All Chapters of Status WA Suamiku yang Disembunyikan: Chapter 61 - Chapter 70
84 Chapters
Keputusan
"Enggak mungkin. Papi pasti cuma nakut-nakutin aku, kan?""Enggak, Ren. Papi serius. Papi mengatakan ini, agar kamu tahu dan enggak menuntut Sisil yang macam-macam.""Enggak lucu, Pi." Mas Reno masih berusaha menyangkal. Namun, aku yakin, sebenarnya Mas Reno mempercayai apa yang Papi katakan."Sekarang kamu sudah tahu, Ren. Kehidupan kalian sekarang enggak sama lagi dengan yang dulu. Sekarang yang paling penting kesehatan kalian semua. Kamu harus berjuang untuk sembuh, biar bisa bertanggung jawab dengan apa yang menimpa Sisil dan Cilla."Mas Reno tak berkata apa-apa lagi. Tatapannya lurus ke depan. Namun, tak ada binar di kedua bola matanya. Aku seperti sedang melihat diriku beberapa waktu lalu. Saat vonis mengerikan tak bisa lagi aku sangkal.Bahkan keberadaan Cilla di pangkuan Mas Reno, seperti tidak ia indahkan. Akhirnya kuputuskan untuk mengambil Cilla kembali."Tolong, biarkan aku sendiri," lirih Mas Reno tepat saat aku mengambil Cilla.Aku, Mami, dan Papi beradu pandang. Tanpa a
Read more
Bertahanlah
Mataku menatap Cilla yang tertidur pulas, tetapi pikiranku terus memikirkan kata-kata Mas Reno tadi."Tolong hormati keputusanku, Sil!""Tapi Mas, kondisi kamu bisa drop lagi kalau enggak minum ARV."Mas Reno tidak merespon."Mas ....""Aku ... enggak sanggup, Sil, kalau sampai suatu saat nanti ... harus liat kamu atau Cilla ... dalam kondisi seperti aku sekarang ini.""Maksud kamu?" Dadaku berdegup kencang menebak jalan pikiran Mas Reno."Mas, kamu enggak berpikir untuk ...."Mas Reno mengangguk. "Tolong, hargai keputusanku."Aku hanya bisa menatap Mas Reno tidak percaya. Sungguh, aku tidak pernah menyangka kalau Mas Reno akan mengambil jalan seperti itu. Namun, meski tidak rela, aku tidak bisa memaksanya. Aku paham seperti apa perasaan Mas Reno saat ini. Terlebih jika suatu saat, kondisiku atau Cilla akhirnya drop seperti Mas Reno sekarang ini."Sil, aku bicara seperti ini, aku enggak bermaksud mentalakmu."Kedua bola mataku langsung melebar mendengar perkataan Mas Reno."Mas!""Den
Read more
Bertemu Kembali
Sudah tiga hari Cilla berada di ruang PICU, tetapi belum ada tanda-tanda kondisinya membaik. Saat ini bahkan putri yang delapan tahun pernikahan aku nantikan kehadirannya, sedang dalam keadaan koma. Bayi berusia empat bulan itu tertidur tanpa bisa aku bangunkan. Dan saat ini aku hanya bisa duduk di samping tempat tidurnya sembari menatap monitor yang menunjukkan kondisi organ vitalnya."Sil!"Aku menoleh saat tiba-tiba terdengar suara yang sudah sangat aku hafal memanggilku bersamaan dengan sentuhan lembut di bahuku."Iya, Dok?" Aku menyahut tanpa semangat. Karena inginku hanya satu, Cilla bisa kembali pulang dengan kondisi baik-baik saja.Dokter Rahardian tersenyum hangat. "Kamu belum makan siang, kan?"Aku menoleh ke arah bayi malangku kemudian menggeleng. "Aku enggak lapar," ucapku lemah."Kamu pikir, kalau kamu enggak makan, Cilla akan langsung sembuh?"Selalu kalimat itu yang jadi andalan dokter dengan kesabaran setebal buku-buku yang ada di rak ruangannya. Dan apapun alasan yang
Read more
Subuh yang Hening
"Kenapa jadi badmood gitu?" tanya Dokter Rahardian sembari menatapku. Mungkin dia sekarang sedang berpikir kalau ada sesuatu antara diriku dan Bulan. Karena beberapa menit yang lalu aku terlihat begitu bersemangat.Aku menggeleng. Buku menu yang tadi begitu semangat aku buka pun kini tertutup di depanku. Bahkan aku mendorongnya ke arah Dokter Rahardian.Dokter Rahardian menoleh sekilas ke arah kasir rumah makan itu. Mungkin dia sedang melihat Bulan di sana. Kemudian dia kembali menatapku, lembut dan hangat. Seolah-olah ingin mengatakan, "Tenang saja, ada aku di sini."Ditatap seperti itu, justru aku ingin menangis. Bertemu kembali dengan Bulan seperti membuka luka lama. Luka yang mati-matian aku balut meski masih terus berdarah-darah. Luka yang aku tidak pernah tahu kapan sembuhnya."Hei, are you okay?" Mendengar pertanyaan itu membuat pertahananku jebol. Buliran bening satu per satu terjatuh dari pelupuk mata tanpa bisa aku cegah lagi. Aku tersedu-sedu. Sakitnya dikhianati, penyesal
Read more
Arti Permintaan Maaf
Di bawah gumpalan awan yang menggelayut di langit, aku Sisilia, seseorang yang mungkin diciptakan Tuhan dengan punggung yang kuat, harus menyaksikan pemakaman untuk kedua kalinya. Yang pertama pemakaman laki-laki yang menjadi cinta pertamaku, Ayah. Dan sekarang bayi mungil yang menjadi buah hati dan belahan jiwaku, Cilla.Jika ada yang ingin melihat kehancuran yang sehancur-hancurnya, di sini tempatnya. Akulah kehancuran itu. Jika kehancuranku bisa dilihat dengan mata, mungkin sekarang diriku berupa serpihan-serpihan tubuh yang meledak oleh bom berkekuatan dahsyat.Lihat saja, aku harus kehilangan cinta pertama saat usiaku masih belia. Lalu ibuku memilih pria baru, pria yang hampir saja menjamahku. Dan lucunya ibu lebih memilih meninggalkanku tanpa siapapun di sisi. Lalu, di saat aku berpikir akhirnya bertemu sosok yang bisa melindungi dan menyuguhkan secangkir kebahagiaan, yang kudapat justru pengkhianatan dan kehancuran yang sehancur-hancurnya.Tuhan, kehidupan seperti apa yang tela
Read more
Cerita Fani
Kuurai pelukan Fani. Lalu menatapnya dengan serius. "Fan, tolong jujur sama aku."Mata Fani langsung berkaca-kaca."Sejak kita ketemu lagi, kenapa kamu selalu minta maaf sama aku? Selalu. Enggak sehari pun kamu melewatkan itu. Tolong jelasin, Fan!" Kupegang kedua lengan Fani agar dia yakin memberitahu semuanya kepadaku.Fani menatapku ragu-ragu. "Jangan sekarang, Sil.""Kenapa?" Aku menatapnya dengan kecewa."Kamu masih berduka. Aku enggak mau nambah beban pikiran kamu." Fani menunduk."Fan, lihat aku! Aku baik-baik aja, Fan. Aku udah melewati fase tersakit dalam hidupku. Sekarang, apapun masalahnya, enggak ada apa-apanya buatku." Aku terus meyakinkan Fani agar mau bicara denganku."Tapi, Sil ...." Fani menatapku dengan iba. Ia mungkin takut melukaiku."Please, Fan. Aku enggak mau sampai enggak bisa tidur gara-gara kamu bikin aku penasaran. Aku yakin ini bukan hal sepele sampai kamu setiap hari minta maaf sama aku." Aku menatap Fani penuh keyakinan. Aku sampai menggerak-gerakkan lenga
Read more
Alasan Menyendiri
"Tahu dari Bulan?" Aku tidak mengerti maksud Fani.Fani mengangguk. "Waktu itu kami ketemu di rumah sakit.""Terus?" Aku semakin penasaran sampai sedikit mencondongkan tubuhku ke depan."Awalnya aku cuma tanya kabar aja karena kami ketemu di rumah sakit. Takutnya ada keluarganya yang sakit, kan? Terus dia cerita kalau sekarang dia harus rutin berobat, tiap bulan katanya. Dan bilang kalau dia positif HIV," jelas Fani panjang lebar."Jadi kamu langsung nebak kalau Mas Reno juga positif?" "Awalnya gitu, tapi aku enggak sampai hati buat tanya itu sama dia. Tapi, di luar dugaan, Bulan malah yang cerita kalau Reno positif juga."Aku mengernyit. "Dari mana Bulan tahu kalau Mas Reno positif? Dulu kamu pernah cek, loh. Dan hasilnya negatif."Fani tampak ragu-ragu. "Ehm, Bulan bilang, Reno sendiri yang cerita ke dia."Aku masih tidak mengerti. "Mas Reno? Cerita sama Bulan? Kapan?" Sementara Mas Reno sekian lama koma di rumah sakit. Menjalani perawatan dan pemulihan juga di rumah sakit tanpa m
Read more
Empati
Amarahku serasa mendidih sampai ubun-ubun saat kubaca percakapan mereka. Memang tidak ada ungkapan cinta atau kalimat mesra, tetapi komunikasi mereka ternyata seintens itu tanpa aku ketahui.Selama ini aku pontang-panting mengurus Mas Reno dan Cilla dalam kondisi tubuh yang sebenarnya tidak baik-baik saja, tetapi yang Mas Reno lakukan di belakangku sungguh tidak berperasaan. Dia tahu aku tidak suka dengan Bulan, dia tahu aku selalu cemburu dengan Bulan, tetapi dia masih saja berkomunikasi dengan perempuan jahanam itu."Waow." Rasa-rasanya aku sampai tidak bisa berkata-kata. Hanya kata waow yang terus menerus keluar dari bibirku. Dan aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Mas Reno. Ataukah sebenarnya dia ingin berpisah denganku, itu sebabnya dia pernah bilang kalau tak ingin menahanku jika aku ingin meninggalkannya?Tuhan, hidupku bahkan sudah secarut-marut ini, tetapi Mas Reno masih menambah dengan kisah roman picisannya yang ternyata belum berakhir. Inikah yang disebut sekali s
Read more
Segan
"Ren, sudah, sudah!" lerai Mami. "Kalian ini masih dalam suasana berduka. Jangan bertengkar seperti ini! Kasian Cilla. Dia butuh kiriman doa dari kalian, bukan pertengkaran seperti ini!""Tapi apa mereka pantas berpelukan seperti itu, Mi? Di rumah ini! Di depan Mami sama Papi!" Mas Reno tidak mau kalah."Kamu yang sudah keterlaluan, Ren. Kamu!" tunjuk Mami pada putranya sendiri. "Mi," protes Mas Reno tanpa berani meninggikan suaranya pada Mami."Mata kamu sudah benar-benar buta, Ren. Berbulan-bulan Sisil pontang-panting ngurusin kamu yang koma, ngurusin Mami yang struk, juga Cilla tanpa bantuan kamu sama sekali. Kondisinya juga enggak sehat, Ren. Sisil juga sakit. Kamu pikir siapa yang udah bikin Sisil sakit? Kamu enggak nyadar? Tapi yang kamu lakukan, Ren?" Mami menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mami benar-benar kecewa sama kamu.""Tapi, Mi ....""Sudah! Mami enggak mau berdebat. Blokir nomor Bulan sekarang!" titah Mami dengan tegas.Mas Reno menatap Mami seolah-olah ingin protes. Na
Read more
Meyakinkan Diri
Beberapa hari setelah peristiwa itu, aku terus memikirkan bagaimana pernikahanku dan Mas Reno selanjutnya. Mami berkali-kali berusaha menenangkanku dengan mengatakan kalau nomor Bulan sudah diblokir oleh Mas Reno. Meski hubunganku dengan Mas Reno belum membaik.Aku masih enggan untuk bertemu Mas Reno, dan Mas Reno juga tidak pernah berusaha menemuiku. Apalagi meminta maaf. Laki-laki itu masih asyik mengurung diri di kamar. Dan entah mengapa aku terus berpikir kalau dia masih menghubungi Bulan."Mau kemana, Sil?" tanya Mami saat memasuki kamarku dan aku sedang bermake up di depan cermin."Sisil mau keluar sebentar, Mi," jawabku. Tak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya kalau ingin menemui Bulan. Itu sebabnya aku sedikit bermake-up agar wanita yang telah menghancurkan hidupku itu tidak merasa menang melihat hidupku benar-benar hancur lebur."Oh." Mami mendekatiku dan tersenyum menatap pantulan wajahku di cermin. Mungkin Mami suka aku berhias diri seperti ini. Wajahku tampak sedikit se
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status