... Nadia mau berjalan lagi, tapi kok ngilu. Hiks!" raungannya hingga membuat miris yang mendengar apalagi Amira."Sabar ya ..., saya akan temani kamu selama kita bersama, saya akan sabar memapah kamu. Hiks!" Pemandangan ini memilukan untuk para gadis-mahasiswi di sekitar Nadia, maka Nadia mendapatkan banyak tawaran, tetapi ditolak halus karena sudah ada Amira.Esther-bodyguardnya hanya tersenyum simpul menyaksikan pemandangan ini karena tingkah anak-anak itu begitu lucu di matanya. Jadi, dirinya bisa menyimpulkan jika Nadia aman selama berada di lingkungan kampus, tetapi mata elangnya tetap siaga.Materi selanjutnya berjalan lancar, hingga jam terakhir. "Akhirnya ...." Nadia meluruskan punggungnya yang sedikit kaku."Padahal saya mau main ke rumah kamu lagi, tapi gara-gara Devan suruh saya belanja sama mamanya jadi tidak bisa deh!" keluhan serta ru
Read more
Durasinya Bisa Lebih dari Tiga puluh Menit
Nadia ingin mencari tahu maksud ucapan Abimana, tetapi dirinya terlalu takut mengetahui kenyataan jika ternyata hanya menyakiti. Maka, gadis ini segera mengalihkan topik pembicaraan. "Saya lapar.""Kita makan dulu di retoran." Senyuman teduh menjadi bagian utama pemandangan di wajah Abimana. Nadia menyukainya dan merasakan besarnya kasih sayang sang suami, tetapi dirinya tidak boleh bertindak seperti wanita murahan walau hati mudah tersentuh oleh senyuman itu.Sebuah restoran mewah dikunjungi, ini tidak aneh, karena hidup Abimana royal. Nadia memesan dua porsi untuk memuaskan rasa laparnya. "Jangan tertawakan saya!" peringatannya sebelum menjadi bahan olok-olok Abimana.Abimana membuang udara tipis. "Padahal sejak tadi saya romantis sama kamu, tidak ada niat ingin menertawakan.""Hihi ...." Nadia menangkup bibirnya dengan anggun menggunakan telapak tangan yang sangat halus, "saya harus berjaga-jaga dari ejekan kamu.""Makan yang banyak, sayang." Senyuman teduh Abimana kembali melengku
Read more
Dewa dan Dewi Jalang
Malam belum terlalu larut, jam dinding baru saja berhenti di angka sepuluh, tetapi Abimana sudah mulai melakukan pemanasan walau Nadia belum siap. "Saya sudah tegang!""Jangan bicarakan itu dan jangan mengakuinya terus-menerus!" Pipi Nadia memerah malu."Bagaimana bisa dipendam. Memang kenyataannya, sayang!" Seringai genit Abimana mengembang."Tidak perlu diucapkan, saya bisa melihat!" Pipi Nadia semakin merona. Entahlah benda tegang itu membuatnya kegelian, tetapi sangat betah untuk dipandangi, digenggam atau bahkan membawanya ke kenikmatan dunia."Iya sudah, kita mulai saja sayang." Suara berat Abimana. Kaki Nadia segera dibuka lebar, "sangat feminim." Wajah Abimana sangat cabul saat ini karena milik Nadia sangat indah di matanya."Kamu belum melakukan pemanasan. Nanti saya sakit!" Malu Nadia saat mengatakannya. Seketika Abimana mencumbu leher dan bagian-bagian sensitif lainnya yang berada di tubuh Nadia hingga istrinya meminta dirinya dengan frontal.Malam ini memabukkan, dewa dan
Read more
Permintaan Maaf Kafka pada Nadia
Kafka tersenyum tipis menyahut kalimat Nadia. "Saya minta maaf kalau kamu tidak nyaman.""Saya sangat tidak nyaman. Kalau bapak sayang dan peduli sama Nadia, bapak tidak harus tahu segala hal yang terjadi sama Nadia." Gadis ini belum selesai mengungkapkan rasa tidak nyaman di hatinya, maka dirinya masih menumpahkan unek-unek yang harus Kafka ketahui. Lawan bicaranya sangat mengerti, maka Kafka mengangguk kecil."Saya tidak akan melakukannya lagi. Sekali lagi saya meminta maaf karena membuat kamu tidak nyaman." Kafka masih memandang teduh Nadia bagaimanapun kalimat si gadis padanya."Nadia juga minta maaf karena harus mengatakan semuanya pada bapak.""Justru itu sangat bagus, setiap manusia memang harus berani mengungkapkan perasaannya apalagi jika hal itu membuatnya tidak nyaman. Jangan lupa berkata tidak kalau memang tidak mau dan tidak suka." Nasihat Kafka disahut anggukan oleh Nadia, kemudian gadis itu berpamitan, keluar dari mobil Kafka dibantu Esther.Nadia berjalan tertatih tanp
Read more
Tubuh Renta Saraswati
Andini selalu bekerja keras melakukan tugasnya sebagai sekretaris. Kini, dirinya sedang beristirahat makan siang. "Ternyata cukup sulit menjadi sekretarisnya Tuan Abi, saya dituntut cekatan!" Cerita pendeknya pada kawan-kawannya."Kenapa mengeluh? Artinya kamu kalah dong dari Tania dan Riana," kekeh salah seorang wanita saat melakukan candaan."Tidak, bukannya mengeluh, saya hanya bercerita kok. Tapi sih kalau dibandingkan sama pekerjaan saya sebelumnya tingkat kesibukannya bertambah enam puluh persen.""Kamu tidak boleh menyerah, kamu sudah sangat beruntung terpilih menjadi sekretaris Tuan Abi, jangan sampai Tuan Abi merekrut salah satu dari kita." Tawa anggunnya."Saya akan berusaha keras, saya tidak akan menjadi seperti Tania dan Riana!" Tekad bulat Andini, "ngomong-ngomong, kalian tahu nasib mereka sekarang?""Entahlah, keduanya tidak bisa dihubungi sejak Tuan Abi melakukan konferensi pers, mungkin mereka kabur karena tidak ingin mendapatkan hukuman.""Masuk akal. Untuk manusia be
Read more
Perhatian Lebih Mila pada Nadia
Saraswati menatap lirih Mila setelah sempat menatap kosong ke arah dinding di hadapannya. “Nenek ingin beristirahat sebentar.”“Mari saya bantu.” Mila segera memapah Saraswati menuju ke kamarnya, kemudian memeriksa Nadia. “Sayang, masih belajar?”“Iya, ma, tapi punggung Nadia sedikit sakit, istirahat dulu saja. Ada apa, ma?” Ditutupnya buku dan laptop oleh si gadis seiring memandangi Mila, bertanda menyambutnya.“Tidak ada apa-apa, mama hanya ingin memastikan kalau Nadia baik-baik saja.” Mila membelai sisi rambut Nadia, menatap sayang.“Kaki Nadia sudah membaik kok, ma.” Senyuman diulas manis.“Bagaimana kuliah Nadia hari ini?” Basa-basi Saraswati, dirinya ingin lebih dekat dengan sang menantu walau hubungan mereka memang dekat, tetapi wanita ini ingin mempertebalnya.“Baik-baik saja seperti kemarin. Nadia punya teman-teman yang baik lalu ada Esther yang selalu menjaga dan membantu. Hihi ....”“Apa Nadia betah dengan Esther?”“Betah saja ma, Esther bisa diandalkan.”“Baguslah kalau Na
Read more
Semoga Memiliki Waktu Lebih Lama
Malam harinya Saraswati makan malam bersama keluarga setelah Mila memeriksa keadaannya. Wanita ini sempat melararang dan menyarankan supaya Saraswati tidak perlu lagi berpura-pura sehat di hadapan Nadia, tetapi wanita tua ini harus menyelesaikan aktingnya dengan sempurna. Bahkan malam ini, dirinya duduk bersebelahan dengan Nadia."Kenapa porsi makan nenek sedikit?" Nadia memerhatikan."Nenek sudah makan roti dan susu sebelum makan malam," kekeh tegar Saraswati kala nafsu makannya hilang."Pantas saja, tapi nenek jangan lupakan cuci mulutnya ya, buah-buahan juga penting buat kesehatan.""Iya ... nenek akan makan." Senyuman indah Saraswati. Di seberangnya jantung Mila berdetak tidak karuan karena mungkin Saraswati merasakan gejala tidak nyaman di tubuhnya. Namun, sebesar apapun rasa cemasnya, wanita ini tidak bisa menunjukannya.Abimana menambahkan sepotong daging pada piring Nadia. "Makan yang banyak." Seringai tipisnya."Iya. Saya akan makan seperti gozila!" kesal Nadia, tetapi tidak
Read more
Kepekaan Nadia
Niat awal Abimana adalah meniduri Nadia malam ini sebelum istrinya mendapatkan jadwal menstruasi, tetapi karena Nadia sedang bersedih maka niatnya diurungkan, pria ini memeluk serta mengelus puncak dahi Nadia. "Sayang, sudah malam, tidurlah.""Saya sedang sangat merindukan papa," rintih merindu Nadia yang ditunjukan dalam suara serta raut wajahnya."Doakan saja, dan kamu tidak perlu khawatir papa sudah tenang di sisi Tuhan.""Selain merindukan papa, saya juga merindukan mama yang entah di mana, sedang apa dan apakah mama masih berada di dunia yang sama dengan Nadia.""Pasti suatu hari nanti kamu akan mendapatkan jawabannya." Selesai kalimat Abimana, Nadia mulai menurunkan kelopak matanya perlahan, memejamkan matanya, sedangkan Abimana tetap mengelus puncak dahi istrinya hingga dirinya ikut terlelap.Keesokan paginya ternyata Nadia tidak ingin kuliah, suasana hatinya sedang tidak memungkinkan maka Saraswati tidak bisa memeriksakan dirinya ke dokter atau memanggil dokter. "Nek, kita ber
Read more
Mengapa Merindukan Bayinya
Tania tinggal di luar negeri bersama ibunya, mereka menjalani kebiasaan baru di tempat baru ini. Namun, hati keduanya tetap berselimut cemas karena mungkin polisi memburu Tania, tetapi hingga saat ini ayahnya yang tetap di negara tercinta tidak mengatakan apapun. "Apa Abi tidak memperpanjang kasus ini? Apa dia melakukannya karena kasihan pada bayinya?" pertanyaan besar Tania."Tidak usah dipikirkan, selama kamu baik-baik saja kamu bisa hidup dengan aman dan sejahtera.""Tania cuma berpikir andaipun Abi tidak membesar-besarkan kasus ini paling karena bayi ini, Abi membutuhkannya, pasti dia tidak ingin bayinya terluka."Nia mendesah pelan, "Kalaupun alasannya seperti itu mama rasa tidak merugikan dan kamu tidak perlu memikirkan sikap Abi walau kepeduliannya hanya pada bayi ini. Yang penting kalian bisa hidup dengan normal, sudah cukup."Tania memandang sendu ke arah ibunya. "Ma, Tania minta maaf karena Tania membuat mama berada di sini dan terjebak dalam situasi ini.""Tidak sayang, kam
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status