Semua Bab Tamu Di Rumah: Bab 11 - Bab 20
175 Bab
Curiga
Bi Ira terlihat sedih mendengar cerita Reva. Tetapi meskipun demikian bisa jadi akan merubah nasibnya. Tetapi dia juga tidak bisa memastikan. Bi Ira dan Reva hanya terus menghabiskan makan siang masing-masing. Setelah selesai bersiap, Reva hanya menunggu Roy yang katanya akan mengantar ke pengadilan agama. Beberapa saat kemudian Roy pun tiba."Kamu sudah siap?" tanya Roy."Tapi saya bisa berangkat sendiri, Pak," sahut Roy."Saya sedang tidak menawarkan. Ini perintah," ucap Roy. Reva hanya menurut. Dia keluar rumah dan melihat mobil mewah yang tadi sudah ada di depan matanya kembali. Reva kemudian masuk disusul Roy. Reva merasa tegang karena wajah Roy cukup tegas dan tak ada senyum tercetak di wajahnya. Dia hanya menatap keluar Jendela agar mengusir kecanggungan.Sesampainya di pengadilan agama, Reva disambut oleh seseorang yang belum dia kenal sebelumnya. ''Selamat siang dengan Bu Reva, saya Marko pengacara yang akan mendampingi Bu Reva untuk proses perceraian,'' ucap Laki-laki ber
Baca selengkapnya
Perintah Roy
"Iya, Bu. Dengan senang hati saya membantu. Saya siapkan kamar untuk Bu Reva, ya?" sahut Linda."Lin, anggap kita teman, ya? Jangan panggil aku Bu lah! Panggil saja Reva biar enak," pinta Reva.Linda pun tersenyum. "Baiklah kalau begitu, Reva.""Nah, begitu kan lebih baik," sahut Reva.Reva kemudian istirahat sementara di rumah Linda yang lumayan nyaman untuknya. Meskipun tak sebesar rumah nya sendiri, tetapi rumah Linda cukup membuatnya pergi meninggalkan pikiran tentang Pak Roy.Keesokan harinya, Reva ke kantor. Kakinya terpaksa tak mengenakan sepatu karena masih terluka. Sehingga dia mengenakan sandal. Tiba-tiba saat di ruangannya sudah ada sebuah surat.[Datang ke ruangan saya sekarang! Roy]Pesan singkat itu membuat Reva bingung. Dia juga takut jika tidak melakukan perintah Pak Roy. Namun, apa yang akan dikatakan kepada Pak Roy jika dirinya telah kabur dari rumah singgah itu.Reva pun ke lantai dimana ruangan CEO ada. Dia menuju ke ruangan itu dan mengetuk pintu.Tok tok tok.Ta
Baca selengkapnya
Kabur
Sesampainya di rumah singgah Pak Roy, Bi Ira menyambut kedatangan Reva."Bu Reva, saya khawatir. Kemarin kok tidak pulang?" tanya Bi Ira. Setelah menutup pintu, Reva pun bercerita kalau sebenarnya dia takut dengan Pak Roy. Karena belum banyak mengenal Pak Roy tetapi Pak Roy banyak ikut campur urusan pribadi nya. Termasuk dengan perceraian. Bi Ira kemudian tersenyum simpul. "Bu Reva, tidak perlu khawatir! Pak Roy tak akan mencelakai Bu Reva. Yakinlah dengan saya. Saya bisa menjamin. Memang Pak Roy memiliki cara yang mungkin tak dipahami oleh orang lain. Jadi Bu Reva ikuti saja selagi itu tak membahayakan. Tetapi tak mungkin bahaya juga karena Bu Reva akan didampingi anak buah Pak Roy," jelasnya. "Saya diikuti? Untuk apa?" tanya Reva penasaran."Yah, untuk menjaga Bu Reva," jawab Bi Ira kemudian bangkit ke belakang.Reva masih melongo mendengar jawaban Bi Ira. Dia masih merasa takut juga. Entah apa yang akan terjadi besok harinya. Belum lah besok, hari ini juga masih bingung karena
Baca selengkapnya
Resmi Bercerai
Sidang hanya berlangsung satu kali. Dan saat itu juga diputuskan jika Reva dan Tio resmi bercerai.Terlihat wajah yang haru dari Tio. Penyesalan sudah tak ada guna lagi. Sekarang di depan mata. Keputusannya adalah menjual rumah yang sudah dibangun mereka berdua dan hasilnya dibagi dua. Meskipun terdapat pertentangan tetapi itulah yang menjadi Keputusannya. Mau tidak mau Tio harus menerima hasil yang sudah diputuskan. Setelah sidang selesai, Tio menghampiri Reva. "Rev, aku minta maaf. Kalau selama ini menjadi suami yang tidak baik untuk kamu. Tetapi aku mohon untuk sementara kamu perbolehkan aku tidur di rumah. Jika nanti sudah ada yang membeli barulah aku akan pergi meninggalkan rumah itu. Barang-barang kamu juga masih ada di sana, kan?" "Ya, semoga kamu bisa lebih bijak lagi sebagai suami. Karena kamu juga masih berstatus suami orang. Jadi seharusnya kamu bisa mengambil Pelajaran! Iya, silakan! Nanti aku akan pasang pengumuman jika rumah kita akan dijual," sahut Reva kemudian meni
Baca selengkapnya
Mila tak tahu Malu
"Hey, diam kamu! Kamu perempuan juga masa membiarkan rumah bisa sekotor tadi? Heran, ternyata ada perempuan yang jorok," balas Reva."Sudah, cukup! Ini kapan akan melakukan transaksi kalau kalian ribut begini?" tanya Pak Roy.Pak Roy sudah menyiapkan segala sesuatu nya, termasuk notaris dan juga perangkat nya untuk mendukung dalam jual beli rumah. "Saya akan membayar berapa pun yang kalian mau.""Saya minta sepuluh milyar," ucap Mila."Hey, kamu siapa? Kenapa ikut campur dalam urusan ini! Lebih baik kamu diam karen dalam hal ini kamu tidak ada andil sama sekali," gertak Reva."Ya sudahlah, satu milyar sesuai keinginan Reva saja. Saya sudah malas berdebat," sahut Tio."Nggak bisa begitu dong, Mas! Aku kan maunya harga tinggi. Kenapa kamu malah mengiyakan harga dari Reva? Belum lagi nanti harus dibagi dua. Dapatnya cuma 500 juta saja," tanya Mila.Reva menggelengkan kepalanya. Dia merasa heran kepada Mila seperti tak tahu malu dan juga tak tahu diri. Semuanya pun menegur Mila. Termasu
Baca selengkapnya
Membingungkan
Reva berbalik. Melihat rumah itu seperti melihat kenangan akan bersama dengan Tio. Dia sedikit merasa tak sanggup kalau harus tinggal sendiri di rumah sebesar itu.Reva kemudian duduk di ruang tamu. Memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Jika dia harus berada di rumah sebesar itu tentu membuatnya kesepian. Tetapi siapa lagi yang bisa tinggal bersamanya. Tiba-tiba dia mengingat seseorang. Dan menelponnya. "Halo, Linda?" sapa Reva."Iya, halo. Ada apa, Rev?" tanya Linda.Reva menyampaikan kalau sepulang kerja Linda ke rumahnya untuk tinggal bersama. Setidaknya memiliki teman untuk mengutarakan uneg-uneg yang ada di pikiran nya.Sore harinya, Linda pun ke rumah Reva. Reva sudah memasak di dapurnya. ''Jadi kamu tinggal di sini lagi, Rev?" tanya Linda."Iya, ceritanya membingungkan. Jadi sebaiknya kamu makan dulu saja. Nanti baru aku ceritakan," jawab Reva.Dengan senang hati Linda makan. Karena memang masakan Reva begitu lezat. Apalagi ju
Baca selengkapnya
Orang tua Reva Datang
"Ya Tuhan. Kenapa bisa? Kok kamu nggak bilang sama kami, Reva? Walau bagaimanapun juga kamu seharusnya sampaikan kalau ada masalah dengan suami kamu. Nggak tiba-tiba bercerai seperti ini. Pantas saja Perasaan ibumu ini nggak enak, rupanya memang ada masalah dengan rumah tangga kalian," tanya ibunya Reva."Maaf, Bu. Karena memang masalahnya cukup rumit dan tidak bisa diselesaikan. Aku sudah mempertimbangkan dengan baik semuanya. Bahkan aku juga sudah cukup mengalah. Tio menikah lagi dan dia dan istri barunya memperlakukan aku dengan tidak baik," jawab Reva."Apapun harusnya kamu sampaikan kepada kami, Rev. Kami ini adalah orang tua kamu. Kamu tidak sendiri. Jadi seharusnya kamu sampaikan kepada kami apa masalah kamu jadi kami bisa membantu. Jadi kalian sudah resmi bercerai?" sahut ayahnya Reva."Iya, Yah. Hari ini sidang, dan hari ini juga menjual rumah ini," jawab Reva."Lalu kenapa kamu masih berada di rumah ini kalau rumah ini sudah dijual?" tanya i
Baca selengkapnya
Ajakan Pulang
"Dari siapa itu?" gumam Reva. Dia merasa ragu dengan pemberian makanan itu. Dia kemudian menghampiri Linda dan bertanya apakah Linda mengirimkan makanan untuknya dan ternyata tidak. Lalu siapa yang sudah mengantarkan makanan itu? Reva benar-benar Bingung. Tetapi dia tak banyak waktu untuk bingung. Dia harus bekerja karena deadline sudah mepet semua.Sepulang bekerja, Reva terlebih dahulu membeli beberapa makanan untuk diberikan kepada orang tuanya. Reva memang lebih suka memasak, tetapi dalam suatu waktu Dia juga makan dari membeli di luar. Reva ingat ketika pulang kerja dulu dijemput Tio dan mereka makan bersama di sebuah warung di pinggir jalan. Reva begitu senang meskipun hanya sederhana. Bukan di tempat yang mewah. Reva kembali harus mengubur kenangan bersama dengan Tio. Karena mereka sudah berpisah. Reva harus lebih berkonsentrasi selama di perjalanan. Mengingat dua pernah kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Saat sudah sampai di depan rumah, Reva
Baca selengkapnya
Kecaman ibunya Reva
"Reva, resign besok atau ibu tak mau bertemu kamu lagi!" ancam ibunya Reva.Reva menghela napas panjang. Mencoba menari perkataan yang pas. "Baik lah, Bu. Sesuai standar pengunduran diri memerlukan waktu. Besok aku akan berikan pengajuan pengunduran diri. Mungkin membutuhkan waktu sekitar dua minggu.""Lama sekali. Pak Roy, Anda kan sebagai atasan Reva. Reva sudah mengatakan keinginannya untuk mengundurkan diri. Jadi saya minta tidak perlu waktu yang lama sekali untuk itu. Tolong lakukan itu kepada Reva!" tutur Ibunya Reva."Apakah memang Reva harus meninggalkan kantor, Pak, Bu?" tanya Pak Roy."Iya, harus. Karena saya tak mau anak saya yang janda ini tinggal jauh dari saya. Sudah saya katakan sebelumnya status janda itu tak mudah. Dekat dengan laki-laki sebelumnya masa iddahnya selesai itu banyak menimbulkan fitnah. Jadi lebih baik Reva meninggalkan kantor dan membangun usaha di kampung,'' jawab ibunya Reva. Pak Roy cukup bingung dengan situasi ini. Kalau
Baca selengkapnya
Pulang
Reva benar-benar pindah dari kota. Entah membuka usaha apa nantinya dia di kampung Karena dia kurang memiliki skill berjualan. Linda menyampaikan jika begitu sedih melihat kepergian Reva. Bertahun-tahun bekerja bersama tiba-tiba harus berpisah. Baginya seperti kehilangan sahabat yang sudah lama bersama. Tetapi hidup memiliki pilihan. Tentu Reva juga sudah mempertimbangkan semuanya. Dia tak mau membuat pikiran kedua orang tuanya. Maka dia memilih untuk menuruti kemauan mereka. Membutuhkan waktu sekitar lima jam akhirnya Reva dan keluarganya sampai di kampung halaman. Meninggalkan ibu kota yang penat dan juga macet dia berada di desa yang cukup asri. Pemandangan sawah dan juga gunung terlihat jelas di matanya. Reva disambut oleh adiknya yang bernama Mega. Adik perempuan Reva yang masih bersekolah duduk di bangku kelas 3 sekolah menengah atas dan sebentar lagi akan lulus.Sejak dua tahun yang lalu Reva belum pernah pulang karena beberapa hal. Tio tak menginginkan un
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status