Semua Bab PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA: Bab 111 - Bab 120
138 Bab
Bab 111
"Tini tadi yang telepon Mas. Dan sekarang dia tidak ada, kemana orang itu? Kenapa dia tidak menjagamu!" Arum tidak menjawab dia hanya merasa perutnya menegang. "Dok, ada pasien Ibu hamil!" Perawat yang mengantar kami mengatakan kepada Dokter yang kebetulan tengah berjalan melewati kami. Perawat yang bertugas di IGD pun mengambil alih."Langsung saja di siapkan tempatnya ya. Nanti langsung saya periksa setelah ini selesai.""Baik, Dok. Pak, saya tinggal ya. Nanti di urus oleh perawat. Sebentar lagi di periksa sama dokter. Anda mengisi data dulu di meja itu!" Perawat itu memberikan pengarahan. Menunjuk meja yang berisi tumpukan kertas supaya lelaki itu mengisi data di sana. "Baiklah, terima kasih ya, Sus." Perawat itu hanya tersenyum lalu meninggalkan Bayu. Arum pun dibantu pindah dari kursi roda menuju tempat periksa. Gorden pembatas pun ditutup. "Saya cek tekanan darahnya ya, Bu?" Arum mengangguk."Sudah berapa bulan ini Bu?" "Kisaran empat bulan lebih.""Baiklah, yang dikeluhkan a
Baca selengkapnya
Bab 112
Arum duduk di ujung ruangan. Bersama Marni, Ratih dan juga Nanik. Mereka saling berpegangan. Meskipun Wati adalah sosok yang pernah menyakiti. Namun di ujung umurnya dia meminta maaf. Membuat Arum terbuka hatinya.Sejahat siapa pun itu, jika dia dengan tulus meminta maaf dan tidak berniat melakukan kesalahan yang sama. Pasti akan ada hati yang mau memaafkan. Terlebih Allah Maha Pengampun dan Pemaaf. Apalagi hanya manusia yang merupakan ciptaan-Nya.Akan ada hati yang terlepas dari beban. Jika memaafkan. Meskipun tidak semua orang bisa demikian. Ada lisan manusia kadang mengucap maaf namun hati masih menyimpan luka dan dendam.Mata Arum sembab. Dia terlihat kehilangan, niat awal ingin menjenguk wanita tua itu gagal. Karena kecelakaan yang tidak di sengaja.Agus dan juga Bayu duduk berdampingan. Setelah selesai memandikan jenazah kemudian mereka menyolatkan jenazah untuk terakhir kalinya. Matahari sudah mulai terik. Sebelum jam dua belas tepat wanita yang bergelar mertua itu selesai d
Baca selengkapnya
Bab 113
"Eh, Bu RT? Apa kabar?" tanya Arum setelah mengetahui bahwa yang bertamu adalah Bu RT. Ibu RT di tempat dia tinggal dulu."Mbak Arum, apa kabar? Sehat?""Alhamdulillah, Ibu. Sehat.""Selamat ya Mbak Arum atas kehamilannya. Semoga dilancarkan sampai melahirkan nanti. Semoga Ibu dan juga bayinya sehat. Amin.""Amin … amin. Terima kasih banyak Ibu-ibu. Ow iya Bu, silahkan masuk!" pinta Arum kepada ketiga wanita itu. "Ayo, Ibu-ibu." Terdengar Ibu RT itu meminta rekannya untuk masuk kedalam rumah. Sedangkan Arum berjalan dibelakang mereka, lalu menjatuhkan bokongnya di kursi paling ujung. Bayu yang melihat ada tamu lantas berjalan mendekati. Menangkupkan kedua tangan lalu tersenyum menyapa ketiga wanita itu."Eh, Mas Bayu. Apa kabar? Sudah lama tidak bertemu. Tambah ganteng saja," celetuk salah satu tamu."Baik, alhamdulilah Bu. Terima kasih banyak. Ow iya Bu. Saya selaku anak dari almarhum Ibu Wati mengucapkan minta maaf yang sedalam-dalamnya jika ada salah kata. Mohon doanya, supaya Ibu
Baca selengkapnya
Bab 114
"Rani kok bicara begitu sih, Mas," tanya Arum. Tangannya terus mengusap handuk pada rambutnya yang basah. Tatapannya tertuju pada Bayu yang tengah duduk di sisi ranjang. Mereka tidak lagi membicarakan warisan tempo hari. Karena beberapa tetangga berdatangan, berniat membantu membuat makanan untuk acara tahlilan. "Mas juga nggak tahu. Padahal kamu tahu sendiri kan di saat Ibu nggak ada, Mas lagi sama kamu. Mas malah nggak kepikiran soal warisan." Bayangan Bayu kembali tertuju pada hari dimana Wati meninggal dunia. Sorot matanya kembali berubah menjadi sedih. "Astagfirullahaladzim, memang ya si Rani itu seharusnya di kasih pelajaran. Memangnya Agus nggak pernah ngajari Rani ya?""Mas juga nggak tahu. Ow ya Rum. Nanti malam gimana acara-nya?""Masih sama Mas, tahlilan Ibu digelar sampai tujuh hari. Nanti soal konsumsi biar warung yang urus.""Makasih banyak ya sayang. Kamu sudah mau ngurus semuanya.""Sama-sama Mas. Lagian almarhum Ibu kan Ibu kamu. Sudah seharusnya aku menganggapnya
Baca selengkapnya
Bab 115
"Mbak Ratih lagi dimana?" tanya Arum. "Lagi di rumah ini, baru selesai beberes mau mandi. Ada apa, nyari emak? Kenapa nggak telepon sama Bude?" "Nggak kok Mbak. Cuma mau ngobrol aja lagian nggak ada mas Bayu.""Bayu udah kerja? Bukannya kemarin ibunya baru meninggal.""Iya, Mbak katanya nggak enak kalau cuti terus. Ow ya Mbak. Besok kalau acara tujuh bulanan Mbak yang urus gimana? Aku nggak ngerti. Sama niatan aku sih mau bikin syukuran kecil-kecilan buat rumah sama ruko yang sudah kebeli. Mbak bisa bantu nggak ya?""Oh, kalau soal itu Mbak pasti bantu. Bulan depan keknya acaranya. Kandungan kamu usiany lima bulan kan?""Iya Mbak.""Bener kalau begitu. Kalau di tempat kita acara buat tujuh bulanan itu digelar pada usia enam bulan bukan tujuh bulan seperti di kalender.""Terserah Mbak Ratih gimana baiknya aja. Yang penting nanti acaranya pengajian tujuh bulanan sama syukuran dah gitu aja.""Siap, siap. Nanti Mbak sama Mas Awang yang mengurus semuanya.""Makasih banyak ya Mbak.""Sama
Baca selengkapnya
Bab 116
"Alhamdulillah," ucap semua orang bersamaan. Kedua tangan menangkupkan ke wajah. Berucap hamdalah karena acara tahlilan akhirnya selesai sesuai rencana tanpa ada halangan suatu apapun. Tujuh hari lamanya, tahlilan yang digelar di kontrakan Agus akhirnya selesai. Ibu Susi yang nampak duduk tidak jauh dari Rani hanya mengamati wanita itu dengan seksama. Wanita yang berdandan menor selalu memotret diri setiap saat. Membuatnya jengah sekaligus hilang empati padanya."Mbak Arum, kok bisa sih punya adik ipar gesrek kek dia?" tanya Susi. Setelah cukup lama tidak bersua. Wanita itu duduk berdekatan dengannya.Arum tampak bingung, mendengar penuturan sang mantan tetangga. "Kenapa Bu?" tanya Arum. Membuat wanita itu berpikir keras. Apa yang sudah Rani lakukan hingga tetangga sebaik Susi bicara seperti itu!"Cuma bisa dandan doang. Sama jepret sana sini, padahal saya lihat dari tadi dia nggak baca doa." Susi berbisik. Namun masih bisa di dengar jelas oleh Arum. Arum hanya bisa tersenyum, tepat
Baca selengkapnya
Bab 117
Arum berjalan perlahan menuju kamar Rani. Wanita itu mengetuk pelan pada pintu. Tidak ada sahutan sama sekali. Dengan sedikit bersuara keras, Arum berpamitan. Nampak Arum, memperhatikan setiap sudut rumah. Jangan sampai dia melupakan sesuatu nantinya. "Ayo, Mas. Kita pulang!" Bayu dan juga Arum berjalan bergandengan tangan. Menuju mobil yang ada di halaman rumah. Mobil warung tepatnya. Selama diperjalanan, Arum terus saja menguap karena jam sudah menunjukan angka sepuluh lebih. *****Satu persatu meja diangkat masuk ke ruko. Meja yang berpoles plitur berwarna coklat mengkilap.Tidak hanya meja, kursi pun demikian. Beberapa lukisan dan juga bingkai foto, sengaja diletakkan di beberapa sudut dinding. Tini, dengan gerakan cepat mengarahkan dimana alat lainnya di letakan. Kulkas, meja kasir dan juga meja panjang yang akan digunakan untuk menghidangkan makanan. Lampu susun juga terpasang tepat di tengah ruangan. Memberi kesan mewah pada warung itu. Dinding yang bercat cream bercampur
Baca selengkapnya
Bab 118
Cari tahu ah, dari pada kepo"Mas, kemarin aku dengar tetangga sebelah bicara sama Mbak Arum." Rani berucap, matanya fokus pada layar televisi di depan. Sedangkan Khaila duduk di bawah beralaskan kasur lantai. Sedangkan kedua orang tuanya duduk diatas kursi. "Wajarlah, mereka kan pernah tetanggaan." Agus menjawab dengan ekspresi wajah yang biasa saja. Terkesan cuek dan tidak memperhatikan."Bukan itu, tapi Ibu Susi itu mengatakan mau ke rumah baru milik Mbak Arum?" ucap Rani. Membuat Agus yang tengah memandangi layar ponselnya seketika mengalihkan pandangannya. "Rumah baru?""Heem, rumah baru. Aneh kan?" Sebenarnya tidak ada yang aneh, jika Arum dan juga Bayu memiliki rumah baru. Hanya saja, Rani bertingkah aneh sendiri.Agus membenarkan posisi tidurnya menjadi duduk. Sedangkan Rani memperlihatkan wajah serius. Kepalanya terus mengangguk, membenarkan ucapannya baru saja. Agus memperhatikan wajah Rani dengan seksama."Kamu serius mereka punya rumah baru? Bukan hanya ngontrak?""Mungk
Baca selengkapnya
Bab 119
Kejutan"Bude Nanik …." teriak Arum ketika mendapati Nanik bertandang ke rumahnya. Di belakang nampak Marni dan juga Ratih dan kedua anaknya turun dari mobil berwarna putih. Satu persatu mereka bersalaman sembari berpelukan. Meskipun mereka sering kali bertemu. Namun sudah menjadi kebiasaan jika bertemu selalu heboh.Setelah selesai, Arum nampak bingung ketika mendapati sosok lelaki yang berbadan tegap berdiri tidak jauh dari Nanik."Siapa Bude?" tanya Arum polos. Sedangkan Bayu menyalami mertuanya di belakang Arum."Kenalin, Rum. Dia Hendra Kurniawan, calon suami Bude." bisik Nanik membuat Arum tersenyum."Bude Nanik serius mau melepas masa jandanya?" Pertanyaan Arum membuat semua orang tertawa."Iya dong, Rum. Kapan lagi bisa punya suami seganteng Pak Hendra." Semua orang tertawa. Hingga tidak berapa lama mereka masuk kedalam rumah. Marni nampak terlihat bangga ketika mendapati yang putri sudah bisa membeli rumah sendiri. Wanita paruh baya itu tidak henti-hentinya mengucap syukur, b
Baca selengkapnya
Bab 120
Kejutan"Bude Nanik …." teriak Arum ketika mendapati Nanik bertandang ke rumahnya. Di belakang nampak Marni dan juga Ratih dan kedua anaknya turun dari mobil berwarna putih. Satu persatu mereka bersalaman sembari berpelukan. Meskipun mereka sering kali bertemu. Namun sudah menjadi kebiasaan jika bertemu selalu heboh.Setelah selesai, Arum nampak bingung ketika mendapati sosok lelaki yang berbadan tegap berdiri tidak jauh dari Nanik."Siapa Bude?" tanya Arum polos. Sedangkan Bayu menyalami mertuanya di belakang Arum."Kenalin, Rum. Dia Hendra Kurniawan, calon suami Bude." bisik Nanik membuat Arum tersenyum."Bude Nanik serius mau melepas masa jandanya?" Pertanyaan Arum membuat semua orang tertawa."Iya dong, Rum. Kapan lagi bisa punya suami seganteng Pak Hendra." Semua orang tertawa. Hingga tidak berapa lama mereka masuk kedalam rumah. Marni nampak terlihat bangga ketika mendapati yang putri sudah bisa membeli rumah sendiri. Wanita paruh baya itu tidak henti-hentinya mengucap syukur, b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status