Semua Bab PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA: Bab 81 - Bab 90
138 Bab
Bab 81
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 81"Mau kemana sih, Mas?""Nanti kamu juga tahu."CupBayu mencium kening Arum dengan mesra membuat semua karyawan bersorak histeris."Astagfirullahaladzim, Mas Bayu." Tangan Ratna menutup wajah. Namun jari-jarinya merenggang membuatnya masih bisa melihat kedua pasang suami istri itu."Sudah lah, Mas. Malu," ucap Arum sembari pipinya kembali merona. ****Arum duduk di samping kursi kemudi. Setelah pulang membersihkan badannya kini dia bersama Bayu tengah menuju ke suatu tempat. Dimana Arum juga tidak tahu kemana Bayu membawanya. "Matanya ditutup ya sayang. Udah mau sampai. Kamu pasti akan suka.""Perlu banget ya pakai tutup mata segala?""Ya nggak papa, biar sekali-kali kek di pilem-pilem itu. Surprise." Bayu terkekeh. Dia mencoba membuat Arum tertawa. Haist, lelaki itu akhirnya berubah juga. Tahu bagaimana memperlakukan seorang istri. Setelah lima tahun dia cukup mendiamkan istri tanpa mau peduli. Kesabaran Arum akhirnya membuahkan hasi
Baca selengkapnya
Bab 82
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 82"Alhamdulilah, Arum sudah bisa beli tempat buat jualan sendiri Mbak. Nggak ngontrak lagi. Mungkin beberapa hari kedepan Arum sibuk pindahan.""Alhamdulilah," jawab Mbak Ratih."Arum juga pindah rumah.""Apa Rum, pindah rumah? Punya kamu sendiri?""Iya Mbak. Alhamdulilah," jawab Arum membuat wanita yang ada di seberang telepon berkali-kali mengucap syukur.***"Ada apa ya, Bu?" tanya Mayang ketika melihat rumah Bayu diserbu banyak orang. Ada tetangga berjalan cepat masuk kedalam."Itu di rumah Ibu Wati ada rame-rame. Sepertinya ada pertengkaran," jawab salah satu warga membuat kening wanita berpakaian ketat itu mengkerut.'Pertengkaran? Apakah Ibu sama Mbak Arum?' Mayang bermonolog dalam hati. Namun niatnya yang ingin bertamu ia urungkan. Jika itu benar adanya pertengkaran antara Ibu mertua dan juga menantu. Dia tidak ingin dilibatkan dalam masalah itu. Dia takut jika dipikir pelakor, perebut laki orang. Meskipun pada kenyataannya hampir
Baca selengkapnya
Bab 83
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 83Kring … kring.Terdengar suara telepon milik Bayu menjerit ingin segera dijawab. "Panjang umur," ucap Bayu sembari mengusap layarnya."Siapa?" tanya Arum hanya dengan gerakan bibir."Agus," jawab Bayu sama, hanya menggunakan gerakan bibir. "Halo, Gus. Ada apa?"****"Mas Bayu kok nggak pernah tengokin Ibu? Sombong." Suara Yang ada di seberang sana terlihat menahan amarah. Jelas dari suara yang terdengar sedikit keras."Oh, itu. Maaf, Mas lagi ada kerjaan banyak di kantor. Kebetulan nanti sore setelah pulang dari kantor mas mau ke rumah Ibu.""Sama Mbak Arum?""Iya, dong. Sama siapa lagi?""CK ….""Kenapa memangnya Gus, kalau sama saya? Kamu nggak suka?" tanya Arum setelah mendengar adik iparnya bercicit tak enak di dengar. Astaga, Agus memang tidak tahu diri."Ya sudah kalau begitu, Mas. Ibu manggil." Agus memutuskan telepon sepihak. Bayu pun menatap Arum sekilas. Lalu ia kembali meletakan benda pipih itu diatas meja. "Jangan terlalu
Baca selengkapnya
Bab 84
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 84Tidak ada jawaban dari Wati. Dia masih menyandarkan kepalanya di tembok.Khaila yang tengah asyik bermain boneka hanya sekilas melirik. Lalu kembali asyik dengan permainannya. "Bu, telepon Mas Bayu. Minta uang sama dia. Katakan kepadanya bahwa Ibu butuh berobat."Wati menatap nanar menantunya itu, dalam hatinya memaki. Rani menyodorkan ponsel ke arah Wati dengan tatapan yang sulit diartikan."Rani!" Teriak seseorang dari balik pintu utama. Sontak membuat semua orang menoleh. Mata Rani seketika membulat sempurna ketika orang yang mereka bicarakan sudah berdiri diambang pintu.Arum dan juga Bayu.****"Ma-mas Bayu," ucap Rani terbata. Ia menarik tangannya lalu mendekap benda pipih itu di depan dada."Sejak kapan kalian datang?" tanya Rani basa-basi."Sejak kamu menyuruh Ibu meminta uang kepada kami." Sontak Rani terdiam. Tidak ada alasan lagi untuk mengelak. Rani memang salah. Meminta wanita tua itu meminta uang kepada Bayu dengan cukup
Baca selengkapnya
Bab 85
Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 85Arum menjawab sembari tangannya mengambil beberapa roti kering yang ada di atas etalase. Pemilik warung itu akhirnya menghitung semua belanjaan. Lalu memasukkan semuanya ke dalam plastik."Mbak, tunggu. Biar saya antar, ini berat kasihan.""Nggak perlu Bu.""Sudah nggak papa, Ibu ikhlas.""Kalau begitu terima kasih." Arum menyunggingkan senyum ketika pemilik warung dengan rela mengantar ke rumah. Hanya butuh sepuluh menit, hingga mereka tiba di halaman rumah. Nampak Bayu menunggu di teras. Dengan cepat lelaki itu menyusul Arum lalu membawakan belanjaannya masuk kedalam rumah.****"Kalau bukan kakak kandung Mas Agus. Mana mungkin aku sudi melakukan semuanya. Bikin capek saja!" ucap Rani pelan sembari tangan terus memunguti pakaian kotor yang berserakan. "Sudah belum, Khaila? Jangan main air, ah." Rani membiarkan anak kecil itu mandi sendiri di kamar mandi. Setelah menyiapkan air hangat tentunya. Entah apakah bersih atau tidak. Rani me
Baca selengkapnya
BAB 86
BAB 86"Kamu serius?" tanya Wati tidak percaya.Bayu mengangguk, lantas menatap Arum dengan senyum."Boleh kan, Rum?" tanya Bayu."Boleh, Mas." Arum tersenyum dengan ringannya. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa.Di satu sisi, wanita muda itu tersenyum tipis. Batinnya kegirangan, akan ada pundak lagi yang akan menampung mereka. Akan ada masa dimana dia akan hidup tenang tanpa memikirkan pekerjaan rumah. Memikirkan wanita tua bangka yang dianggapnya beban.****Jam menunjukan angka delapan tepat. Di warung Arum kini tengah banyak pelanggan. Ada beberapa pelanggan yang baru saja datang dan juga ada yang sudah berada di meja makan, siap melahap menu yang sudah di pesan.Tidak jarang juga ada orang yang tengah berdiri memilih menu yang akan dibungkus dibawa pulang. Tini sibuk dengan benda besar di depannya. Menghitung deretan angka yang siap berubah menjadi rupiah. Sedangkan Ratna dan juga Siti sibuk di depan etalase, membungkus beberapa menu. Ada seorang karyawan laki-laki yang tengah
Baca selengkapnya
BAB 87
"Semangat, semoga kamu bisa menjadi lebih baik lagi." Nadia mengangguk sembari memberikan senyuman. Langkahnya kembali berlalu sembari mengajak anak dan suaminya pergi.Huh hah"Aku pikir bakal terjadi sesuatu," gumam pelan membuat Siti yang tengah berjalan mendekat ikut menimpali."Sama, aku juga udah was-was. Aku malah udah nyiapin kamera. Kamera on mengarah ke meja mereka." Siti menunjuk ke arah kamera yang sengaja ia letakkan di sela-sela nampan berisi makanan."Kalau sama orang yang pernah berbuat salah, bawaannya negatif mulu sama mereka.""Jangan begitu, Mbak. Orang itu pernah memiliki masa lalu. Sekalipun kelam maupun menyakiti banyak orang. Tapi kita tidak tahu masa sekarang atau masa depan. Kali saja dia berjuang merubah ke arah yang lebih baik. Menghakimi seseorang karena masa lalu itu justru membuatnya kadang goyah berubah."Karyawan laki-laki itu menyahut ketika mendengar dua wanita itu tengah berbicara mengenai Nadia."Maksud kamu apa?" tanya Tini bingung. Lelaki yang b
Baca selengkapnya
Bab 88
CupBayu berjongkok, mensejajarkan dengan perut Arum. Menciumnya dengan lembut pada perut yang mulai buncit.Janin yang ada di sana mulai berdenyut. Seakan mengerti akan sapaan sang ayah. "Kok kedutan sih, Sayang? Kamu ngerasa nggak?" Arum mengangguk. "Ini pertama kalinya, Mas. Aku seneng banget." Arum tersenyum, ada rasa tidak percaya jika saat ini dia mengalami semuanya. Mengalami kehamilan dan juga merasakan gerakan janin. Di usia kehamilan yang baru saja menginjak bulan ke empat. "Sehat-sehat terus ya!" pinta lelaki itu terus mengusap lembut perut Arum. Tidak berapa lama seorang pengemudi ojek online datang. Membuat Bayu dan juga Arum harus berpisah sebentar.****Hari ini Arum berkemas kembali. Dia akan menempati rumah baru secepat mungkin. Karena rumah kontrakan ini akan ditinggali Wati dan juga Agus dan Rani.Satu persatu pakaian yang ada dalam lemari ia masukan ke dalam koper. Melipatnya menjadi kecil agar muat masuk semuanya. Beruntung Bayu dan juga Arum bukan lah tipe pas
Baca selengkapnya
Bab 89
"Alhamdulilah, Mak. Mas Bayu dapet rejeki. Dia ambil rumah, meskipun nanti kita masih mencicil tiap bulannya. Tapi Alhamdulillah banget, Arum seneng. Akhirnya apa yang kami impikan terwujud.Kapan-kapan Emak ke sini ya?""Insyaallah, nanti.""Mak, tadi aku telepon Mbak Ratih tapi nggak diangkat.""Ow, Mbakyumu? Dia sedang ada cara, arisan katanya.""Ow, begitu. Ya sudah kalau begitu."Setelah Arum mengucap salam perbincangan itu berhenti. Arum kembali melanjutkan pekerjaannya. Arum merasa sudah kelelahan. Karena pekerjaan ringan pun jika dikerjakan oleh seorang Ibu hamil tetap akan merasa berat. Wanita itu akhirnya merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Matanya menatap langit-langit rumah.Tok … tok ...tok.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Arum. Segera ia mem beringsut ke sisi ranjang. Meraih hijab instan yang tadi sempat ia kenakan.Langkah Arum perlahan menuju pintu utama.Tok … tok."Ya, sebentar," jawab Arum. Ketika sang tamu tidak lagi sabar menunggu. Ketukannya terdengar je
Baca selengkapnya
Bab 90
"Iya, diantar Mamanya tadi.""Kenapa?""Biasa.""Rum, kamu sudah berkemas? Tadi Ibu juga nelpon, besok mereka akan datang. Jadi sebaiknya kita langsung pindah. Belum apa-apa saja Rani sudah meminta kamu ngurus Khaila. Apalagi nanti, perut kamu juga bertambah besar.""Iya, mas sudah selesai. Tadi aku minta orang warung ke sini.""Alhamdulilah, kalau begitu. Biar mereka berdua berubah. Seharusnya."Arum mengangguk, membenarkan pendapat Bayu.******Huh hahRani membuang napas dengan kasar. Setelah kepergian dua kakak iparnya itu. Ada nyeri di ulu hati, ketika melihat sang kakak ipar jauh lebih beruntung. Jauh lebih sukses dan juga jauh lebih cantik. Tentu saja.Rani menyilangkan kakinya ketika duduk di sofa. Pandangannya tidak lepas dari benda pipih yang menyala. Suami yang duduk di sampingnya tidak dihiraukan. Apalagi wanita tua yang tengah makan buah pisang yang dibeli Bayu ketika pulang dari dokter. Mata menantu itu tengah memindai baju kekinian dan juga tas pada aplikasi jual beli.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status