All Chapters of Neraka untuk Maduku: Chapter 41 - Chapter 50
56 Chapters
Bab 41
Siang ini, aku dikejutkan dengan kedatangan Ibu. Yah, Ibu Mas Aris menghubungiku, memintaku menemuinya di sebuah hotel. Sedikit ragu, akhirnya aku mengiyakan untuk menemuinya. Bagaimanapun, aku tau wanita itu sangat sayang padaku. Setelah mengiyakan, aku menelpon Bunda. Sekedar meminta pendapat, Bunda menjawab tak mengapa.Setelah, berpisah dengan Mas Aris, aku belum pernah bertemu Ibu lagi. Yah, ini pertemuan pertama setelah perceraian. Ibu juga tak mau bertemu Mas Aris, Bunda yang cerita. Tapi, ada urusan apa kira - kira Ibu datang ke kota ini?Aku merapikan meja, dari tumpukan berkas. Memasukkan ponsel ke dalam tas , dan beranjak keluar ruangan. Setelah berpamitan dengan Sania, aku melangkah keluar resto. Sekilas melihat ke arah klinik, jam segini Kelvin pasti di rumah sakit. Iya, mobilnya tak terlihat di depan klinik.Hotel Horison tak terlalu jauh, dari resto. Sekitar sepuluh menit perjalanan, bila kondisi jalan normal, tidak macet. Aku mengarahkan mobilku ke jalan besar, dan me
Read more
Bab 42
Sesampainya di restoran, parkiran nampak penuh. Di seberang terlihat Pak Man mengangkat tangannya. Pasti dia meminta aku parkir di sana. Aku turunkan kaca jendela dan mengacungkan jempol. Pak Man segera beraksi, menyetop kendaraan lainnya untuk membantuku."Pak, terima kasih," ucapku setelah keluar dari mobil."Sama - sama. Ramai restorannya, parkiran sampai penuh," balas Pak Man kemudian."Alhamdulillah, tambah ramai.""Terimakasih, tiap hari dapat kiriman makan siang, semoga tambah laris dan berkah." Doa, Pak Man kemudian."Amin, terimakasih doanya." Aku mengaminkan doa pria berkumis tebal itu. "Pak, bantu nyebrang." Aku meminta tolong pada pria itu untuk diseberangkan.Baru aku akan beranjak, sebuah mobil terlihat mengarah ke depan klinik, tempatku berdiri sekarang. Aku segera beralih berjalan ke arah kanan. Pak Man juga masih mengarahkan mobil yang akan masuk itu."Nggak parkir, Pak. Ngantar pak dokter aja." Wajah seorang wanita cantik berambut coklat muncul dari balik jendela y
Read more
Bab 43
"Kenapa?" tanyanya lagi, saat melihatku masih terdiam."Em … tapi, jangan marah ya.""Kenapa harus marah?" Kelvin balik bertanya."Takut, kamu nggak suka aja," jawabku kemudian."Tambah nggak suka kalau dibuat penasaran kek gini." Tangannya mengacak rambut curlyku, yang sudah hampir kembali lurus."Iya, iya. Tutup telinga.""Lah, mana bisa denger kalau ditutup." Aku tertawa kecil, saat dia ingin menarik hidung, dengan cepat aku menghindar.Aku hanya sedang menetralisir rasa dalam hatiku. Agar bisa bicara dengan tenang, membuat suasana hatiku menjadi nyaman."Rena tadi, menemui mantan mertua, di hotel," jawabku kemudian."Mertua?""Mantan." Aku menegaskan.'Mantan suami juga?" tanyanya lagi, aku mengangguk.Kelvin mengangguk - anggukan kepalanya pelan."Hubungan kalian?" tanya Kelvin kemudian. Aku sebenarnya malas membahas masa laluku dengan Mas Aris, itu sama saja mengorek kembali luka yang hampir kering. "Tak usah dijawab kalau merasa keberatan." Kelvin melanjutkan saat melihatku t
Read more
Bab 44
Semudah itukah aku jatuh cinta? Buktinya iya. Tak tau mengapa dan kenapa, yang jelas aku sedang suka dan bahagia. Sania benar paket lengkap pake banget. Atau, karena aku sedang jatuh cinta saja, sehingga semua tampak begitu indah dan sempurna. Entahlah yang jelas, semua wanita pasti bergetar menerima perlakuan berbeda seperti ini, apalagi dari sosok seperti Kelvin.•••Sampai malam restoran masih saja ramai, Sania terlihat sibuk menghandle dapur. Sepertinya stok bahan harus ditambah, sehingga tidak sampai harus mengecewakan pelanggan karena kehabisan. Untuk semua bahan, aku pesan langsung dari supplier. Mulai jam dua pagi, sudah berdatangan untuk bahan - bahannya. Sayuran dan aneka daging aku memakai yang segar. Jarang sekali ada daging yang menginap di freezer, yang ada malah kehabisan stok."Mbak, jadi nambah menu baru, bulan depan?"Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku, saat Sania masuk ke ruangan. Sudah jam sepuluh lebih, baru selesai. Sebuah buku Sania sodorkan padaku. Ini
Read more
Bab 45
Dari pagi, hujan gerimis belum berhenti. Satu porsi menu sehat baru saja aku kirim ke tempat praktek Kelvin.. Dia mengaku belum sarapan tadi pagi. Tak aku pedulikan para pegawai yang saling berbisik melihat aku memasak di dapur.Sesekali aku yang membuatnya senang, selain ingin dan suka. Hal ini balasan atas yang dia sudah lakukan untukku"Mbak … ada yang ribut di depan." Sania datang dengan wajah tegang. Membuyarkan lamunanku pagi ini. "Ribut gimana? Siapa yang ribut?" tanyaku bingung. "Pak Rindang, nggak tau sama siapa, perempuan ketutupan wajahnya, ga sempat liat jelas."Ributin apa?" "Aku juga belum tau, makanya ayo keluar." Sania menarik tanganku. Aku bergegas beranjak, mengikuti Sania. Langkah kami berhenti di teras resto."Mbak, itu kan … Istrinya Mas Aris." Aku mendongak ke arah kerumunan."Saya tidak mau, ada mobil pengunjung restoran, yang parkir di depan tanah saya. " Suara itu cukup aku kenali. Benar itu milik Indah. Ada apa lagi dengan wanita bin** itu? Ini masih t
Read more
Bab 46
Hari ini restoran cukup ramai, pesanan untuk nasi kotak juga hampir tiap hari ada. Sudah mulai menemukan banyak pelanggan, untuk kantor - kantor maupun perorangan. Restoran juga setiap saat ramai. Banyak pelanggan yang menyarankan untuk mendaftar menjadi mitra di aplikasi online. Hanya saja, untuk pelanggan datang saja masih kewalahan. Tapi, itu juga peluang yang harus diambil juga. Menambah karyawan sepertinya menjadi solusi.Jam makan siang, aku harus ikut membantu didepan. Laras bagian kasir ikut membantu di dalam. Mungkin karena awal bulan, restoran lebih ramai hari ini. Untuk pekerjaanku sendiri, setiap hari hampir sama. Tak ada yang mengikat juga, hanya saja hari minggu juga tetap ke restoran. Karena restoran nggak pernah libur, karyawan yang bergantian liburnya."Mbak sudah sholat?" tanya Sania padaku. Dia membawakan segelas es jeruk ke meja kasir, tempatku duduk sekarang."Libur," balasku, sambil meraih gelas dan meneguk minuman dingin itu. " Rame banget, hari ini," ucapku k
Read more
Bab 47
"Mas, ngapain di sini?" tanyaku balik."Di telpon sama dealer, kalau mobil pesanan mas, sudah datang. Keluaran terbaru.""O." Bibirku membulat. "Sayang, ngapain disini?" Ya ampun, orang ini. Semakin hari kenapa semakin menyebalkan."Berhenti panggil Rena, Sayang!" Aku sedikit melebarkan mata, aku tak suka dengan panggilan itu, darinya."Aku lupa cara memanggilku, selain itu." Mas Aris bicara dengan ringan, seolah itu normal."Sayang," panggilku ke arah Kelvin yang sedang berjalan mendekat.Mas Aris langsung reflek ikut melihat ke arah Kelvin. Aku meliriknya, matanya menyipit, raut wajahnya berubah. Lama tak melihat raut wajah itu. Terakhir saat dia menjemputku, dan melihat aku mengobrol dengan Mas Bagas. Sudah cukup lama …Kelvin berhenti tepat di depanku, dia menyapa Mas Aris dengan mengangguk pelan. Sebuah senyum tak lupa ia sematkan di bibirnya. Tak ada balasan dari mantan suamiku itu."Sayang, kenalin. Ini Mas Aris." Aku memperkenalkan Mas Aris pada Kelvin. Tangan Kelvin teru
Read more
Bab 48
Seperti kemarin, hari ini juga semua bahan habis, padahal stok sudah di tambah. Bahkan harus tutup lebih cepat dari biasanya, karena semua menu utama kosong. Baru jam delapan lewat, restoran terpaksa harus ditutup."Wow, luar biasa hari ini. Meski pagi dah mau di ajak gelut." Sania menghempaskan bobot tubuhnya di kursi depan mejaku."Yang paket meriah, penjualan naik terus." Sania kembali menambahkan. "Pada bilang, baru nemu makanan enak tapi murah, dengan porsi mantap."Paket meriah, memang baru keluar bulan ini. Paket yang terdiri dari ayam bakar atau goreng ukuran sedang, urap sayur tambah lalapan dan sambal, plus minuman. Dengan harga cukup murah. "Mbak, kalau yang depan ini. Kita buat jadi dua lantai, gimana?" saran Sania.Aku terdiam sesaat, mulai membayangkan usulan Sania. Bagus usulnya, bisa menambah kapasitas. Hanya, saja harus mengatur waktunya. Pengerjaannya tidak mungkin hanya sehari, dua hari. "Oke juga, nanti mbak cari referensi dulu. Yang bisa ngerjain, bagus, rapi,
Read more
Bab 49
"Beberapa hadiah, Mas Aris kirimkan. Barang - barang branded. Aku menolaknya, dia memaksa. Hingga sewaktu dia di ruangan, selepas acara di resto, Indah datang. Dia mengamuk melihat Mas Aris bersamaku. Sebelumnya juga pernah bertemu di salon. Dia, merendahkan dan mencibirku, bagaimana bisa janda sepertiku berada di salon mahal."Aku menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan. "Saat mengamuk itulah, dikira aku minta - minta uang dan hadiah pada Mas Aris. Indah kembali menghinaku. Hingga aku bisa membalikkan keadaan, aku bilang kalau Mas Aris-lah yang belum bisa move on dariku. Mas Aris mengakui, itu sepertinya yang membuat Indah semakin marah. Hingga akhirnya pagi tadi, dia kembali membuat ribut." Kembali aku menjeda, Kelvin mengusap punggungku."Aku merasa, Indah sengaja mencari masalah denganku. Itu sebabnya aku pasang banyak CCTV di resto. Jujur aku merasa takut, dia memiliki banyak uang. Tau sendiri kan, uang cukup berkuasa. Aku hanya takut kalau dia sampai membuat masalah unt
Read more
Bab 50
"Aku mengerti, tapi aku pernah gagal, pernah disakiti. Dan, itu membuatku merasa takut, untuk memulai lagi sebuah komitmen dalam sebuah ikatan yang sakral." Aku menjelaskan alasanku. Dari dalam hati terdalam, masih ada trauma akan sebuah hubungan rumah tangga."Tenang, aku dokter segala penyakit. Termasuk sakit hati, segala lukamu di masa lalu, aku berjanji akan menyembuhkannya."Senyum terkembang di bibir itu. Tak pernah bisa benar - benar bisa serius bicara dengannya."Terus aja, ini ibarat kata, sudah diangkat tinggi terus dihempas ke bumi," ujarku."Kok bisa?""Ya, bisalah. Tadi sudah bicara serius eh absurd lagi." Aku menjawab.Kelvin tertawa."Serius tak selalu mengerutkan kening, Sayang. Aku serius dengan ucapanku tadi." Kelvin menjelaskan."Aku serius dengan hubungan ini, aku serius ingin mengobati rasa sakit hatimu, aku serius ingin selalu menjagamu, dan aku serius ingin menjadi imammu." Kelvin kembali menambahkan."Secepat ini?" tanyaku ragu."Nunggu apa?" tanyanya, aku men
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status