All Chapters of PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA: Chapter 101 - Chapter 110
138 Chapters
Bab 101
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnya101"Bagus juga ide kamu. Boleh, kapan-kapan kita bicarakan itu sama-sama. Ow ya, Mas juga punya kabar bahagia. Bulan depan insyaallah. Mas akan berangkat umroh.""Alhamdulilah, kok bisa sih, Mas?" Kedua tangan Arum menutup mulut karena terkejut. Ada bahagia bercampur haru."Iya, Mas dapat umroh gratis dari kantor. Ada sekitar 5 orang yang dapet. Alhamdulilah, Mas kebagian. Kamu mau ikut? Nanti kita pikirkan lagi uangnya.""Nggak Mas. Untuk saat ini biar Mas saja yang berangkat. Lagian kalau bulan depan umur kehamilan Arum sudah 5 bulan. Mendekati acara tujuh bulanan."Bayu mengangguk. Lantas senyumnya kembali terukir kala melihat Arum yang nampak berseri. Bayu merangkul sang istri. Membiarkan Arum menjatuhkan kepalanya pada bahu Bayu.Suara adzan di televisi terdengar. Membuat kedua pasang suami istri itu lantas menunaikan kewajiban empat rakaat terlebih dahulu. Mengucap syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah saat ini. Nikmat yang bertub
Read more
Bab 102
Arum menoleh ke arah jam. Di sana sudah jam tiga kurang. Arum mencari benda pipih miliknya. Mengusap layarnya lalu membiarkan jari-jemarinya yang bekerja.Hingga dia tidak menyadari sejak kapan matanya terpejam kembali. Pagi menjelang. Arum bergegas pergi ke kamar mandi. Mencuci muka bersiap jalan pagi. Pagi ini kebetulan Arum berniat membeli sarapan. Nasi bungkus dengan lauk pecel ditambah bakwan. Liurnya hampir saja menetes kala berjalan sembari membayangkan makanan itu. Benar saja, setelah dia melihat inces semalam tengah menikmati nasi pecel, mereview rasa. Melihat cara makan artis bertubuh gemuk itu membuat Arum pun seketika menginginkan makanan tersebut.Arum menggerakkan kaki dan dan tangan. Berjalan perlahan sembari menikmati pagi yang cerah. Matanya memindai setiap rumah yang ia lihat. Berjejer rapi dengan cat tembok warna-warni. Ada beberapa tetangga yang sudah memulai aktivitas nya. Mencuci motor hingga pergi bekerja. Senyum wanita berbadan dua itu tidak pernah lepas dar
Read more
Bab 103
"Halo, Assalamualaikum." Tanpa menjawab salam, orang yang ada di seberang telepon pun mengumpat."Halo, Mbak Arum kemana saja sih, lama banget? Jam segini masih tidur?" tanya Rani dengan nada ketus."Memangnya kenapa tho, Ran?""Kontrakan kamu dimana, Mbak. Biar saya kesana sekarang. Khaila di rumah sendiri.""Lho, kenapa kamu bingung sih. Kan bisa kami titipkan di tempat penitipan anak seperti Mbak tempo hari.""Saya nggak sekaya itu Mbak. Saya nggak ada duit. Sudah deh, kirim alamat rumah Mbak. Nanti Khaila saya antar kesana! Saya mau kerja. Di rumah Khaila sendiri, mas Agus sama Ibu tengah di rumah sakit." ucap Rani tanpa jeda. Arum yang tengah mendengarnya hanya bisa menghela nafas panjang.****Kepala Wati merasakan nyeri. Saat Agus mengatakan yang sebenarnya. Ada kekecewaan yang besar di sudut hati wanita itu. Lantas dia merebahkan tubuhnya di ranjang. Menikmati kepala yang rasanya tidak karuan. Pusing, pening dan juga berdenyut nyeri. Ah, wanita tua itu seperti mendapatkan karm
Read more
Bab 104
bab 104Tidak ada pembicaraan sama sekali, yang ada hanya suara jam yang berdetak berjalan. Sesekali kedua kakak beradik itu menghela napas panjang. Menatap wanita yang ada di hadapannya dengan seksama."Apalagi yang kamu perbuat? Hingga Ibu seperti ini?" tanya Bayu pada Agus. Lelaki itu hanya diam tanpa menjawab. Matanya menatap nanar kepada Wati.Tuling.Satu pesan diterima. Bayu yang mendengar ponselnya berbunyi langsung merogoh tas selempang yang ada di depan dada.Bayu membuka aplikasi berwarna hijau itu. Membaca pesan dari sang istri. Di bawahnya ada pesan bertuliskan Mayang. Ah, wanita sial itu selalu saja mengganggu.[Mas, bagaimana kondisi Ibu?] [Sudah mendingan kok, Rum. Nanti sepertinya Mas ngajuin cuti lagi. Ibu tidak mungkin aku tinggal.]Sudah centang dua tapi belum juga berwarna biru. Dilihatnya pesan dari Mayang cukup lama. ****Arum selesai mengirim alamat kepada Rani. Lantas dia beralih pada suaminya. Mengirim pesan menanyakan perihal mertua. Apakah sudah membai
Read more
Bab 105
Arum gegas meletakan benda pipih itu di atas nakas. Kakinya melangkah menuju kamar mandi. Setelah membawa handuk tentunya. Setelah Arum selesai membersihkan diri. Arum segera berganti pakaian. Mengenakan gamis berwarna hitam dengan corak bunga-bunga kecil. Arum nampak cantik mengenakan gamis itu. Ditambah perut Arum yang mulai membesar. "Wah, tanggal berapa ini? Jangan sampai aku lupa periksa ke dokter," gumam Arum pelan. Ia nampak melihat tanggal dan bernafas lega. Ketika tanggal pemeriksaan masih dua Minggu lagi.Setelah itu ia mengoleskan bedak ke wajah. Tidak lupa lipstik di bibir. Jilbab segiempat berwarna abu-abu ia pilih. Ponsel Arum terus berdering. Sekilas Arum melihat, Nama Rani tertulis disana. Sengaja wanita yang sudah siap akan pergi itu, tidak menjawab telepon dari adik iparnya itu. Membiarkan lingkaran hijau terus meloncat-loncat. Tidak berapa lama. Ojek online yang dipesan Arum tiba. Dengan perlahan wanita itu menaiki kendaraan roda dua itu.Sepanjang perjalanan Ar
Read more
Bab 106
Kring ….Dering ponsel Arum kembali berbunyi membuat wanita itu dengan terpaksa menjawabnya. Menghentikan langkahnya bersamaan dengan tangan merogoh ponsel di dalam tas."Halo, Assalamualaikum. Rani ….""Maksud Mbak Arum apa? Gara-gara Mbak, aku terlambat kerja tahu nggak!""Lho kok bisa? Kamu yang kerja, Mbak yang salah?""Jangan sok nggak tahu deh Mbak. Mbak sengaja kan ngasih alamat tempat penitipan anak itu sama aku?""Lha, bukannya bener yak? Kamu titipin Khaila disana?""Mbak, aku kan nitip sama Mbak bukan kesana. Sekarang aku harus mengurangi jatah makan siang dan juga jatah belanja buat bayar tempat itu.""Lha memang harus gitu, masak anak kamu. Mbak yang ngurus.""Halah, sikap pelit Mbak Arum ini yang aku nggak suka. Semakin lama semakin menjadi. Kamu tahu kan Mbak, Ibu masuk rumah sakit! Paling nggak Mbak ikut berempati nggak seperti itu!""Maksud kamu apa sih Ran, mbak nggak ngerti," jawab Arum dengan tenang. "Susah bicara sama Mbak Arum!"Tut … Tut .*****Tuling ….Satu
Read more
Bab 107
"Nih!" Rani juga menyerahkan makanan itu pada Khaila tentunya dengan kasar. Entah mengapa wanita yang bergelar Ibu itu tidak ada lembut-lembutnya sama sekali kepada anak. Padahal Khaila adalah darah dagingnya sendiri. Diluaran sana ada banyak wanita yang menginginkan anak. Sepertinya sikap keibuan tidak dimiliki Rani.Sepanjang perjalanan Rani terus saja memperhatikan ponselnya. Sedangkan Khaila sibuk mengunyah roti yang terlihat lezat itu. Roti berisi abon dengan taburan wijen diatasnya.Terlihat begitu lezat.Khaila dengan lahap memasukan roti itu dikit demi sedikit kedalam mulut. Hingga membuat abon sedikit berceceran di atas rok dan di atas kursi."Haduh, kamu jorok banget sih Khaila. Mama mau kerja tahu nggak sih!" Rani berteriak. Membuat pria yang tengah menyetir itu melirik sekilas ke belakang pada kaca spion.Tangan Rani sibuk membersihkan ceceran abon tersebut. Dengan santai Khaila pun melanjutkan makan roti itu hingga habis. "Sudah sampai, Bu!" ucap pria itu setelah mengin
Read more
108
Bab 108Rani berjalan tergesa-gesa menuju ruangannya. Sesekali ia menyeka keringat yang bercucuran. Dengan langkah cepat akhirnya dia tiba di meja kerjanya. Nampak semua orang sudah datang dan juga sudah memulai aktivitas nya. Mata Rani memindai seluruh sudut kantor. Melihat semua orang tengah memperhatikannya.Huh hah ….Rani menghela nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Ia letakan tas di sisi kanan. Lalu membuka bedak berniat melihat kondisi wajahnya. Bedak tebalnya sedikit luntur karena keringat, sedangkan bulu matanya sedikit miring.Ah, melihat kondisi Rani pagi ini, berantakan. Berantakan seperti hidupnya.****Tangan wanita bergelar janda itu sibuk mengulek bumbu balado pada cobek. Dimana disana ada cabai, garam dan juga segala macam bawang-bawangan. Hari ini sengaja Marni akan memasak balado terong ditambah ikan patin. Ikan yang di beli Nanik tempo hari sewaktu pulang dari warung Arum. "Mar, nanti calon suami Mbak datang. Kamu siapkan juga makanan kesukaannya ya!" Tiba-ti
Read more
Bab 109
Jam menunjukan angka dua tepat. Setelah banyak pesan yang ia kirim kepada Bayu menanyakan bagaimana kabar sang mertua. Laki-laki bergelar suami itu mengatakan bahwa Wati tidak cukup baik. Kondisinya naik turun. Membuat Bayu harus tetap di sana. "Tin, kamu besok pergi beli barang-barang yang sudah kita bicarakan sama Bude Nanik kemarin. Kamu beli langsung kasih alamat tempat yang baru. Nanti biar Mbak telepon Bude. Apakah dia mau ikut memilih atau biar kamu aja yang urus semuanya." "Siap, Mbak." Tini menjawab sembari meletakan gelas yang berisi teh panas. Arum suka dengan teh panas semenjak hamil. Namun dia meminumnya tidak setiap hari. Karena teh mengandung kafein dan itu tidak bagus untuk ibu hamil jika berlebihan. Dapat menurunkan hb dalam darah lebih cepat. Arum menelpon Nanik, wanita yang berpengaruh besar saat ini pada Arum. Tidak berapa lama orang yang ada di seberang telepon menjawab. Bercakap-cakap sebentar lalu Arum memutuskan sambungan telepon nya setelah dirasa cukup."
Read more
Bab 110
bab 110"Allahuakbar ...," teriak Arum ketika tubuhnya hampir saja tertabrak oleh pengendara ugal-ugalan itu. Nafas Arum tersengal-sengal. Tangannya mengusap perutnya sembari mulut melafalkan istighfar berkali-kali.Berharap tidak terjadi apa-apa dengan kandungannya. Pengendara itu terlihat melajukan kendaraannya tanpa berhenti terlebih dahulu.Sedangkan beberapa orang yang melihat kejadian itu menyoraki sang pemotor. Meskipun tidak berhenti pada akhirnya. Ada beberapa yang menghampiri Tini dan juga Arum. "Astagfirullahaladzim, Mbaknya nggak papa kan?" tanya salah satu orang yang tidak dikenal."Alhamdulilah Bu. Nggak papa, cuma kaget aja. Hampir saja," jawab Arum sembari terus mengusap perutnya."Orang nggak jelas! Naik motor kok ugal-ugalan di tempat parkir kek begini. Membahayakan orang lain saja!" sungut salah satu Ibu-ibu."Mbak nggak papa kan? Kita periksa saja ya Mbak sekalian. Lagian aku juga khawatir lho mbak. Meskipun Mbak nggak jatuhkan tapi Mbak terkejut sedikit ada gerak
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status