Semua Bab PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA: Bab 91 - Bab 100
138 Bab
Bab 91
Tin … tin.Terdengar suara taksi online sudah tiba di halaman rumah. Membuat Bayu langsung keluar dan melambaikan tangan kepada laki-laki yang masih berada di kursi kemudi."Tolong bantu saya bawa koper ini!" pinta Bayu ketika melihat pria itu datang."Pesanan atas nama Mbak Arum ya?""Iya, itu istri saya." Bayu menyeret satu koper, sedangkan yang lain di bawa oleh pria itu. Arum pun berjalan perlahan menuju mobil Avanza berwarna hitam. "Mbak Arum sudah mau pindahan?" teriak Susi, membuat semua orang menoleh ke arahnya."Iya, Bu. Saya pamit dulu ya, maaf kalau selama saya menjadi tetangga Ibu. Ada salah kata maupun perbuatan."Tangan Arum mengandeng Khaila."Iya, sama-sama Mbak Arum. Ibu juga minta maaf kalau ada salah kata. Maklum, mulut ini kadang keceplosan." Arum mencium punggung tangan Susi dengan takzim. Mencium pipi kanan kiri lalu memeluk erat wanita tua itu."Saya pamit, ya Bu. Nanti mertua saya yang akan tinggal di sini. Titip ya Bu!""Iya, siap Mbak Arum. Nanti kalau ada w
Baca selengkapnya
Bab 92
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyabab 92"Ada apa Mbak!""Pokoknya kamu sekarang harus ikut Mbak ke sana. Kamu bilang sama Bayu sekarang juga!""Emak sehatkan Mbak?""Emak sehat!""Lantas? Jangan bikin Arum takut, Mbak.""Sudah ayo, Mbak bantu kamu mengunci rumah. Kamu minta ijin dulu sama suami kamu!""Iya, Mbak. Aku jadi deg-degan. Ada apa tho Mbak? Jangan bikin Arum khawatir.""Nggak papa, sudah ayo."*****Arum pergi meninggalkan rumahnya setelah kunci dan juga izin dari Bayu sudah dikantongi. Hati dan pikirannya berkelana. Mencari sebenarnya apa yang terjadi di tempat kelahirannya itu. Kenapa dengan tergesa kakak kandungnya mengajaknya pulang. Apakah Marni baik-baik saja. Atau justru sebaliknya. Bulir-bulir air bening itu meluncur di kedua pelupuk mata Arum. Tangannya sesekali mengusap lembut sembari menatap ke sembarang arah. Pikiran buruk sempat hinggap.Sedangkan Ratih masih fokus memperhatikan jalanan yang sedikit berkelok tanpa sempat melihat keadaan Arum di jok bel
Baca selengkapnya
Bab 93
BAB 93Arum menggeleng sembari tangan memasukan buah berwarna oranye itu."Mbak mau dimasakin apa?" tanya Marni kepada Nanik."Terserah kamu saja lah, Mar. Oseng-oseng pare kalau ada.""Ya Allah, Bude. Mbok ya selain itu. Perginya saja keluar negeri. Makannya oseng-oseng pare.""Haist, Ratih. Kamu itu nggak tahu ya, pare itu pahit. Tapi lebih pahit lagi perjalanan hidup Bude. Jadi kalau cuma makan pare mah. Kecil," ucap Nanik diikuti tawa renyah lainnya.Arum tersenyum, senyuman Arum kini bahagia. Melihat sang Ibu bertemu dengan kakak kandungnya yang sudah lama pergi.Akhirnya Marni, Ratih dan juga Arum pergi ke dapur. Menyiapkan segala sesuatu yang akan dimasak oleh mereka. Nanik yang awalnya duduk didepan televisi, akhirnya menghampiri mereka. Lalu kembali membaur untuk menyiapkan makan siang. *****"Pokoknya kalian harus pergi dari rumah ini! Sekarang juga! Saya sudah membeli rumah ini, asal kalian tahu ya!" ucap wanita bermake up tebal itu. Suaranya melengking, membuat semua or
Baca selengkapnya
Bab 94
"Mbak aku titip Khaila. Di rumah rame." Belum juga Arum menjawab wanita itu sudah kembali berucap."Rame?""Iya, yang mengaku beli rumah itu menyuruh kita pergi. Dan sekarang kami mau lapor dulu ke pihak berwajib.""Kenapa nggak dari Kemarin saja sih, Ran?""Kemarin kagak punya duit!""Sekarang sudah punya?"Rani beralasan padahal kenyataannya juga tidaklah sama dengan apa yang ia ucapkan. Arum memeluk Khaila lalu mengajaknya masuk kedalam rumah setelah Rani pergi meninggalkan mereka. Rani melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Sesekali menlakson pengendara lain yang dianggap menghalangi. Tidak butuh waktu lama. Motor nemek berwarna hitam itu sudah kembali ke tempat semula.Di sana semua orang sudah duduk di kursi ruang tamu. Terlihat orang yang mengaku membeli rumah ini berdiri. Lantas menunjuk-nunjuk wajah Wati sembari mulut tidak berhenti berbicara."Pokoknya! Saya tidak mau tahu, besok kalian semua sudah angkat kaki dari rumah ini. Saya mau tempat ini tidak ada yang men
Baca selengkapnya
Bab 95
bab 95Semua orang yang melihat Arum kembali pulang lantas berdiri dengan wajah masam. Terlebih Agus dan juga Rani. Sedangkan Wati. Ia duduk dengan kondisi badan yang memprihatinkan.Kurus dan juga berantakan." Terima kasih ya Mbak Ratih sudah mengantar. Mampir dulu yuk!"Arum mencium punggung tangan Ratih lalu memeluknya sebentar."Nggak usah! Kapan-kapan lagi saja. Sudah ya Mbak pulang dulu. Mau sekalian jemput anak.""Oke, hati-hati ya Mbak." Arum memperhatikan kakaknya hingga wanita itu hilang tertutup oleh pepohonan. Arum yang baru saja tiba dari rumah Marni lantas berjalan tergopoh-gopoh menuju rumah. Dimana mertua dan kedua iparnya sudah menunggu."Ya ampun, Mbak. Lama banget?" Rani langsung menyahut ketika mendapati Arum pulang."Ya maaf, mbak nggak tahu kalau kalian pindah hari ini!" Arum menjawab dengan santainya. Menambah ketidaksabaran mereka sampai di ubun-ubun."Memangnya Mas Bayu nggak bilang?" Kini giliran Agus uang bersuara."Ow iya, lupa." Dengan polosnya Arum masih
Baca selengkapnya
Bab 96
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyabab 95"Gimana? ""Lagi di cek!" Agus manggut-manggut. Mata lelaki itu nampak menyapu keseluruh sudut toko. Memperhatikan satu persatu orang yang hendak membeli perhiasan. Ada rasa iri jauh dalam lubuk hatinya. Dimana saat ini dia harus menjual perhiasan bukan membelinya. Miris.Namun mata lelaki itu menangkap sosok yang ia kenal. Tangannya terus saja menarik-narik baju Rani."Apa sih, Mas?" Rani yang merasa risih. Langsung menepis tangan Agus dengan kasar. Suasana hati yang tidak bersahabat ditambah sikap Agus yang menyebalkan membuat Rani naik darah."Kek anak kecil kamu itu, Mas! Ada apa? Bisa nggak sih nggak narik baju aku!" sungut Rani. "I- itu …."****Bayu meletakan semua berkas-berkas yang sudah ia kerjakan di atas meja. Kemudian matanya kembali fokus pada layar yang ada di depannya. Sesekali tangan itu mengucek matanya yang sedikit perih. Lalu meraih gelas yang ada di samping kiri. Bibir itu akhirnya menempel pada cangkir berwarna m
Baca selengkapnya
Bab 97
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyabab 97Cukup lama, Bayu menatap layar ponselnya. Hingga tidak berapa lama Bayu mengambil keputusan.Setelah membuang napas pelan lalu ia kembali memastikan transferan pada rekening Agus berhasil.[ Mas kok cuma segini sih?] Pesan Agus kembali diterima Bayu. [Mas, hanya bisa ngasih uang segitu. Kalau sepuluh juta Mas nggak ada uang.] [Cuma lima ratus ribu? Buat apa Mas uang segitu?]Ternyata laki-laki itu benar-benar memberikan Agus uang, tapi tidak sebesar yang Agus minta.****Jam menunjukan angka tiga, Arum yang masih berada di kontrakan Wati akhirnya berpamitan pulang. Setelah datang Tini menjemputnya. Sengaja wanita itu menyuruh Tini untuk menjemput karena Arum hendak mampir ke warung miliknya sebentar. "Bu, Arum pulang dulu!" Arum berpamitan pada Wati. Wanita itu mengangguk, semanjak Agus dan juga Rani mendapat musibah penipuan. Wati tidak lagi berucap kasar apalagi memberi label Arum pelit maupun mandul. Terbukti sekarang wanita itu te
Baca selengkapnya
Bab 98
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 98"Iya, Mbak. Semoga saja apa yang dipikirkan Ratna tidak benar hanya perasaannya saja. Kasihan aku melihatnya. Ow ya Mbak, gimana jadi kapan pindahannya?" tanya mengalihkan pembicaraan."Ow ya, Tin. Semalam mbak kepikiran terus soal ruko. Memang tempatnya strategis, tapi sama saja kalau kita buka disana kita seperti buka warung baru.""Terus gimana Mbak?""Kalau kita buat ruko itu sebagai cabang dari warung ini gimana ya, Tin?""Ide bagus itu Mbak.""Tapi ya gitu, Tin. Kita harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi. Peralatan dan juga perlengkapan buat di sana kan belum ada! Sedangkan Mbak sudah nggak ada tabungan. Kamu tahu sendiri kan Mbak sudah jual dua motor?""Kalau begitu biar saya ikut kasih modal." Seketika Arum dan karyawan lainnya yang mendengar pernyataan tersebut menoleh kebelakang. ****"Bude Nanik?" Arum berdiri, senyumnya melebar kala kakak dari Ibunya justru sudah berada di belakang mereka. Entah sejak kapan wanita tua i
Baca selengkapnya
Bab 99
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 99Lelaki itu tersenyum. "Bukankah dari awal saya sudah menjelaskan bahwa itu adalah kontrak jual beli bukan pinjaman? Sebelum kalian menandatangani berkas itu, saya sudah meminta kalian membaca isi yang ada pada kontrak tersebut! Dan sekarang setelah ada jual beli, kalian menyalahkan saya?""Mas, kok jual beli sih?" Rani menatap ke arah Agus. Dengan tatapan tajam. Membuat Agus gelagapan dan gugup saat berbicara."A-aku juga nggak paham. Waktu itu cuma fokus sama-""Sama duitnya," sahut lelaki yang di sebut penipu itu."Terus bagaimana ini?""Ya sudah, kalian tinggal angkat kaki dari rumah itu!"Bibir Rani mencebik. Setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Agus menutupi semuanya. Hingga dia beralasan tidak membaca isi kontrak saat itu. Kecurigaan orang-orang terjawab sudah. Mengapa dari awal Agus tidak mau membawa masalah ini pada jalur hukum, ternyata dirinya lah yang sesungguhnya penipu, kelas ulung.*****"Kalian ini dari mana s
Baca selengkapnya
Bab 100
pembalasan istri pelit yang sesungguhnya Bab 100"Lihat ini Mas. Nggak ada makanan, sama sekali!"Rani mendesah, pandangan wanita itu tertuju pada meja makan yang kosong tanpa makanan."Yaelah, Ran. Kamu kan bisa goreng telur."Agus memberi solusi. Wanita yang bergelar istri itu merenggut, pandangannya tertuju pada lelaki yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri."Telur lagi … telur lagi. Lama-lama Rani menetas juga Mas." Rani beranjak dari tempatnya duduk. Berjalan dengan hentakan kaki cukup kuat menuju kamar. Sedangkan Agus hanya menghela napas kasar. Lelaki itu sadar bahwa saat ini dia bersalah. Untuk sekedar makan saja rasanya begitu sulit. Gubrak ….Terdengar suara benda jatuh. Cukup keras hingga membuat Agus tergesa-gesa melihat. ****Jarum jam menunjukkan angka tujuh tepat. Dimana Arum tengah duduk sembari mata menatap ke arah televisi yang menyala. Bayu yang baru selesai mandi berjalan menghampiri sang istri. Mencium pucuk kepala wanita itu lalu menjatuhkan bokongnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status