All Chapters of Chat Mesra Di Nomor Suami: Chapter 21 - Chapter 30
86 Chapters
21. Rencana jahat
Part 21POV Hendi"Manager cabang kantor kita yang baru akan dijabat oleh ...."Aku tercengang melihatnya, saat tiba-tiba Rusdy mengalungkan untaian bunga itu ke leher Jordan Raditya. "Selamat buat bapak Jordan Raditya, bapak resmi menjabat sebagai Manager di kantor ini. Silahkan berikan selamat pada bapak Jordan."Suara MC itu membuatku muak. Ini pasti salah. Tidak mungkin. Jordan adalah bawahanku, mana mungkin dia langsung lompat jabatan jadi manager."Maaf pak, saya tidak terima. Apa alasannya, bukan saya yang terpilih?" protesku hingga mampu meredam suara riuh tamu yang datang.Rusdy tersenyum, lalu mendekat ke arahku. "Maaf Pak Hendi, anda kurang kompeten dalam bekerja," jawab Rusdy santai."Tidak mungkin! Bukankah waktu itu bapak bilang, prestasiku bagus? Aku yakin, pasti ada alasan lainnya!" selaku tak terima."Ya! Tidak mungkin saya berikan jabatan penting ini pada seorang pengkhianat.""Apa maksudmu, Pak? Selama ini saya bekerja dengan sepenuh hati.""Orang yang pernah berk
Read more
22. Dalam bahaya
Part 22[Weekend nanti, harus datang ya, aku ada kejutan untukmu, Mbak]Kejutan? Kejutan apa? Ada-ada saja ini Mas Rusdy.Tak kuhiraukan pesan WA-nya tapi lagi-lagi ia menghubungiku, memastikan agar aku datang ke acara peresmian kantornya. [Iya, nanti saya usahakan datang, Mas] balasku. ***Keesokan harinya, karena ada masalah dengan supplierku, barang yang dikirimkan tidak sesuai dengan datanya, maka dari itu aku akan langsung komplen kesana langsung, awalnya Adit sudah kesana namun tak ada tindak lanjutnya. Mereka seolah menyepelekan gegara yang datang hanya pegawaiku.Dengan mengendarai motor Scoopy-ku membelah jalanan kota. Aku rasa memang lebih nyaman pakai motor, terbebas dari macet. Bisa sesuka hati berhenti.Sampai di pusat toko grosir, banyak orang berlalu lalang. Aku sudah komplen dengan supplierku untuk mengirimkan kembali kekurangannya. Saat melangkah ingin pulang, tiba-tiba, mataku menangkap insiden yang memalukan. Seorang lelaki berpakaian preman hendak merebut tas wa
Read more
23. Dikeroyok
Part 23Tiba-tiba datang beberapa orang berpenampilan layaknya preman. Tanpa kompromi lagi, ia membuka pintu taksi mobil dan dengan kasar menyeretku keluar."Aaaauu ..."Maaf, ini ada apa ya?" tanyaku yang kian terpojok.Mereka semua justru tertawa mengejek."Bener kata si bos, dia cantik. Boleh juga nih kalau digilir," tukas salah seorang pria yang makin mendekat ke arahku. Ia mencengkram kuat tanganku."Tolong lepaskan, saya!" teriakku."Silahkan saja berteriak Nona, tidak akan ada yang menemukanmu disini. Hahhaha," seru pria itu seraya tertawa terbahak-bahak.Jantungku berdegup kian cepat. Rasa takut benar-benar menguasai diri. Aku takut sekali. Ya Allah bagaimana ini? Aku mohon perlindunganmu, Ya Allah ...Sebelah sisi bajuku sudah koyak, karena tingkah kasar preman itu. "Tolooong ..." teriakku berusaha mempertahankan diri. Walaupun tak berarti apa-apa karena tenaga lelaki preman itu lebih besar."Teriak saja Nona, sampai kau habis tenaga! Kalau kamu berontak seperti ini lebih ca
Read more
24. Makin tak dihargai
Part 24"Oh, jadi inget pulang juga?" tukas Kartika dengan nada ketus, saat aku pulang pagi.Aku terdiam, ia masih ngoceh tak jelas."Ketemu gak mantan istrimu itu? Heh, dilihat dari raut wajahmu pasti dia gak ketemu, betul kan? Terus kemana semalaman?" sahutnya lagi."Nginep di rumah ibu.""Oh, ibumu yang benalu itu ya.""Cukup Kartika! Kamu keterlaluan! Jangan hina ibuku!""Lho buktinya memang begitu, kan? Ibumu itu cuma tau meres uang menantunya!"Hampir saja kulayangkan tangan ini untuk menampar pipinya kalau tak mengingat ia sedang mengandung."Kenapa berhenti? Ayo tampar saja! Takut kalau aku laporkan KDRT?""Maaf."Aku melengos berlalu ke dalam lalu segera mengambil air minum. Cukup lama menenangkan hati, akhirnya aku bisa sedikit lebih tenang. Kulihat Kartika masih santai saja berbaring di ranjangnya sembari memainkan handphone."Kamu gak masak buat sarapan?" tanyaku.Ia diam saja pura-pura tak mendengar ucapanku, netranya fokus pada layar benda pipih itu. Sepertinya percuma s
Read more
25. Masalah lain yang membelit
Part 25Kartika justru memandangku dengan tatapan sinis. "Menyesal aku menikah denganmu, Mas!"Bagai disambar petir saat ia bilang menyesal menikah denganku. Jadi selama ini dia tak benar-benar mencintaiku? Dia hanya memanfaatkan kebodohanku saja?"Apa kau sadar, apa yang kau ucapkan Kartika?""Ya! Aku sangat sadar. Kamu hanya lelaki kere yang gak punya pekerjaan! Dulu memang sih aku jatuh cinta padamu, tapi rasanya sia-sia setelah kehidupan pernikahanku denganmu seperti ini! Menyedihkan! Aku bahkan tak punya tabungan sepeserpun darimu! Kamu itu lelaki payah!""Cukup, Kartika!!""Kenapa?! Itu memang benar adanya! Kamu tuh gak punya harga diri! Harga dirimu cuma sebesar ini ya, hah?! Kamu dengar ini mas, kamu hanya lelaki pecundang! Bahkan untuk menghidupi diri sendiri pun tak bisa! Bagaimana menghidupiku? Aku butuh uang, aku butuh baju-baju. Aku butuh make up, aku butuh perhiasan. Terus bagaimana dengan anak ini nanti, kalau pekerjaanmu cuma kuli panggul?""Terus kau mau apa? Sementar
Read more
26. Kebakaran di kantor Rusdy
Part 26"Begini Nak, kedatangan kami kesini karena ingin melamarmu. Kami sudah tahu semua tentangmu, dan kami mantap ingin menjadikanmu sebagai menantu di keluarga kami, sebagai istri Rusdy. Perasaan Rusdy juga sudah mantap pada pilihannya. Kira-kira bagaimana jawabanmu? Jawab sesuai hatimu saja, jangan merasa tak enak pada kami ..."Reina tertunduk malu, ketika Pak Hadiyan mengatakan hal itu. Jadi mereka melamarku? Tapi kan aku belum lama bercerai, masa ... Batin Reina mulai bertanya-tanya dalam kebimbangan.Reina melirik Rusdy yang juga tengah memandangnya. Tatapan mereka bersirobok selama beberapa detik. Wanita itu memalingkan pandangannya lalu menatap wajah teduh Bu Hadiyan yang juga tengah menanti jawabannya."Beri saya waktu untuk berpikir dulu, Pak, Bu. Perceraian waktu itu membuatku tak bisa gegabah mengambil keputusan. Saya tidak ingin hancur untuk kedua kalinya," jawab Reina."Baiklah, kami mengerti perasaanmu, Nak. Kapan kau akan memberikan kami jawaban, Nak? Sebulan dua
Read more
27. Ayo kita rujuk!
Part 27POV HendiSebuah panggilan dari nomor Freya.[Halo ada apa, Fre?][Ini ibu][Ada apa, Bu?][Hen, cepat pulang. Freya, Hen ...][Freya kenapa?][Cepat pulang saja, Hen. Ibu tidak bisa menjelaskan di telepon]Mendengar ucapan ibu yang terdengar panik, aku segera berpamitan pada juragan dan bergegas pulang.Sekejap saja aku sudah sampai di rumah. Ibu masih menangis histeris, sedangkan para warga berusaha membangunkan Freya. Darah berceceran di lantai."Ini kenapa dengan Freya, Bu. Ayo Bu, langsung bawa ke rumah sakit.""Ibu gak tau, Nak."Aku segera meminjam mobil siaga desa, lalu membawa Freya ke rumah sakit terdekat."Bu, kenapa gak langsung bawa Freya ke Rumah Sakit sih, Bu?""Ibu bingung Hendi, ibu gak punya uang. Ibu malu pinjam ke tetangga, utang ibu udah numpuk," sahut ibu sambil terisak.Kepalaku mendadak pening, benar juga kami udah gak punya uang sepeserpun.Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung dibawa masuk ke UGD dan ditangani para medis.Satu fakta yang membuatk
Read more
28. Pekerjaan baru
Part 28POV Hendi"Mas, apa aku terlihat berbohong?" tanya Kartika, netranya terus memandangku tanpa henti.Ah, entahlah ... Besok akan kuikuti kemana kamu pergi. Aku butuh kejelasan. Sepertinya kamu memang sudah mahir berbohong."Penampilanmu kusut sekali, mandi dulu gih biar seger," tukas Kartika kembali. "Mau aku siapkan air hangat?""Tidak usah, aku bisa sendiri," jawabku sedikit ketus."Kok kamu bicaranya ketus gitu sih, Mas? Kamu masih marah sama aku? Aku minta maaf, Mas.""Bukan itu.""Terus?""Freya masuk rumah sakit, tadi aku pinjam uangnya Reina.""Apa?""Ya mau gimana lagi, aku gak punya uang sebanyak itu untuk bayar biaya perawatannya.""Ya sudah, kamu mandi dulu. Aku siapin makanan. Kamu belum makan kan, Mas?"Aku menggeleng. Tumben Kartika perhatian, apakah dia menyembunyikan sesuatu?Gegas membasuh diri dengan guyuran air untuk menghilangkan rasa penat, gerah dan keringat.Benar saja, selesai mandi kulihat Kartika sudah menyiapkan makanan. Dia yang biasanya acuh mendada
Read more
29. Siapa mereka?
Part 29Sejak lamaran Mas Rusdy tempo hari membuatku tak bisa tidur dengan benar. Aku selalu memikirkannya. Pantaskah orang biasa seperti aku bersanding dengan seorang pengusaha muda yang hebat? Sekarang, bila mengingatnya saja hatiku berdebar-debar tak karuan. Ah, sebenarnya ada apa ini? Ini pasti karena mereka orang baik, makanya aku merasa nyaman dekat dengan keluarga Pak Hadiyan, apalagi beliau adalah sahabat ayah.Semenjak hari itu, Mas Rusdy seringkali mengirim chat WA, berisi tentang perhatiannya yang sederhana. Sudah makan belum, sudah sholat belum, serta ucapan selamat pagi, selamat beraktifitas atau bahkan selamat malam, selamat tidur, mimpi yang indah. Pesan-pesan itu selalu disertai emoticon smile, love dan yang lainnya membuat hatiku makin berdebar-debar.Pukul sembilan malam, aku baru saja merebahkan diri diatas springbed. Suara dering telepon mengejutkanku. Malam-malam begini siapa yang telepon ya?Kutatap layar benda pipih itu, sebuah panggilan dari Bu Hadiyan."Hallo
Read more
30. Tak pernah bosan mengajakmu menikah
Part 30"Mas, ada apa ini? Kamu tahu mereka?"Mas Rusdy terdiam, sepertinya enggan untuk menjawab apapun. Lelaki itu mengeluarkan handphone dari saku kemejanya, dan mengetik sesuatu disana. Aku baru melihatnya, wajahnya tampak begitu serius.[Hallo Dan, segera kesini ya, bawa orang-orangmu. Aku dikepung]Singkat dan jelas, ia menyuruh orang yang dipanggil 'Dan' diujung telepon."Maaf Mbak Reina. Ini semua salahku, kamu jadi ikut terkena masalah. Tapi jangan khawatir ya, anak buahku akan segera kesini," ucap Mas Rusdy menenangkan."Kamu punya musuh, Mas?" tanyaku lagi. Lelaki itu menghela nafas dalam-dalam."Musuh dalam bisnis itu sudah biasa kan? Cuma aku tak habis pikir mereka bergerak secepat ini," sahutnya lagi. Jantungku mulai berdebar karena takut."Memangnya apa yang kau lakukan, Mas?" tanyaku dengan nada gemetar. Aku penasaran kenapa bisa Mas Rusdy punya musuh, bukankah dia orang yang baik?"Tidak ada. Ini pasti mereka tidak terima karena aku kembali memenangkan tender. Tenangl
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status