Semua Bab Gairah Cinta sang Pewaris: Bab 81 - Bab 90
384 Bab
Bab 81 Pertengkaran Risa dan Andre
“Itu fitnah, Dre!” balas Risa, masih tidak mengakui kebejatannya. “Masa kamu dengan begitu mudah percaya sama orang lain?! Dia itu cuma mau ngancurin pernikahan kita!” “Orang lain itu kakak kamu! Kakak kandung kamu yang juga mantan tunangan aku!” hardik Andre. Mengatakan hal tersebut, pria itu menyisir rambutnya dengan frustrasi. “Harusnya … aku nggak semudah itu percaya ketika papa kamu bilang Evelyn kabur ke luar negeri dengan pria lain. Harusnya aku—” “Harusnya apa?! Harusnya kamu kejar dia dan nikahin dia, gitu?!” potong Risa dengan tatapan nyalang. Dia tidak percaya bahwa pria yang telah menikahinya selama tujuh tahun lamanya itu tengah menyesali keputusan melepaskan Evelyn. “Selama ini kamu anggap aku ini apa, Dre?!” Diselimuti frustrasi dan dikuasai emosi menggebu, Andre pun membalas, “Kamu itu wanita yang dijodohin keluargaku untuk memperkuat posisi! Kamu sendiri sadar dengan hal itu ketika kamu merebut posisi kakakmu untuk menikah denganku!” Mengingat setiap kalimat yang d
Baca selengkapnya
Bab 82 Reyhan Dalangnya
“Andre tidak pulang semalaman?” Handi menampakkan ekspresi tidak suka mendengar kabar tersebut di pagi hari. “Kenapa?” tanyanya pada sang pelayan yang bertugas melayani makan pagi Keluarga Diwangkara itu. Sebelum pelayan tersebut menjawab, Nissa yang terduduk di seberang Handi pun menyahut, “Bertengkar besar dengan Risa.” Dia menggigit roti lapisnya, lalu menambahkan, “lagi.” Vera yang juga berada di ruang makan melirik ekspresi Handi yang memburuk. “Sepertinya, kita tidak bisa mempertahankan hubungan dengan Keluarga Aditama,” tutur wanita tersebut. “Bukan hanya tidak mampu melahirkan setelah menikah begitu lama, tapi dia juga membuat Andre terus-menerus tidak bahagia.” Sebuah dengusan terdengar dari wanita tersebut, mengejek Risa. “Ditambah kenyataan dia melakukan hal yang begitu keji kepada saudarinya sendiri, aku khawatir wanita itu akan membawa masalah lain di kemudian hari.” Walau merasa ucapan saudarinya masuk akal, tapi Handi mencoba bersikap tenang dan bertanya pada Nissa, “
Baca selengkapnya
Bab 83 Kebenaran Tentang Putri Pertama Aditama
“Tentu saja karena Evelyn bukan putri kandung dari Reyhan.” “Apa?!” Kala mendengar pernyataan dari kakaknya, Vera terkesiap dan tak kuasa menganga lebar. “Evelyn Aditama bukan putri kandung Reyhan?!” Wanita itu menatap Rusli yang tidak terlihat terkejut. “Dari mana Ayah dan Kakak tahu soal hal ini?!” Rusli memutar otaknya, mengingat masa-masa nama Aditama mendadak naik di Nusantara berpuluh-puluh tahun yang lalu. “Dua puluh delapan tahun yang lalu, kala penerus tunggal Keluarga Aditama di masa itu, Reyhan, berusia tiga puluh tahun, secara mendadak diumumkanlah kelahiran seorang bayi dalam keluarga itu.” Rusli menutup matanya, mencoba menggali memori yang telah terkubur dalam. “Anehnya, tidak ada yang pernah mendengar bahwa istri Reyhan tengah mengandung sebelumnya.” Vera mengerutkan kening. “Wanita mengandung untuk sembilan bulan, bagaimana mungkin tidak ada berita sama sekali?” Dia pun mencoba menghubungkan satu hal dengan hal lain dan berakhir membelalak. Rusli menganggukkan kep
Baca selengkapnya
Bab 84 Mulut Cabai
“Evelyn … bukan anak kandung Reyhan Aditama?” Suara dalam itu bergema dalam ruang kantor lantai paling atas Eden Entertainment. Terdengar nada keraguan dari pria yang mengutarakan pertanyaan tersebut. “Kamu yakin, Julian?” “Rusli Diwangkara yang mengatakannya, dan sudah dikonfirmasi kembali kebenaran perihal kelahiran mendadak putri pertama Aditama.” Julian, yang sekarang berada di ruang kerja Adam, menganggukkan kepalanya. Wajah pria itu terlihat sendu selagi pancaran matanya menampakkan ketidakpercayaan. “Ini … terlalu kejam, Pak,” katanya seraya menatap ke arah Adam. Terlihat atasan Julian itu tengah berdiri di hadapan jendela besar ruangannya, terlihat gagah dan berwibawa. Namun, di balik kegagahan tersebut, ekspresi wajahnya yang terpantul dari kaca menunjukkan amarah mendalam. Dari sumber yang memiliki sejuta mata di berbagai negara, Julian mendapatkan info yang menguak asal-usul seorang Evelyn Aditama. Dinyatakan bahwa sumber itu mendapatkan info dari pelayan Keluarga Diwangk
Baca selengkapnya
Bab 85 Konflik di Kafe
Mendengar ucapan Liam, salah seorang wanita yang sedari tadi melontarkan kalimat pedas kala membicarakan Evelyn langsung mendelik. “Eh, bocah tengil! Sembarangan aja kalau ngomong! Kamu nggak diajarin sopan santun, ya?!” omel wanita berlipstik merah terang itu. Liam memiringkan kepalanya, masih tersenyum manis. “Sopan santun sih diajarin Tante, tapi kalau ngegosip belum,” balasnya. “Aku lihat Tante jago, kayaknya cocok buat ngajarin aku,” tutur bocah tersebut dengan cukup kencang, membuat sejumlah orang terkekeh. Dari reaksi orang-orang di sekeliling, kentara bahwa ada sejumlah orang yang sedari awal tidak nyaman dengan celotehan wanita tersebut. Terlepas dari isi pembicaraannya yang tidak bermakna dan menghina orang lain, tapi suara wanita itu begitu keras dan mengganggu. Melihat orang sekeliling menertawakan teman mereka, para wanita lain di meja itu pun merasa sangat malu. Mereka menyuruh wanita berlipstik merah tersebut untuk segera duduk dan mengabaikan bocah itu. “Udah, Feli.
Baca selengkapnya
Bab 86 Dominic Grey
“Jauhi putraku!” seru Adam seraya menarik Liam menjauh dari pria berpakaian olahraga itu. Tidak hanya pria asing itu, tapi Liam dan Evelyn juga sedikit terkejut dengan kedatangan Adam. Bukan hanya karena kedatangan pria itu yang tiba-tiba, tapi juga karena amarah yang terlukis jelas di wajah dan suara lantang yang dia lontarkan. “Adam?” panggil Evelyn dengan mata bulatnya sedikit membesar. Dia tidak menyangka akan melihat pria itu di sini. “Kenapa kamu ada di sini?” tanyanya. Sekilas Adam lirikkan pandangan kepada Evelyn, menarik wanita itu mendekat ke arahnya. “Menjemputmu dan anak-anak,” jawabnya singkat sebelum mengalihkan tatapan kepada si pria asing, masih terlihat sangat waspada. Pria berpakaian olahraga itu melirik Evelyn, lalu kembali pada Adam. Dia melirik si kecil Liam, lalu kembali lagi pada Adam. Kemudian, menyadari kemiripan antara bocah kecil itu dengan Evelyn serta Adam, pria tersebut menutup mulutnya yang menampakkan sebuah senyuman. “Jadi, rumor perihal Adam Dean
Baca selengkapnya
Bab 87 Terlupa
Di dalam mobil, Liam dan Lili memperhatikan sosok Adam yang berada di kursi pengemudi. Sepertinya, kedua bocah tersebut masih sedikit bingung dan terkejut dengan kejadian beberapa saat lalu.Sementara itu, duduk di sebelah Adam, Evelyn hanya bisa terdiam. Wanita itu terlihat memikirkan sesuatu.Karena merasa kening Adam sedikit berkerut, Evelyn pun tak kuasa bertanya, “Kamu marah?” Netra hitam segelap malam milik wanita tersebut terpatri pada wajah pria di sebelahnya. “Wajahmu tidak terlihat baik sejak bertemu dengan pria bernama Dominic tadi.”Manik biru Adam bergeser sesaat ke arah Evelyn, menatap ekspresi khawatir wanita itu. Hal tersebut membuat aura dinginnya jauh berkurang.“Lain kali, kalau bertemu dengannya, larilah ke arah yang lain,” ujar Adam. “Dia pria yang berbahaya,” imbuhnya singkat.Evelyn menautkan alis, merasa sedikit bingung dan terkejut. Walau awalnya sempat merasa Dominic adalah pria yang baik, terlebih karena pria itu sempat membantunya tadi, tetapi kala Adam men
Baca selengkapnya
Bab 88 Tahu?
Detik pertanyaan itu keluar dari mulut Liam, Adam dan Evelyn membeku. Ibu dua bocah itu melempar pandangan pada Adam, memperhatikan raut wajah pria itu sedikit mengeras. ‘Apa yang harus kami katakan?’ batin Evelyn, merasa terjepit situasi. Belum sempat Evelyn mengatakan apa pun, dia mendengar sebuah suara memanggil, “Liam, Lili.” Dia menoleh dan menatap si sumber suara, Adam. “Apa kalian menginginkan seorang papa?” Detik pertanyaan tersebut mengudara, Liam dan Lili mengerutkan kening. Keduanya saling menatap, merasa sedikit aneh dengan pertanyaan itu. Liam pun mengalihkan pandangan kepada sosok ibunya. Manik birunya yang bulat terlihat menatap Evelyn dengan saksama, menangkap adanya pandangan khawatir. “Yang penting ada Mama,” jawab Liam dengan tegas. “Kalau punya papa bisa buat Mama senang, aku mau punya papa.” Di sebelahnya, Lili menjawab dengan sedikit berbeda. “Kalau bisa punya papa, Lili mau. Soalnya kalau ada papa, Mama nggak akan dihina orang lain lagi,” sahut gadis kecil
Baca selengkapnya
Bab 89 Perasaan Mereka
Ucapan Liam membuat Evelyn mengerutkan kening. “Apa maksudnya? Mama tidak mengerti.” Lili, yang juga sudah berhenti tertawa, memasang senyuman. “Mama, semenjak hari kedua tinggal di rumah Om Adam, Lili dan Liam sudah sering dengar omongan kakak-kakak pelayan,” ucap gadis kecil itu. “Mereka bilang kalau Liam dan Lili itu anak Om Adam.” Perlahan, senyuman itu terlihat begitu sendu. “Mereka bilang Lili dan Liam anak yang hadir tanpa pengetahuan Om Adam dan sebenarnya tidak diinginkan.” Netra biru Adam berubah gelap mendengar hal tersebut. Pria itu mengepalkan tangan dan berujar, “Siapa yang mengatakan hal tersebut?!” Tidak menginginkan anak-anaknya? Apa orang-orang itu bercanda?! Adam rela melakukan apa saja agar bisa bersama Liam dan Lili! Dia bahkan sempat berpikiran untuk merampas kedua bocah tersebut dari tangan Evelyn dulu! Senyuman Lili mengembang ketika melihat amarah di wajah sang ayah. Gadis kecil itu turun dari kursi sembari menarik Liam menghampiri sosok Adam. “Papa …,” pa
Baca selengkapnya
Bab 90 Tenanglah, Evelyn!
Melihat pemandangan di hadapannya, Evelyn tak kuasa terkesiap. Lekukan otot tegas yang tidak dibalut sehelai benang terpampang jelas di depan mata. Diserasikan dengan bulir-bulir air yang masih menetes dari ujung rambut pria di dalam ruangan, penampilan pria tersebut pun membuat wanita itu yakin bahwa Adam baru saja selesai membersihkan diri. Dengan handuk di sekeliling pinggang, Adam terlihat sibuk mengeringkan rambut dengan handuk kecil di atas kepalanya. Suara terkesiap yang Adam dengar membuat pria yang membelakangi Evelyn itu dengan cepat berbalik. “Evelyn?” Kening pria itu berkerut. “Kenapa kamu yang membawa itu?” Dia langsung menghampiri wanita tersebut dan meraih nampan dari tangan Evelyn. “Di mana Aldi?” tanyanya. Tidak sedikit pun Adam sadari bahwa penampilan dirinya membuat Evelyn merasa sedikit gugup. Akan tetapi, wanita itu berusaha untuk terlihat santai. “A-Aldi bilang kamu hanya minum ketika merayakan sesuatu,” ujar Evelyn, sedikit bingung harus mendaratkan pandangan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
39
DMCA.com Protection Status