All Chapters of Kujual Suamiku di Status Facebook: Chapter 61 - Chapter 70
95 Chapters
Surat Gugatan Cerai
Pov Naya“Kamu kenapa diam saja, Mir?”“Gak papa, Mas.”“Apa masih berat meninggalkan Bumi?”“Kamu ngomong apa sih, Mas?” tanyaku sedikit marah.Marah pada diri sendiri. Ditambah rasa malu, karena Mas Hfidz bisa menelaah hatiku.Jiwa rasanya bergoyang. Mungkin ini termasuk cobaan dalam pernikahanku yang kedua. Suami baik, ekonomi lancar, tapi hati imbang. Antara belajar mencintai, tapi masih tertaut di masa lalu.“Mas paham, pernikahan ini rumit. Satu hal yang harus kamu tahu, Mas mantap menikahimu bukan hanya semata-mata karena wasiat, tapi memang niat Mas untuk beribadah, Mir.”Aku tersenyum manis pada suamiku. Memegang tangan. Selama satu bulan pernikahan, Mas Hfidz memang memperlakukanku layaknya seorang istri. Dia memberikan nafkah lahir maupun batin. Meskipun tidak bisa dipungkiri, hati kami mungkin masih terikat dengan pasangan masing-masing.“Bimbing aku jadi istri yang salehah, Mas.”“Bismillah, kita sama-sama belajar lebih baik. Mas tahu, seseorang di masa lalu kita memang ti
Read more
Benih Cinta
"Aku butuh waktu sendiri, Mas.""Dengarkan dulu penjelasan Mas, Mir.""Jangan halangi aku, Mas."Aku pergi begitu saja. Butuh waktu sendiri. Cukup kaget dengan sikap Mas Hafidz. Aku memang belum sepenuhnya mencintai dia. Namun, seharusnya dia tidak seenaknya. "Assalamu'alaikum, Ra, tunggu aku.""Waalaikumsalam, maksudnya apa?""Malam ini juga aku sampai di rumah kamu.""Hah, serius?""Iya.""Ada apaan, tumben banget lu kaya gini.""Nanti aku cerita."Entah setan apa yang merasuki, aku hanya ingin menjauh. Tak mau pulang ke rumah Mamah dan Bapak, takut mereka cemas dengan pernikahan ini. Lebih baik sejenak menenangkan diri di Jakarta.Selama perjalanan menggunakan bus, aku banyak merenung. Menyadari kesalahanku, belum sempurna menjadi istri. Sesekali Mas Bumi masih menganggu. Sehingga, kadang kami bertukar pesan. Namun, aku berani bersumpah, tidak ada niat mengakhiri pernikahan ini. Aku malu, jika harus gagal lagi. "Ah, masa Mas Hafidz tiba-tiba mau cerai sama lu? gua gak percaya di
Read more
Hamil?
"Bohong," ujarku ingin memastikan ucapan Mas Hafidz. "Kadang, kita tidak tahu kapan perasaan itu bisa datang. Yang pasti, Mas selalu mengamati kamu saat bersama Nayla, itu yang membuat rasa sayang ini jadi subur."“Hmmmm, entahlah, Mas. Bingung,” jawabku asal. Diriku sendiri tak tahu perasaan ini. "Mir, perasaan memang tak terlihat. Hanya bisa dirasakan hadirnya. Mari kita perbaiki rumah tangga kita.""Mas mau bercerai dariku bukan?""Itu dulu, Mir. Saat aku pikir kamu sangat mencintai Bumi. Namun, Mas mengubah pola pikir itu. Saat kita sudah menikah, maka apapun rintangannya harus dilewati. Mas tidak mau kandas begitu saja. Maka, Mas akan memperjuangkanmu, sampai kita benar-benar saling mencintai .""Hmmm. Aku juga tidak mau pernikahan ini hancur begitu saja, Mas. Malu. Ditambah lagi, aku tidak mau menyakiti Nayla.""Maka dari itu perbaiki semuanya. Kita pasti bisa."Aku mengangguk. Rumah tangga bukan arena permainan. Bisa bersatu seenak hati, lalu pisah begitu saja. Ada janji suci
Read more
Ela Mempermalukan Keluarga
POV Adam "Lepaskan!" "Penjarakan dia, Pak."Dewa berhasil aku giring ke dalam sel tahanan. Dasar pria brengsek. Bisa-bisanya dia melecehkan adikku. Kondisi ibu dan Ela sudah aman di rumah. Kerusuhan tadi, sungguh membuatku syok. Beruntung, aku bisa bergegas pulang. Segera menelpon polisi. "Pak, saya mau anak itu dipenjara. Dia sudah melecehkan adik saya, dan tidak mau bertanggung jawab.""Tenang, Pak. Laporan bapak akan kami proses. Kita tunggu dulu orang tua dari pihak saudara Dewa.""Baik, Pak. Saya akan menunggu."Aku sengaja tetap di sini, mau menemui orang tua Dewa yang terkenal sebagai bupati kota ini. Manusia macam apa orang tua Dewa, kenapa bisa melahirkan anak tidak bermoral seperti pria itu. Sebenarnya, ini juga salah Ela. Anak itu mau-maunya bertindak bodoh. Aku juga tak habis pikir kenapa ibu mengundang banyak warga sampai mengeroyok Dewa. Awalnya, aku sudah mengusulkan untuk kembali ke rumah Dewa. Beberapa hari lalu, kami sudah ke rumah orang tuanya, tetapi tidak dipe
Read more
Adam Kelimpungan
"Lakukan yang terbaik untuk adik saya, Dok.""Tidak ... Ela tidak boleh keguguran," ujar ibu menangis. "Tenanglah, Bu. Demi kebaikan Ela."Dokter menyuruhku melakukan administrasi. Aku tarik Dewa, menyuruh dia membayar semuanya. Anak itu tidak banyak bicara, hanya mengeluarkan kartu ATM. Setelah pembayaran selesai, kami menunggu proses pembersihan janin yang gugur. "Apa yang kamu lakukan sama anak saya, hah?" tanya ibu mendekati Dewa. Amarah bagai kobaran api yang siap membakar. Sebagai seorang ibu, pasti sangat sedih dengan kondisi anaknya. Perih, melebihi belati yang menyayat kulit sendiri."Jawab, jangan diam saja!" sentak ibu emosi."Hei, jawab. Apa yang kamu lakukan pada adikku, hah?""Maaf, Bu, Mas, saya tidak melakukan apapun. Tadi, kami ke rumah orang tua saya untuk membicarakan soal pernikahan, saat jalan pulang, tiba-tiba perut Ela sakit dan mengeluarkan darah.""Halah, ini hanya akal-akalan kalian saja. Pasti kamu sekongkol dengan orang tuamu, untuk memberikan obat yang b
Read more
Ibu Adam Meninggal
"Innalilahi wa Inna ilaihi rojiun. Tenang, Dam. Ibu sudah tidak merasakan sakit lagi," ujar Bumi menepuk pundakku. "Arrgh, tidak!" teriakku menghempas pegangan Bumi. Terduduk di lantai, sampai wajah mencium keramik. Rasa dingin terasa menusuk. Mendadak suasana bagaikan hujan badai. "Arrggh!"Cobaan macam apa ini? dunia sangat tidak adil. Kebahagiaanku dilibas habis. Tidak ada yang tersisa. Hidupku luluh lantah. Hanya putri kecilku yang memberi kekuatan agar jantung ini masih mau memompa darah. *****"Kami turut berduka cita cita, Dam," ujar beberapa tetangga yang datang ke pemakaman ibuku. "Dam, kuatlah. Ada anak yang harus kamu rawat.""Terima kasih, Bumi. Uangmu pasti aku kembalikan. Beri aku waktu.""Tenanglah, jangan pikirkan soal itu. Fokus saja menjaga anak dan adikmu."Aku diam. Menunduk sambil memegang erat batu nisan. Gundukan tanah merah seperti mimpi. Namun, kenyataan tak bisa dielakkan. Semudah itu semesta mengambil orang yang aku cinta. Tanpa aba-aba. Semua berubah ke
Read more
Mengusik Mira
Hampir tujuh jam perjalanan, akhirnya aku sampai di Bumiayu, Brebes, Jawa tengah. Tempat kelahiran Mira. Perempuan yang aku cintai. Tanpa dirinya, hidupku hancur berantakan. Mungkin, jika bersamanya, aku bisa kembali bahagia. "Pak punya informasi kosan terdekat?" tanyaku pada tukang ojek. "Banyak, Mas. Mau saya anter?""Kalau bisa di desa yang gak jauh dari kaligua yah, Pak. Biar dekat sama saudara.""Siap, Mas."Akhirnya aku naik ojek sampai desa Mira. Tak ada angkutan ke sana, hanya mobil losbak. Jadi, aku memilih naik ojek saja. Di sana, aku akan mengawasi Mira dari jauh. Ketika ada kesempatan, barulah mendekatinya lagi. Aku sudah menemukan kontrakan yang cukup nyaman dan murah. Bermodalkan uang pemberian Kinan. Aku akan bekerja di perkebunan teh milik pemerintah yang ada di sini. Tidak di pabrik keluarga Mira. Bahaya kalau ketahuan. Beruntung dulu aku pernah lama tinggal di sini setelah menikah dengan Mira, jadi sedikit paham daerah sini. ****"Nay, jangan jauh-jauh mainnya,"
Read more
Adam Bertingkah
Pov Mira"Mir, de-""Pergi, Mas. Kamu dikasih hati malah minta empedu. Sana jangan usik hidup aku.""Aku sangat mencintai kamu, Mir. Kita harus rujuk, supaya bisa hidup bahagia""Edan, sana pergi!" teriakku menutup pintu."Mir, buka pintunya!"Mas Adam terus menggedor pintu. Sengaja aku abaikan. Sesuai prediksi, dia memang punya maksud tidak baik. Ya ampun, bisa-bisanya dia kembali mengusik hidupku. Hidupnya berantakan malah bertingkah. Seharusnya sadar diri dan bertaubat, bukan makin menjadi. "Halo, Ra, sibuk gak?""Tumben telepon, kenapa, Mir?""Lagi gabut aja. Ini Ra, Mas Adam ganggu aku lagi. Aduh, dari tadi dia gak pergi-pergi. Jadi takut sendiri.""Ya ampun, itu manusia kenapa ada lagi. Heran.""Aku harus gimana yah, Ra? udah diusir tetep aja gak peka.""Elah, lu malah nanya. Telepon suami lu. Biar diusir.""Udah, Ra. Tapi gak diangkat. Kayanya Mas Hafidz lagi sibuk soalnya dia bilang mau ketemu rekan bisnis dari Jakarta.""Aduh, ya, udah, gua minta bantuan Heri.""Pengacara it
Read more
Firasat Buruk
"Sudah, jangan dipikirin, Sayang."Sesampainya di rumah, aku lebih banyak merenung. Isi kepala terus beradu dengan hati. Bukan terlalu cemas memiirkan takdir, hanya saja perasaan tak bisa dikondisikan. Ada yang mengganjal, dan menyiratkan firasat buruk."Mas, aku takut Mas Adam nekat. Kita tidak punya musuh, kalau bukan Mas Adam lalu siapa?""Apa bisa jadi Bumi pelakunya?"Aku menggeleng kuat. Paham karakter Bumi Kisah kami memang rumit, tetapi isi pikirannya tak mungkin sejahat itu. Dia tak akan tega membuatku hampir jantungan karena teror."Jangan sembaranga nuduh, Mas. Aku paham siapa Bumi.""Maaf, Sayang. Mas gak maksud gimana-gimana.""Aku tahu Mas masih menyimpan kekesalan sama Bumi, tetapi jangan bicara sembarangan. Dia pria baik.""Iya maaf."Mas Hafidz berlalu ke belakang. Apa dia cemburu karena aku membela Bumi? tidak maksud begitu, hanya saja isi hatiku tidak terima."Mas maaf, aku gak maksud buat kamu cemburu.""Gak papa, Sayang. Kita fokus saja untuk lebih berhati-hati."
Read more
Diculik
Pov Hafidz"Ya Allah, Hafdiz, kenapa Mira bisa dicetak kaya gini?" tanya ibu mertuaku sangat panik.Kejadiannya sangat tidak terduga. Aku pikir saat Mira membalas pesan, kondisinya baik-baik saja. Tiba-tiba satpam memberi kabar kalau istriku hilang. Pak satpam dibius sampai pingsan."Tenang Bu, kita sudah usaha lapor polisi, semoga ada titik terang."Bapak usap halus pundak istrinya. Aku merasa bersalah. Seharusnya lebih waspada. Kenapa lebih memilih pekerjaan? kalau sampai Mira kenapa-kenapa, aku tidak akan memaafkan diri sendiri. "Maafkan Hafidz, Pak, Bu.""Sudah Nak, ini bukan salah kamu. Kita harus fokus cari Mira.""Cari di mana, Pak? siapa pelakunya?""Hafidz menduga pelakunya Adam, Pak. Dia yang sudah meneror Mira.""Coba kamu pergi ke jakarta, Hafidz. Bisa jadi Mira diajak ke sana.""Betul Bu. Hafidz memang mau ke jakarta. Hafidz dan Tiara sudah berencana untuk melacak keberadaannya Di Jakarta."Pukul sepuluh malam, aku berangkat menyetir mobil sendirian. Terlalu kacau berkal
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status