All Chapters of Istri yang Tak Diinginkan: Chapter 361 - Chapter 370

373 Chapters

361. Ending

“Ngantuk,” keluh Kimberly dengan mata hampir terpejam, lalu menguap.Malik yang mendengarnya langsung menaruh handuk basah bekas mengeringkan rambut Kimberly ke hanger, lalu menghampiri sang istri, memeluknya dan mengecup bibirnya bertubi-tubi.“Jangan dulu tidur. Rambut kamu masih basah, nanti kepala kamu pusing kalau tidur dalam keadaan rambut basah, Sayang.”“Tapi aku ngantuk….”Kedua tangan Malik menangkup pipi Kimberly, sambil tersenyum menggoda ia berkata, “Aku punya jurus ampuh supaya kamu nggak ngantuk.”“Hm?”Belum sempat Kimberly mencerna ucapan Malik, bibirnya tiba-tiba terbungkam bibir Malik dan ia merasakan pagutan yang sedikit kasar.Mata Kimberly yang semula sayu seketika terbuka lebar, ia menegakkan punggung, dan secara spontan membalas pagutan sang suami dengan sama kasarnya. Hingga rasa kantuk yang ia rasakan perlahan lenyap, berganti menjadi sebuah rasa yang menyenangkan dan ia enggan untuk berhenti.Namun, Kimberly merasa sedikit kecewa ketika Malik melepaskan tauta
Read more

Extra Chapter 1. Berubah

Tiga bulan kemudian.Sepasang kaki yang dibalut pantofel hitam turun dari mobil. Lalu melangkah memasuki rumah, senyuman samar terukir di bibir sang pemilik kaki tersebut.Bertemu sang istri yang enerjik dan ceria adalah satu-satunya hal yang ia nantikan sejak pagi. Hingga dadanya nyaris pecah akan luapan rindu yang menggebu.Parfum aroma vanila menyapa hidung ketika ia membuka pintu. Mata hitamnya terpaku pada seorang perempuan bergaun putih selutut yang tengah menuruni tangga.“Sudah pulang?” tanya Kimberly dengan langkah anggun diiringi senyuman lembut yang terlukis di bibirnya.Malik mengerjap. Masih sama, pikirnya. Sikap Kimberly masih sama dengan yang ia dapati tadi pagi.Perempuan itu berubah drastis beberapa hari terakhir. Sikapnya yang semula pecicilan dan bawel, akhir-akhir ini menjadi lebih kalem dan anggun. Malik heran dan ngeri dengan perubahan drastis itu.Bukan. Malik bukan ngeri dalam artian tidak suka dengan sikap sang istri. Ia hanya khawatir ada sesuatu yang fatal y
Read more

Extra Chapter 2: Roti Gosong

“Papi baru pulang?”“Iya. Kalian sudah lama sampai?”Malik menggeleng setelah menyalami ayah mertuanya yang baru saja memasuki ruang keluarga. “Baru sekitar tiga puluh menit yang lalu, Pi. Papi habis lembur ya?”“Nggak.” Archer menaruh bingkisan di tangannya ke atas meja. Malik menatap sejenak paper bag berwarna coklat dengan logo sebuah toko roti di tengah-tengahnya itu.“Seharusnya Papi sudah sampai di rumah dari tadi. Tapi Mami minta Papi beli roti dari toko roti favorit dia.”Malik mengangguk mengerti.“Kamu tahu roti seperti apa yang Mami kamu pesan?” tanya Archer kemudian.Kata ‘mami kamu’ yang keluar dari mulut Archer membuat hati Malik terasa menghangat. Malik lantas menggeleng dan tersenyum kecil. “Roti apa memangnya, Pi?”“Roti gosong.” Archer tertawa sambil menggaruk ruang di antara dua alisnya.“Roti gosong?” ulang Malik dengan tatapan tak mengerti. “Kenapa Mami minta roti gosong?”“Mami lagi ngidam, permintaannya selalu aneh-aneh dari sejak kehamilan Ernest.” Tawa Archer
Read more

Extra Chapter 3. Respons Biasa-Biasa

“Selamat ya, Pak, istri Bapak memang sedang mengandung.”“Hah?!” Kimberly langsung terperangah. “Maksud Dokter, saya hamil, Dok?”Dokter wanita itu tertawa kecil, mengangguk. “Iya, Mbak. Kehamilannya sudah empat minggu ya. Memangnya selama ini Mbak Kimberly nggak merasakan sesuatu yang aneh dengan tubuh Mbak sendiri?”Kimberly mengerjap. “Nggak, Dok. Saya nggak menyadari apa-apa. Ini juga suami saya aja yang ‘ngeuh’ kalau saya telat.”“Suaminya perhatian sekali ya.” Dokter itu tersenyum seraya menatap Malik sejenak.Kimberly ikut menatap sang suami yang duduk di sampingnya. Pria itu tampak membeku, bibir tipisnya terkatup rapat dan tatapannya hanya tertuju ke arah monitor yang memperlihatkan janin seukuran lebih kecil dari kacang hijau.“Babe, kok diam? Nggak senang gitu dengar aku hamil?” bisik Kimberly sembari mencubit punggung tangan Malik, yang membuat Malik tersadar dan langsung menatapnya.“Aku… aku tentu saja senang, Sayang.”“Senang tapi wajah kamu kok datar-datar aja?” Bibir
Read more

Extra Chapter 4. Malik Pergi

“Sayang, aku pulang!”Mendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.“Kamu bawa nasi lemaknya?” tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.“Bawa dong. Nih!”Kimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. “Terima kasih!” serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberly—sesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.“Hey! Kenapa pergi begitu aja?” protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.“Ini pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,”
Read more

Extra Chapter 5. Suami Sigap

Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.“Kamu jahat!” Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. “Kamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!”Setelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.“Non Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,” ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. “Aku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.”“No
Read more

Extra Chapter 6. Para Suami Nunggu Istri

“Tunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, ‘kan? Kamu… hamil?”Kimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.“Ya Tuhan, terima kasih… Mami senang sekali dengarnya, Sayang!” ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. “Pantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.”“Oh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?”“Mami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?” Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.“Mami kok nangis?” tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.
Read more

Extra Chapter 7. Babymoon

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb
Read more

Extra Chapter 8. Babymoon II

“Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m
Read more

Extra Chapter 9. Kontraksi

7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch
Read more
PREV
1
...
333435363738
DMCA.com Protection Status