Semua Bab Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta: Bab 101 - Bab 110
128 Bab
Bab 101
"Apa kau masih tidak mengerti? apa kau bodoh? haruskah aku mengulangi kata-kata ku lagi." kata Elang tersenyum."Tapi kau mau denganku selamanya, kenapa?" tanya Hafsa karena untuk apa bersama selamanya jika tidak ada rasa cinta sama sekali."Kenapa kau bertanya?, tentu saja aku mau.""Tapi kenapa? bukannya kau tidak men..." Hafsa tidak melanjutkan ucapannya karena Elang telah meletakkan jari telunjuknya di bibir Hafsa."Apa kau ingin aku mengatakan sesuatu untukmu tentang cinta." ucap Elang dengan wajah yang sangat dekat.Hafsa hanya mengangguk dia sangat terpesona dengan ketampanan wajah suaminya."Apa kau mencintaiku?" Elang malah bertanya pada Hafsa yang sudah pasti tau jawabannya."Iya, aku mencintaimu dan kau?""Aku juga... " Elang malah menjeda ucapannya dan membuat Hafsa penasaran."Kau tidak sabar sekali."Hafsa mendesah merasa kesal karena Elang malah mengerjainya.Elang terke
Baca selengkapnya
Bab 102
"Kamar kita, akan aku tunjukkan." ucap Elang dengan melepas jaketnya juga kaosnya.Lalu terpampang lah tubuh bagian atas yang sempurna, menampakkan otot perut yang seperti roti sobek membuat Hafsa sampai menahan air liurnya."Kenapa?, kau tergoda" tanya Elang tersenyum sambil berjalan perlahan mendekati Hafsa."Eh...!" Hafsa bingung ingin menjawab apa tapi tangannya malah bergerak menyentuh dada bidang Elang sampai ke perut sixpack Elang.Tentu saja hal itu membuat darah Elang berdesir menciptakan hasrat yang tak terbendung karena Hafsa melakukannya secara pelan dan lembut."Apa kau suka sayang?" ucap Elang dengan suara parau nya."Iya, aku suka.""Apa kau ingin menyentuh juga bagian yang lain." ucapnya sambil membuka caci dan resleting celananya."Apa?" Hafsa ikut terbawa suasana dan menurut saja apa yang di katakan Elang."Aku akan menuntun mu." lalu Elang membawa tangan Hafsa masuk kedalam celana Ela
Baca selengkapnya
Bab 103
"Ibu. Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Rey begitu melihat ibu nya yang bernama Mala."Ibu sudah menduga kau ada disini, tidak ada di apartemen jadi ibu langsung saja ke sini." jawab ibu santai."Tapi Bu, apa nyonya Sinta tau ibu ke sini?" tanya Rey lagi."Tentu saja dia tau, apa yang tidak dia ketahui tentang di rumah ini." ucapnya tersenyum kecil.Rey lupa bahwa ini rumah majikannya tentu saja dia tau walau dia ada di ujung dunia sekalipun."Jadi... kau telah menyembunyikan sesuatu dari ibu yah!" ucap Mala bersedekap dada sambil melihat Melati."Apa yang aku sembunyikan? tidak ada." jawab Rey tidak mengerti. Melati jadi ikut-ikutan menatap Rey penuh selidik."Kau menyembunyikan calon menantuku, dasar kaku." ucap Mala spontan menjitak kepala Rey membuat Melati menahan tawa nya."Ya ampun Bu, kenapa aku masih di jitak? aku sudah besar." kata Rey terlihat malu."Bagiku kau masih kecil." jawab ibu nya k
Baca selengkapnya
Bab 104
Melati sampai ternganga melihat gaun-gaun yang berderet sempurna menampakkan keindahan yang nyata. Dari dia masuk butik sampai ke ruangan ini matanya terus berbinar rasanya ingin sekali dia memiliki gaun-gaun yang indah di lemarinya."Nah sepertinya ini cocok denganmu!." pria itu memberikan gaun panjang dengan belahan di dada jika di pakai pasti akan sangat terlihat."Tidak, dia tidak cocok. Ganti." melihat itu Rey langsung menolak. Melati hanya nurut saja."Em.. baiklah bagaimana kalau di coba dulu yang aku pilih baru kau bisa menentukan yang cocok untuknya." pria itu memberi saran yang masuk akal."Baiklah terserah padamu." jawab Rey datar."Baiklah aku akan memilihkan 5 gaun yang boleh di coba." kemudian pria itu memilihkan 5 gaun untuk Melati, dia memilih gaun yang pasti akan disukai Rey."Sudah, ayo masuk!""Tunggu." Rey menyela saat Melati ingin mengikuti."Ada apa?" tanya Melati."Siapa yang akan
Baca selengkapnya
Bab 105
"Tuan tunggu, kenapa menarik ku?." Melati melepaskan cekalan dari tangan Rey saat di luar."Jadi kau lebih ingin terus di goda oleh mereka." kata Rey ada benarnya."Em.. tidak juga." jawab Melati cengengesan."Tapi tuan, kau kan belum mencoba baju nya." kata Melati menghentikan langkah Rey yang ingin masuk mobil."Aku tidak perlu mencoba, memakai baju apapun aku tetap tampan." ucap Rey memuji diri sendiri."Hihh.. sombongnya, tapi memang iya sih!."Rey hanya tersenyum tipis, kemudian memasuki mobil."Eh! tunggu aku belum selesai bicara." Melati ikut masuk mobil tapi malah duduk di belakang membuat Rey kesal."Hey, kenapa kau malah duduk di belakang memangnya aku supirmu." ujar Rey kesal."Tuan nih bagaimana sih, kau kan memang supir kan kau yang mengemudi." jawab Melati polos.Rey menahan kesal sampai hidungnya kembang kempis, gadis ini membuat kesal namun membuat rindu juga."Melati,
Baca selengkapnya
Bab 106
"Sayang, kau masak apa?" tanya Elang tangannya sambil melingkar di perut istrinya."Eh! Kak Elang sudah bangun, ini aku lagi masak nasi goreng seafood." jawab Hafsa sambil mengaduk."Hem.. dari aromanya sepertinya enak tapi... lebih enak dirimu di atas ranjang." balas nya menggombal."Ih.. kak Elang pagi-pagi sudah guyon, sayangnya aku lapar." kata Hafsa bergurau.Dia pun mematikan kompor karena sudah matang dan berbalik menatap suaminya yang tampan."Kau sudah mandi?." tanya Hafsa menghirup aroma segar di tubuh Elang."Aku memang sudah mandi tapi melihat dirimu aku jadi ingin mandi lagi." ucap Elang, tangannya sambil bergerilya kemana-mana."Kak geli." kata Hafsa mencekal tangan Elang.Tapi bibir Elang yang kini mencium leher jenjang Hafsa."Kak emm..." Elang malah mencium lembut bibir yang membuatnya candu itu.Jadilah mereka berciuman di siang hari dengan syahdu."Kak Elang sudah ka
Baca selengkapnya
Bab 107
Meliana mengernyit malas, "Tidak apa-apa pak saya bisa sendiri. Permisi." Meliana lebih memilih sendiri dari pada harus bersama atasannya yang sudah tua dan mata genit itu.Para karyawan dan seluruh staf perusahaan berbaris sesuai dengan tingkatannya menunggu sang CEO Elang Rahardian tiba, lalu tak berapa lama datanglah rombongan memasuki kantor pusat.Elang dan disebelah nya Rey berjalan tegap dengan penuh kharisma aura kepemimpinan yang terpancar di wajah keduanya sangat melekat sehingga membuat siapapun akan segan dengannya.Semua staf dan karyawan menunduk hormat pada pemimpin mereka dengan wajah yang serius.Meliana detik itu juga sangat terpesona dengan ketampanan yang dimiliki Elang dia tersenyum tipis kemudian.'Ternyata dia memang sangat tampan, sepertinya aku menyukainya apalagi dia sangat kaya aku harus bisa memilikinya.' batin Meliana tersenyum tipis."Selamat pagi semuanya." ucap sang manager memberi salam.
Baca selengkapnya
Bab 108
Beberapa menit kemudian pak Wawan datang dengan membawa nampan besar berisi buah-buahan yang sudah dikupas bersih dan dipotong-potong berikut sambalnya yang menggiurkan tak lupa juga air mineral untuk melepas dahaga."Nona ini pesanan nona." ucap Wawan memperlihatkan nampannya."Terimakasih pak Wawan taruh saja di sana." jawab Hafsa dengan mata berbinar menunjuk tempat dekat Melati yang masih tertidur."Baik nona." pak Wawan pun ingin meletakkan nampan itu namun dia kebingungan antata cemas dan ragu."Kenapa pak?." tanya Hafsa."Nona, apa saya beri alas saja disini." kata Wawan kemudian takut jika majikannya melihat dia akan di marahi karena membiarkan nona mudanya makan di atas rerumputan.Hafsa tersenyum mengerti, "Tidak apa-apa pak letakkan saja disitu, lagian disini juga bersih kok pak Wawan tidak usah cemas begitu." jawab Hafsa supaya Wawan tidak ragu."Ba-iklah nona."Akhirnya Wawan meletakkan nampan itu."
Baca selengkapnya
Bab 109
"Dian, kau mau kemana?." tanya Cici melihat rekannya berdiri sambil merapikan berkas laporan."Aku ingin memberikan laporan ini pada CEO." jawab Dian tersenyum lebar karena akan bertemu dengan Elang."Hem... kau pasti senang." cibir Cici."Iya dong." ujar Dian menjulurkan lidahnya.Meliana mendengar pembicaraan mereka dia pun berniat ingin menggantikannya.Saat Dian berdiri dia pun ikut berdiri dengan membawa secangkir kopi yang masih panas lalu dengan sengaja menumpahkan kopi itu ke baju Dian dengan dalih tidak sengaja."Aww..." teriak Dian karena kejatuhan kopi panas."Aduh.. Dian maaf aku tidak sengaja tadi aku ingin ke pantri untuk menambahkan gula tapi tak sengaja bertabrakan denganmu." ucap Meliana dengan wajah merasa bersalah."Aduh panas." keluh Dian menyentuh lengannya karena kopi itu tembus ke kulitnya."Dian, kau tidak apa-apa?." Cici datang karena cemas mendengar teriakkan Dian."Ak
Baca selengkapnya
Bab 110
Diruangan Rey, Melati sedang menunggu Hafsa yang tak kunjung keluar dia mondar mandir di depan Rey membuat Rey pusing melihatnya."Melati, duduklah kau membuatku pusing." ucap Rey menyentuh dahi nya.Melati kemudian berjalan mendekati Rey dan berdiri di sampingnya."Tuan Rey.""Tuan Rey." Rey mengernyit mendengar Melati masih memanggilnya tuan."Eh, kak Rey kenapa Hafsa dan suaminya belum juga keluar lama sekali, mereka lagi apa sih? aku bosan menunggu." kata Melati dengan wajah ditekuk."Untuk apa kau tunggu? kalau sudah lama begini tidak usah menunggu mereka." timpal Rey santai mengerti dengan keadaan Elang di dalam."Memangnya mereka lagi apa?." Melati malah bertanya sesuatu yang tidak perlu di tanyakan."Jika sudah suami istri memangnya apa yang mereka lakukan." jawab Rey biasa saja."Aku tidak tau lah, masa kau tanya aku kau saja lihat mereka." jawab Melati kesal tidak paham yang di maksud Rey.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status