All Chapters of Aku Bukan Mesin Pencetak Uang: Chapter 21 - Chapter 30

43 Chapters

Undangan Pernikahan

Hampir saja jantungku mencelos saat melihat lelaki berjaket hitam itu membalikan tubuhnya."Rian!" ucapku masih tidak percaya jika lelaki berkacamata besar dengan rambut poni itu kini ada di hadapanku. Hujan yang membahasi tubuhnya membuat butiran gerimis membahasi pipi dan rambut yang menutupi bagian keningnya."Dania!" ucap lembut Rian diikuti semburat senyuman."I-iya!" Aku masih terperangah seperti tidak percaya dengan apa yang saat ini aku lihat."Bolehkah aku masuk?" Seketika aku tergeragap. "Iya, masuklah!" ucapku memundurkan beberapa langkah kakiku menjauh dari pintu, memberikan jalan untuk Rian.Sebuah kantong plastik ia letakan di atas meja tamu, setelah melepaskan jaket hitam yang sudah basah kuyup yang ia pakai untuk melindungi diri hujan. Kini tinggal kaos oblong berwarna putih yang sedang ia kenakan. Dada bidang berbentuk kotak-kotak Rian semakin nampak jelas dari kaos yang sedikit basah. Menunjukan body atletis Rian."Aku membawakan kamu martabak manis kesukaanmu!" Ria
Read more

Suprise

Rasanya aku ingin sekali mengabaikan pesan itu. Tapi entah mengapa rasa penasaranku jauh lebih besar. Berkali-kali aku melirik pesan yang Rian kirimkan padaku semalam. Dia memintaku untuk datang ke pesta pernikahannya yang akan ia gelar di puncak."Bagaimana bisa aku datang!" gerutuku kesal, merubah posisi tidurku yang semula tengkurap menjadi terlentang. Menatap pada langit-langit kamar yang didominasi dengan warna putih.Ting!Aku segera menyambar ponsel yang berbunyi di sampingku. Menyetuh lembut pada layar yang menampakan sebuah pesan telah masuk dari nama kontak Rian."Hati-hati di jalan. Dandan secantik mungkin. Karena aku yakin, kamu pasti sangat cantik sekali." Aku mendengus berat. "Sok tau lo, perasanku saja kamu tidak tau. Bagaimana bisa tau jika aku cantik," omelku pada layar ponsel yang masih menyala.Kembali kuletakkan ponsel di atas ranjang. Menikmati sejenak keheningan yang menenangkan. Tenyata, tanpa aku sadari aku sudah melupakan masalahku dengan Mas Adam, meskipun h
Read more

Hotel Mewah

Lelaki itu berjalan semakin mendekat ke arahku. Jantungku berdebar semakin kencang. Membawa segelas anggur merah di tangannya, ia melemparkan senyuman hangat yang hampir membuat lolos jantungku karena pesonanya."Maaf Tuan, saya salah ruangan!" ucapku, segera memutar tubuh. Sebuah tangan mencengkal pergelangan tanganku. Seketika tubuhku terasa dingin dan membeku. Perlahan aku memberanikan diri untuk menoleh ke arah Pak Rayyan."Sa-saya mau menghadiri pernikahan Rian, Pak dan kata petugas resepsionis ada di sini," ucapku terbata, menahan debar jatung yang memburu. "Maaf saya salah!" Aku menggigit bibir bawahku untuk menepis kegugupan.Perlahan lelaki itu melepaskan genggaman tanganku. Menarik kedua sudut bibirnya tersenyum kecil. "Tidak ada pernikahan di sini, Dania," ucapnya lembut.'Apa, tidak ada pernikahan. Apa maksud dari Pak Rayyan.'"Maksud Bapak, apa?" Aku mengeryitkan dahi menatap lekat pada Pak Rayyan."Duduklah!" titahnya.Pak Rayyan mengjentikan tangannya ke udara. Beberap
Read more

Kedatangan Ibu di kantor

Aku kembali bisa merasakan jatuh cinta. Cinta yang hangat dan begitu sangat menenangkan. Rayyan benar-benar membuatku kasmaran hingga aku melupakan semua masalah yang sedang aku hadapi."Sayang, aku sudah menunggumu di bawah!" tulis pesan yang Rayyan kirimkan padaku.Kusapu benda berwarna warni pada pipiku. memalingkan wajahku ke kiri dan ke kanan untuk memastikan bahwa riasan naturalku sudah sempurna. Segera kusambar tas yang berada di atas nakas samping ranjang, lalu bergegas turun dari lantai atas. "Maaf aku sudah membuatku menunggu!" ucapku melemparkan senyuman kecil pada Rayyan yang duduk di bangku kemudi. Iya, begitulah lelaki itu memintaku untuk memanggilnya, Rayyan. "Baiklah, tidak masalah, sekalipun menunggu itu adalah sebuah pekerjaan yang menjenuhkan, tetapi jika untuk menunggu kamu aku rela, sekalipun itu seumur hidupku," goda Rayyan menyungingkan senyuman kecil padaku.Aku tersipu malu, aku yakin pasti saat ini wajahku sedang memerah seperti udang rebus. Aku milih diam
Read more

Koma

POV AUTHORSuara ketukan bolpoin yang terdengar teratur menggambarkan benak Dania yang sedang mengembara. "Tidak, aku yakin Ibu hanya sedang berpura-pura saja. Jika dia tidak menginginkan uangku pasti dia menginginkan agar aku kembali lagi bersama Mas Adam," guman Dania dengan benak menerka-nerka.Dania menutup layar laptop, lalu beranjak bangun dari bangku. Ponsel yang berada di atas meja bergetar dengan layar berkedip. Sesaat Dania menjatuhkan tatapannya pada Layar ponsel. "Rico!" lirih Dania pada panggilan video call yang sedang lelaki itu lakukan pada nomornya.Dania meraih benda pintarnya dari atas meja. Bukan untuk mengangkat telepon Rico melainkan untuk memastikan ponselnya. "Maaf, aku sudah tidak percaya lagi dengan keluargamu, Mas! Semenjak kamu lebih memilih percaya pada ibumu, dan membiarkan mereka memanfaatkanku, aku sudah berhenti mencintaimu," ucap Dania pada layar ponsel yang sudah mati.____Dania masih menatap pantulan dirinya di depan cermin. Mengoleskan lipstik
Read more

Salah Paham

Tubuh Nadia bergetar hebat. Menunggu jawaban dari lelaki berseragam putih yang duduk pada bangku di hadapannya. "Benturan yang terlalu kuat pada kepala pasien mengakibatkan memorinya mengalami kerusakan dan jika kita terus memaksa pasien' untuk mengingat, hal itu justru dapat berakibat kerusakan yang sangat fatal sekali pada ingatannya."Bibir Dania bergetar, sementara Ibu Ratna terus terisak di dalam pelukan Rico. "Tapi, Mas Adam masih mengingat kami, Dok?" debat Dania. Wajahnya terlihat sangat kacau sekali."Betul sekali, menurut pemeriksaan yang sudah kami lakukan, pasien mengalami kehilangan memori satu tahun belakang ini saja dan untuk tahun-tahun berikutnya ingatan itu masih tetep ada dan tidak hilang."Dada Dania terasa begitu berat. Hal itu berarti, jika Adam masih menganggap Dania masih sebagai istri sah nya."Yang pasien butuhkan sekarang adalah dukungan keluarga. Terutama Mbak Dania, karena sepertinya sosok Mbak Dania sangat berarti sekali untuk Pak Adam," tutur Dokter i
Read more

Pura-pura

"Ini adalah kesempatanku untuk menyatukan Dania dengan Adam kembali," batin Bu Ratna, sorot matanya tertuju pada Dania yang sedang sibuk penyuapkan nasi kepada Adam."Udah sayang!" ucap Adam dengan mulut yang masih penuh pada Dania.Dania tidak bergeming. Ia segera meletakkan piring yang masih berisi nasi itu di atas nakas."Adam, kenapa makan kamu sedikit sekali?" tanya Bu Ratna. "Makanlah, yang banyak biar kamu bisa segera sembuh!" tutur wanita itu melihat pada Adam yang sedari tadi tidak berkedip mengawasi Dania."Bu, bolehkah ibu tinggalkan aku dan Dania sebentar." Adam menatap pada Ibu Ratna yang duduk di sampingnya.Wanita bertubuh bugar itu turun dari bibir rajang. Berjalan ke arah pintu ruangan Adam meninggalkan Dania dan Adam.Sesaat suasana di dalam ruangan berpendingin itu terasa begitu hening sekali. Dania sedari tadi hanya terdiam dengan wajah murung membuat Adam semakin penasaran."Sayang!" "Iya Mas!" sahut Dania tergeragap. "Mas butuh apa lagi?" tanya Dania berusaha u
Read more

Hasut

"Demikian meeting kita hari ini. Terima untuk semua perhatiannya." Lelaki dengan jas hitam itu bangkit dari bangku dan berjalan cepat menuju pintu ruangan. Nadia bergegas mengemasi barang-barangnya dan berjalan cepat mengejar Rayyan."Pak Ray, tunggu!" panggil Nadia. Rayyan menghentikan langkah kakinya kemudian menoleh ke balik punggung pada Nadia.Tatapan Rayyan tidak seramah saat lelaki itu menjadi Rian. Saat lelaki itu sudah menunjukan siapa sebenarnya dirinya, anak dari pemilik MNC Cinema itu berubah 180 derajat, sangat bertolak belakang sekali dengan kepribadian Rian yang ramah dan humble."Pak, saya ingin bicara sebentar dengan, Bapak," ucap Nadia dengan nafas yang hampir putus karena berlari mengejar Rayyan."Saya tidak ada waktu!" Rayyan memutar tubuhnya dan kembali berjalan."Pak tunggu, Pak! Ini soal Dania," teriak Nadia seketika menghentikan langkah kaki Rayyan. Huf! Nadia meniup kecil dari bibirnya dan berjalan menghampiri Rayyan."Berikan saya waktu sebentar, saya ingin
Read more

Membujuk Rayan

"Dania, siapa dia?" Adam mengeryitkan dahi menatap heran pada lelaki yang tiba-tiba masuk ke kamarnya, lalu mengamuk.Seketika Rayyan tercengang melihat pada Adam yang sedang memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut, seperti orang yang sedang kesakitan."Mas, Mas, baik-baik saja?" sergah Dania terlihat panik."Siapa dia, Dania!" lirih Adam menatap pada Dania."Dia, dia, dia temen aku, Mas!" jawab Dania sekilas melihat pada Rayyan kemudian menjatuhkan tatapannya pada Adam.Rayyan mendengus berat, lalu berjalan menuju pintu keluar. Sesaat ia memicingkan netranya pada Dania sebelum ia pergi berlalu.Dania berdecak kesal. Ia tidak bisa meninggalkan Adam yang terlihat sedang menahan sakit untuk mengejar Rayyan."Bagus Adam, dengan kamu seperti itu, maka Dania tidak akan pernah bisa meninggalkan kamu. Jadi ibu bisa menikmati kembali masa-masa indah Ibu jadi orang kaya," batin ibu Ratna tersenyum bahagia."Adam, kenapa kamu, Nak?" tanya Ibu Ratna terlihat panik.Adam memegangi kepalanya,
Read more

Biaya rumah sakit

Dania tidak bisa mencegah kepergian Rayyan. Wajah' merah padam, menandakan jika lelaki itu sedang murka."Kenapa Mas ke sini?" tanya Dania pada Adam yang masih terlihat pucat."Mas khawatir sama kamu, jadi Mas meminta Dania untuk mengantarkan Mas mencari kamu," balas Adam. Sorot matanya teduh menatap pada Dania penuh kasih sayang.Sekilas Dania melirik pada Nadia. "Tadi kebetulan aku lagi jenguk Mas Adam, eh kamunya nggak' ada di sana jadi aku antar Mas Adam ke sini," jelas Nadia."Ya sudah, Mas tunggu aku di mobil dulu ya!" tutur Dania pada Adam, wanita itu menunjuk pada mobil yang terparkir di pinggir taman."Dania, sejak kapan kamu memiliki mobil semewah itu." Netra Adam berbinar, sekilas ia melihat pada mobil Pajero milik Dania yang terparkir. Adam menyetuh kedua bahu Dania. "Dania, maafkan Mas, banyak kenangan yang sudah Mas lupakan. Bahkan saat kamu sekarang sudah menjadi orang yang sukses," tutur Adam menatap lekat pada Dania dengan raut wajah sedih.Lagi, Dania hanya mampu men
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status