All Chapters of Suami Dingin Pilihan Ayah: Chapter 121 - Chapter 130
153 Chapters
Bayinya Tidak Bergerak
"T-tapi ... ini masih siang dan udaranya sangat panas." Nadia menolak menggunakan keadaan dunia siang ini."Tidak apa, acenya bisa dihidupkan, kalau kurang tambah kipas angin." Seringai nakal Abimana yang segera menindih Nadia kala keduanya masih berada di atas sofa."Kamu seperti serigala kelaparan," keluh Nadia menghadapi gairah Abimana yang selalu berlipat ganda."Saya memang sedang kelaparan." Cumbuan Abimana semakin brutal saja hingga Nadia terbawa ke dalam buaiannya.Sementara, Saraswati mulai melakukan perawatam di rumah sakit supaya kesehatannya lebih terpantau. Kali ini wanita tua itu menyetujui usulan Mira karena Nadia sedang tidak di rumah maka cucunya tidak akan mengetahui apapun.Tiga hari kemudian Nadia dan Abimana kembali, kedatangan mereka bertepatan dengan kepulangan Saraswati dari rumah sakit maka dua buah mobil berjajar di halaman. "Nenek baru pulang. Dari mana?""Nenek baru saja berjalan-jalan," kekeh Sarawati yang lebih terlihat segar dari sebelumnya."Iya ampun n
Read more
Kafka Menjadi Sosok Labil
Nia segera membawa putrinya ke rumah sakit setelah Tania tidak merasa lebih baik walau sudah berbaring cukup lama."Nyonya mengalami Korioamnionitis ditandai dengan rasa nyeri di bagian rahim atau perut, demam, serta peningkatan denyut nadi pada ibu dan janin. Jika tidak diobati dengan tepat, kondisi ini dapat menimbulkan masalah kesehatan serius pada ibu dan janin," penuturan dokter, "lalu kenapa bayinya bisa tidak bergerak, ini bisa disebabkan karena ibu terlalu lelah atau janin kekurangan oksigen, dan banyak lagi penyebabnya. Perhatikan kesehatan ya nyonya," pesan kebaikan ditambahkan."Saya memang baru saja tiba dari luar negeri, baru beberapa hari ini, sepertinya saya memang terlalu lelah," keluhan Tania yang sangat mengkhawatirkan bayinya."Maka dari itu, perbanyaklah beristirahat." Ramah dokter pria ini yang disambut anggukan dari Tania. Bukan hanya membahas hal ini saja, Tania juga banyak berkonsultasi pada dokter di hadapannya, jadi dirinya mendapatkan banyak pengetahuan.Kin
Read more
Cerita Seorang Amira
Amira tersentak sesaat mendengar pertanyaan Nadia. "Mi?" Nadia sengaja menghentikan langkah setelah melihat wajah Amira yang seakan membiru, kemudian mengulang pertanyaan dengan voleme sangat rendah, "kamu hamil?""Eu, se-benarnya ...." Amira sangat ragu mengatakannya, tetapi mungkin Nadia berhak tahu karena dirinya seorang sahabat yang pasti akan memberikan solusi, "saya tidak hamil, tapi saya sama Devan melakukan hubungan suami dan istri.""Hah!" Nadia terkesiap hebat, tetapi sesegera mungkin mengtrol rasa kagetnya, "serius, Mi?" Suaranya kembali di mode rendah."Iya, tepatnya kemarin sih saat di rumah Devan. Kebetulan kemarin teman mamanya telepon menyuruh datang ke arisan, tapi karena Devan sedang mandi jadi saya tetap di rumahnya walau mamanya pergi. Tapi ...."Ingatna Amira mengulang pengalamannya kemarin.Tok tok tok"Devan cepat dong, kok mandinya lama. Saya mau pulang, sudah mau sore nih!" rutuk Amira di hadapan pintu kamar mandi yang berada di kamar Devan. Ini adalah hal pal
Read more
Tidak Puas pada Sekretaris Barunya
Abimana segera menyambungkan panggilan pada Kafka. "Jangan asal bicara." Pria ini tidak menyukai kalimat Kafka."Tania yang mengatakannya." Datar Kafka."Apa saja yang dia lakukan sampai-sampai keadaan bayinya seperti itu!" kesal Abimana seiring mendengus."Kamu tanyakan saja sendiri." Kafka berdecak, tapi tidak sampai pada ruang dengar Abimana. 'Kamu kesal, marah karena bayinya tidak baik-baik saja. Tapi kamu tidak pernah berpikir jika kesahatan bayi kalian karena ibunya juga, coba sedikit saja perhatikan ibunya!'Bukan Kafka peduli pada Tania, hanya saja Abimana selalu memerlihatkan kepeduliannya pada si bayi, sekaligus memerlihatkan ketidak peduliannya pada Tania. Memang bukan urusannya, tapi menurutnya sebagai pria matang lebih baik bersikap lebih bijak apalagi di hadapan netizen."Apakah nomornya masih yang dulu? Saya tidak yakin karena pasti Tania takut diburu polisi. Ck!""Apakah Tania sudah menjadi buronan. Hm." Santai Kafka walau sangat ingin tahu, tetapi keyakinan ditanamkan
Read more
Pertunangan Amira
Pada malam harinya, tepatnya pukul tujuh. Nadia menginjakkan kaki di kediaman Amira, gaun indah nan sopan membalut tubuhnya hingga ke bagian mata kaki karena kaki pincangnya tidak ingin diekspos walaupun semua orang akan tetap melihat cara berjalannya, sedangkan Abimana tampak santai tetapi tetap gagah."Amira sudah chat saya dari tadi, menyuruh saya menemaninya di kursinya sama Devan. Tapi masa begitu!" Nadia sangat tidak percaya diri."Kamu turuti saja dulu keinginan sahabat kamu itu.""Iya, Amira juga selalu menemani saya." Jadi, kedatangan mereka segera disambut spesial oleh keluarga Amira karena gadis itu sudah mengatakan tentang Nadia. Maka, secepat kedipan mata Nadia berada di sisi Amira, berkumpul bersama keluarga sahabatnya, sedangkan Abimana duduk di kursi tamu walau keluarganya Amira mengajaknya juga untuk duduk bersama-sama."Saya sangat grogi!" Aku Amira kala menunggu kedatangan Devan."Grogi karena apa sih Mi, justru kalau grogi nanti kesannya pertunangannya tidak indah
Read more
Ingin Bercerita
Nadia menepati perjanjiannya, tetapi tepat setelahnya yang dinantikan datang hingga besok malam sampai tujuh hari selanjutnya dirinya tidak perlu melayani Abimana. "Senangnya ...." Raut wajahnya begitu berbinar."Tapi saya tidak senang," keluh Abimana."Kamu kan sudah pernah menahannya dalam waktu lama, masa iya sih seminggu saja tidak bisa." Santai Nadia yang sudah bersiap-siap tidur."Tetap tidak bisa, sayang. Waktu itu terpaksa, dan sekarang juga kalau diungkapkan saya terpaksa.""Kalau tidak menstruasi mungkin saya termasuk tidak sehat, kamu mau tidak istri tidak sehat. Hm?""Saya mau saat kamu tidak menstruasi karena kamu hamil!" Senyuman lebar Abimana yang mengandung banyak harapan."Tidak bisa, nanti saja." Nadia menutup kelopak matanya, "saya akan mengatakannya pada kamu saat saya siap dihamili, jadi tolong jangan memaksa dulu." Kalimat terakhir sebelum masuk ke dalam istana indah dalam mimpinya.Entah sudah berapa lama Nadia terlelap karena saat ini Abraham hadir. "Apa Nadia
Read more
Kesenangan Nadia
Alih-alih Naila, justru Riana yang dilihat Nadia. Namun, karena kudanya masih berputar maka secepat kilat sosok itu pergi. "Apa benar itu Riana, apa Riana tidak dihukum karena kejahatannya pada Tania?"Nadia sudah kehilangan minat pada permainan kuda berputar, sekarang dirinya memilih permainan menembak supaya bisa diam di tempat walau kakinya belum menapaki lantai dengan sempurna.Riana adalak sosok wanita yang dilihat Nadia. Nadia tidak salah lihat karena wanita itu kembali setelah beberapa saat melarikan diri ke luar negeri. Dirinya mendapatkan kabar jika si wanita dingin yang mencoba menyekapnya kembali ke tempat asalnya setelah gagal mengeluarkan kekasihnya. Maka, dia pikir cukup aman walau tetap memijak kota ini.Riana belum mengetahui tentang Esther karena dirinya sibuk mencari tahu tentang si wanita dingin dan pihak berwajib yang mungkin mengajarnya. Maka, saat melihat Nadia sendiri, itu seperti sebuah mukjijat untuknya membalas dendam atas sakit hati yang ditimbulkan oleh Abi
Read more
Kesetiaan Andini
Riana sedang berbicara dengan Andini. "Kamu harus membantu saya membalas dendam pada Abimana!""Tidak mau, sudah jelas-jelas kamu dipecat dengan tidak terhormat!" Jelas Andini menolak karena dia adalah salah satu pembenci Riana.Riana menyunggingkan bibir dengan santai. "Saya dengan Tuan Wira dan Tuan Abimana tidak puas dengan pekerjaan kamu kamu saya dan Tania lebih pantas menduduki posisi kamu sekarang!"Seketika kedua mata Riana melebar. "Eu, jangan asal bicara!""Siapa yang asal bicara? Kamu pikir semua orang memihak kamu. Tidak, kamu salah besar buktinya masih ada orang yang berbaik hati memihak saya dan mengatakan semua curahan hati kamu." Seringai puas Riana kala wajah Andini seakan membiru, "tawaran saya ini hanya berlaku saku kali saja. Kalau kamu mau bekerjasama dengan saya, membantu membalaskan dendam saya pada Abimana, saya akan memberitahukan caranya supaya kamu layak menjadi sekretaris CEO Family Owned Company!" Nagosiasi ini sangat formal, pun tatapan serta nada suara R
Read more
Kotor di Hari Pernikahan
Nadia dan keluarganya beristirahat di tepian taman. Udara sejuk yang dihasilkan tumbuhan sangat menyegarkan. Abimana berjongkok di hadapan Nadia. "Kakinya sakit, tidak?""Tidak, kaki saya baik-baik saja." Senang Nadia mendapatkan perhatian Abimana karena dirinya pernah mengira jika suaminya tidak akan memerdulikan keadaan kakinya yang pincang."Baguslah, semoga cepat sembuh ya sayang." Senyuman tulus Abimana seiring mengecup punggung tangan Nadia yang menganggur sekalian mengusili, "kok dingin sih, kamu vampir ya!""Ish, dasar!" Seharusnya kalimat Abimana membuatnya kesal, tapi nyatanya Nadia tidak bisa menunjukan kesal sama sekali. Selama keduanya saling bercanda seakan dunia milik berdua, keluarganya asik berkuliner jajanan di pinggiran jalan tetapi mengenyangkan. Seperti bakwan, lemper, burger ramah di kantong dan banyak lagi.Mila memanggil pasangan baru yang sedang kasmaran supaya keduanya mengisi perut dan mengabaikan sementara hati yang sudah dipenuhi cinta. Jadi, Nadia dan Abi
Read more
Rencana Riana
"Kya ..., ini berlebihan!" protes tegas Nadia karena kini dua orang bodyguard sudah mengawalnya."Tidak ada yang berlebihan. Sebut saja mereka Esther dan Jack!" Senyuman sayang Abimana kala menyuguhkan dua orang bodyguard yang siap mengemban tugas yaitu melindungi Nadia."Tapi masa sampai dua orang, memangnya saya orang penting? Pejabat, presiden, idol k-pop. Saya ini bukan siapa-siapa!""Siapa bilang bukan siapa-siapa, kamu ini istri pengusaha hebat loh," bangga Abimana yang berdiri gagah mununjukan takhtanya."Tapi Esther saja cukup kok." Nadia bergelayutan di tangan Esther hingga wanita ini sedikit tidak enak hati pada Abimana karena citra seorang bodyguard yang seharusnya terlihat kuat sekarang terkesan keibuan."Esther saja tidak cukup, Riana bisa melukai kamu dari sisi manapun.""Riana?" heran Nadia."Iya, Riana menyimpan dendam, maka saya harus berjaga-jaga. Intinya kamu menurut saja." Kedipan satu mata Abimana pada Nadia, kemudian ekspresinya berubah serius pada Esther, "maaf
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status