All Chapters of Tamu Di Rumah: Chapter 21 - Chapter 30
175 Chapters
Warung Malam Sabtu
Sudah genap satu bulan Reva meninggalkan pekerjaan kantornya, dan kembali ke kampung halaman. Reva kini tengah berdiam diri, di depan teras rumahnya. Sekarang dia tidak membantu ibunya di warung, dia bangun pagi-pagi, membereskan rumah dan sekarang duduk di teras dengan tatapan kosong menatap ke arah depan.Entah apa yang di pikirkan Reva, kita sangat sulit untuk menebaknya. Hingga Reva teringat sesuatu, dia lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar, mengambil ponselnya dan duduk di ujung kasur.“Ahh kenapa aku bisa mengingatnya!” ujar Reva, ketika dia justru membuka romchat dia dengan Roy saat masih bekerja di kantor Reva melemparkan ponselnya di atas kasur, dia lalu merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya yang bertaburan dengan bintang-bintang.“Selama aku di kota, aku tidak pernah memikirkan dia, lalu kenapa sekarang justru aku benar kepikiran dengannya?!” kesal Reva, sambil mengacak rambutnya dengan kasar.Ya, memang Reva sering sekali teringat kepada Roy y
Read more
Sibuk di Warung
Setelah selesai sholat magrib, Reva kembali ke warung dan melihat Mega sudah berada duduk di depan warung. Reva ikut menarik kursi, dan duduk di depan Mega...“Kau tida sholat?” tanya Reva, yang sejak sore Mega berada di warung.Mega menggelengkan kepalanya. “Tidak,aku halangan,” Jawanya membuat Reva menganggukkan kepalanya dengan paham.Reva memainkan ponselnya, begitu juga dengan Mega yang sibuk dengan dunia mereka masing-masing.“Mbak,” panggil Mega, mengalihkan pandangan Reva. Mega menaruh ponselnya, ketika Reva menatap dirinya dengan heran. “Gimana sih rasanya kuliah di kota?” tanya Mega, membuat Reva menganggukkan kepalanya.“Kuliah di kota itu, sebenarnya menyenangkan. Namun kau juga harus pandai-pandai beradaptasi disana,” ujar Reva menjelaskan kepada Mega.Mega mengangguk. “Lalu apakah disana orang-orangnya itu sombong-sombong? Katanya anak kota itu rata-rata seperti itu.”Reva berdecak pelan, walau memang dia duku memiliki teman kuliah yang seperti Mega katakan tadi. Selain
Read more
Reva Terkejut
Satu bulan kemudian...Reva kini menatap warungnya yang lebih luas, dan banyak fasilitas tambahan yang terdapat pada warungnya.Rasa senang sungguh terasa pada benaknya, dia menghembuskan nafasnya dengan lega.Akhirnya impian dirinya untuk membuat warung lebih besar, kini bisa terwujudkan walau masih belum terlalu sempurna tetapi ini sudah merupakan sebuah keberhasilan.Ibu Reva mendekat, dan merangkuk Reva dari samping. “Terima kasih ya, Reva. Impian kita bisa kamu wujudkan begitu saja,” ujar Ibu dengan penuh bangga mengelus pundak Reva.Reva memeluk pinggang ibunya, sekaligus tersenyum dengan bangga. “Iya Bu, sama-sama. Aku juga senang akhirnya aku bisa mewujudkan impian ibu. Walau ini belum seberapa, nanti aku akan merubah lebih bagus lagi.”Ibu menatap Reva dengan dalam, sungguh dia senang melihat Reva yang gemar membantu dirinya diwarung tapa ada Mengeluh. Dan kini dia mewujudkan impian seorang ibu, sungguh terharu dalam hati Ibu Reva.“Reva, ini saja bagi ibu sudah sangat cukup
Read more
Bertemu Bos Lama
“Lah kau ngapain bawa buku? Katanya mau bikin tugas di rumah,” ujar Reva melirik buku yang berada di atas meja.Mega mendengus kesal. “Di rumah sepi sekali, aku menjadi malas untuk mengerjakan apapun,” jawab Mega.“Yaudah jangan dikerjain gak apa!"Mega mengepalkan tanganya diudara dengan kesal, sementara Reva hanya acuh tak acuh akan adiknya.Obrolan kembali hening, mereka sibuk menyelesaikan tugasnya masing-masing.Reva bermain handphone, dan Mega yang membuat tugas sekolah.“Mbak, aku kan beberapa bulan lagi lulus. Saat aku kuliah di kota, kakak ikut, ya?”Reva dengan cepat menatap Mega dengan tatapan tajam, sementara Mega hanya nenstao Reva dengan santai.“Ikut denganmu?”, Mega menganggukan kepalanya, “Ibu, sama siapa di rumah? Kau tega meninggalkan Ibu sendiri di sini?Mega berdecak kesal, memang ada benarnya juga. Ibunya akan sendirian dan pasti kesepian, jika dirinya mengajak Reva untuk tinggal di kota.“Iya sih, tapi aku belum berani tinggal disana sendirian,” jawab Mega membu
Read more
Ketegangan
Melihat Reva yang mematung, Roy pun berkali-kali memanggil nama Reva. Namun sama sekali tidak ada respon apapun.“Rev, saya mau pesan makanan ini,” ujar Roy entah keberapa kalinya.Sementara Reva hanya menatap wajah Roy, dari awal dia sudah curiga ketika mendengar suaranya. Dan ternyata memang benar, itu adalah seorang Roy. Mantan bosnya dahulu. “Ngapain kamu ke sini?!” teriak Ibu Reva, membuat mereka berdua mengalihkan pandangannya.Terlihat Ibu Reva menatap Roy dari samping dengan tajam, seolah tak terima jika kehadiran dirinya di sana.Ibunya pun mendekati Reva, menarik tangannya agar berdiri di belakang Reva. Sementara Reva yang masih kaget, hanya bisa diam mengikuti perintah sang ibu.“Gak bisa jawab? Kenapa kamu kemari? Mau cari Reva lagi?!” teriak Ibunya, membuat Roy mengerutkan keningnya. Beruntung tidak ada pelanggan yang terlalu banyak.“Maaf Bu, sebelumnya, saya kemari untuk memesan makanan. Saya sudah sangat lapar hari ini,” jawab Roy masih bersikap sopan kepada Ibunya
Read more
Mengusir Roy
“Tidak usah menceramahi saya! Saya lebih dewasa daripada kamu, kamu tidak tahu apa-apa. Saya sudah menjadi orang tua, pikiran saya lebih luas dari anda!” Ibunya masih bersikeras berusaha membela diri, walau Roy mecoba berkali-kali untuk menjebaknya.“Bu udah, Bu!" Reva memegang tangan ibunya, namun ibunya dengan cepat menepis tangan Reva dengan kasar.“Pikiran anda memang dewasa Bu, tapi sikap anda seperti anak-anak.” Roy sedikit terkekeh. Ibu Reva mengepalkan tanganya dengan keras, dan mata menatap nyalang Roy. “Mending kamu pergi dari sini!” teriak Ibunya, sambil menunjuk pintu keluar dari warung tersebut.Reva dan Roy pun tercengang, tentang apa yang dilakukan oleh Ibunya.“Bu, jangan kelewatan!” tungkas Reva, namun ibunya tetap tak memperdulikan. Dia justru masih menatap wajah Roy dengan tajam. “Pergi kamu dari warung saya! Sebelum saya paksa kamu pergi dari sini!” kata Ibunya lagi, menatap nyalang Roy.Roy lantas berdiri, dan menatap Ibu Reva. “Saya datang kemari baik-baik, tap
Read more
Tak Setuju
Ibu, Reva, dan Mega menatap Roy dengan tajam. Seolah meminta penjelasan tentang apa yang akan dikatakan olehnya. “Kau ingin berbicara apa dengan anakku? Jangan macam-macam!” ujar Ibu Reva membuat Roy menghembuskan nafasnya dengan kesal.“Baiklah kalau kalian tak percaya, kita ngobrol bareng saja sebentar. Tidak akan menyita waktu yang banyak,” ujar Roy menatap mereka secara bergilir. Ibunya nampak menimbang, lalu dia menganggukkan kepalanya. “Baik, tapi hanya sebentar.”Mereka pun duduk di kursi makan, mereka saling tatap sebentar saja. Roy menghembuskan nafasnya, menautkan kedua tangannya dia atas meja. Sesekali dia melirik ke arah Reva, yang ternyata tengah menatap kearah dirinya.“Baik, saya mulai saja ya.” Roy menghembuskan nafasnya.“Saya ingin melamar Reva untuk menjadi pendamping hidup,” ujar Roy berhasil membuat mereka semua melebarkan matanya kaget mendengar ucapan Roy.Brakk!Ibu Reva mengeprak mja dengan keras, membuat Reva terkejut bahkan Roy langsung diam mendundukan k
Read more
Memaksakan
Diam-diam Mega menatap Reva dam Roy yang tengah saling tatap, Mega menganggukan kepalanya dengan pelan dia mengerti dengan kondisi saat ini.“Gimana jika Mbak Reva ternyata menyukai mas Roy, Bu? Apakah ibu akan merestui mereka?”Mendengar ucapan Meg, membuat Ibunya dengan cepat menatap Reva dengan tajam.“Apakah kau menyukai dia? Ah Reva apakah kau sudah buta! Apa yang kau suka dari laki seperti nya!” croscos ibunya begitu saja di hadapan Roy.Brak!Ibunya mengeprak meja dengan keras, sembari berdiri dia menatap Roy dengan sinis.“Waktu saya terbuang banyak dengan sia-sia, sekarang kau bisa pergi tidak akan ada yang bisa merestui hubungan kalian di sini!” ibu Reva menunjuk pintu keluar, namun Roy tak akan mau keluar sebelum mendapatkan apa yang dia mau.“Bu, saya mohon, saya benar mencintai Reva dari dalam hati. Saya tidak mungkin menyakiti hati Reva!” Roy masih berusaha untuk menyakinkan ibunya Reva, namun Ibunya Reva tetap pada pendiriannya. “Bu, apakah benar tidak ada kesempatan?
Read more
Hancur
Roy pun pergi dari warung Reva dengan perasaan yang sangat hancur, dia akan pulang ke kota dengan tangan kosong. Hancur sudah harapan dirinya bisa hidup bersama dengan Reva.Reva menatap sendu kepergian Roy, sementara Ibunya terkekeh pelan melihat Roy yang semakin lama kian menjauh dari warung.“Membuang waktu saja, berbicara sama anak muda memang sangat susah,” ujar Ibunya namun membuat Reva langsung menatap Ibu dengan tajamnya.“Bu! Kenapa ibu menolak lamaran Roy?"Ibu dan Mega langsung kaget, ketika Reva membentak ibunya dan lebih nya lagi Reva benar menatap Ibu dengan tajam.“Kenapa? Kamu suka sama pria kayak dia?” balas ibunya yang tak kalah tegas juga, dia menggelengkan kepalanya kepada Reva. “Dia itu sama seperti pria di luar sana, Reva!”Reva menggelengkan kepalanya, tidak terima atas perkataan yang di lontarkan oleh ibunya. “Tidak! Dia itu baik, ibu saja yang belum terlalu mengenal dia dan sudah menatap dia sebelah mata.” Hancur sudah perasaan Reva, dia benar tidak bisa menah
Read more
Pusing
Mega menatap ke arah Ibunya. “Bu, apakah mbak tadi sudah keluar kamar? Dia belum makan sejak tadi sore,” kata Mega, sembari mendekati Ibunya yang tengah melipat pakaian.“Nanti juga kalau lapar dia bakal keluar dari kamar, sudahlah jangan terlalu di pikirkan!” jawab ibunya dengan santai.Mega menggelengkan kepalanya, melihat ibunya yang seperti itu. “Coba aja tadi ibu tidak berkata seperti itu, mungkin Mbak tidak akan seperti ini.” Ibunya tida merespon perkataan Mega, justru dia tetap melanjutkan pekerjaannya melipat baju. Mega mendesah kesal, ketika dia juga diacuhkan oleh sang ibu.Mega pun lantas pergi dari hadapan sang ibu, ibu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Mega.“Aku sudah tidak ingin membicarakan hal itu lagi, itu sudah membuatku pusing,” gumam Ibu.Lain halnya dengan Mega, yang baru saja sampai di kamar langsung mengambil ponselnya, dan mengirimi Reva pesan berharap jika Reva akan membalas pesannya tersebut.Mega menunggu terlalu lama, namun masih tidak ada jawaban
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status