All Chapters of Pendekar Tangan Iblis : Chapter 51 - Chapter 60
112 Chapters
Arya Santanu Menggila!
Embusan angin di sekitar pantai menjadi begitu cepat. Mereka mengelilingi tubuh Arya Santanu bagaikan perisai yang melindunginya. Pancaran energi milik Asura yang berwarna merah tua bercampur dengan energi berwarna putih milik Aji Sangkala. Semuanya beresonansi dengan energi biru milik Arya Santanu itu sendiri. "Zirah iblis api biru!" Arya Santanu menggunakan gabungan kekuatan keduanya dan menciptakan zirah baru. Kali ini, zirah tersebut tidak berbentuk seperti zirah perang. Bentuk dari zirah tersebut justru seperti setelan pakaian seorang Petapa yang terbuat dari api biru seutuhnya. Kilatan petir biru pun terlihat menyelimuti tubuh Arya Santanu. Teknik zirah iblis api biru merupakan tingkat kedua dari zirah iblis api merah. "Mau kau menggunakan kekuatan yang begitu besar pun, kau tetaplah petani biasa yang bahkan tidak akan mampu untuk mengendalikan kekuatan itu!" Hirayaksa merasa besar kepala dengan ocehannya."Kalau begitu, aku bisa mengamuk dan menggila dengan leluasa, bukan?"
Read more
Yakin Bisa Membunuhku?
Hirayaksa tidak bisa bergerak dan melepaskan diri dari pedang api biru. Akhirnya ia memilih untuk menggunakan wujud aslinya yang ia sembunyikan selama seratus tahun. Tanpa tubuh inang, Hirayaksa tidak bisa melawan Arya Santanu dengan leluasa. Namun ia bisa melakukannya dengan menggunakan wujud aslinya. "Kau akan mati sebentar lagi. Aku pastikan itu." Hirayaksa tersenyum saat wajahnya tertunduk. Tapi ketika seorang iblis menggunakan wujud aslinya, maka bila ia mati, iblis tersebut akan musnah seutuhnya. Artinya, keabadiannya akan lenyap. "Benarkah? Kalau begitu buktikan ucapanmu." Arya Santanu menatap Hirayaksa.Tanpa basa-basi, Hirayaksa memegang pedang api biru yang menusuk tubuhnya. Ia mengeluarkan pancaran energi maha dahsyat yang membuat lautan seketika berontak. Gelombang besar tercipta begitu cepat dan tekanan udara kian menusuk. Kumpulan awan berarak di langit dan menjadi kumpulan awan hitam yang diselimuti oleh kilatan petir yang bergemuruh. Arya Santanu tidak menyangka bi
Read more
Sebuah Awal Dari Perang Besar
Hirayaksa merasa sangat kesal. Ia bangkit dan berdiri kembali. Dengan regenerasi diri yang begitu cepat, ia memulihkan tubuhnya yang terbelah karena tebasan pedang milik Arya Santanu dengan sangat cepat. Hirayaksa langsung mengubah kulit abu-abunya sekeras logam hitam. Saat ini, sekujur tubuhnya menjadi hitam pekat.Pedang logam hitam yang ia genggam di tangan kirinya mengeluarkan kepulan asap hitam tepat di ujung pedangnya. Kedua warna netra mata Hirayaksa juga berubah menjadi merah tua. Di sekujur tubuhnya terlihat kepulan asap hitam berembus tipis dari sela-sela kulit. "Kau ingin mati rupanya. Berani sekali mempermainkan dan mempermalukanku." Dengan cepat Hirayaksa menghilang dari tempatnya. Ia muncul tepat di belakang Arya Santanu. Hirayaksa menciptakan tombak hitam dan menusuk punggung si petani itu. JLEB!!!"Jangan menganggap kau adalah dewa! Kau tidak lebih dari manusia busuk yang berusaha untuk melampaui manusia lainnya!" Hirayaksa mengubah tubuh Arya Santanu menjadi logam
Read more
Alam Bawah Sadar Arya Santanu
"Kau mengenalnya?" Ki Janggan Nayantaka bertanya ke Dewi Sari Kencana."Pangeran Adityawarman adalah anak bungsu dari raja Swarnabhumi. Ia adalah teman masa kecilku." Dewi Sari Kencana tersenyum ke arah Adityawarman.Ki Janggan Nayantaka merasa ada yang aneh dengan gelagat dari sang pangeran. Raut wajahnya berseri ketika Dewi Sari Kencana menyapanya. Bukan hanya itu, senyuman tipis terlihat dari bibirnya. Tanpa sadar, Ki Janggan Nayantaka seperti merasakan benih-benih asmara diantara keduanya. "Dewi, dari mana saja kau? Sudah sekitar sebulan kau tidak pulang ke Swarnabhumi." Adityawarman merasa cemas. Ia memegang kedua pundak wanita itu dan memperhatikan rasa malu Dewi Sari Kencana yang terus saja menunduk."Ada hal yang harus aku urus di Swarnadwipa. Maaf, tapi apa kita bisa menguburkan temanku terlebih dahulu?" Dewi Sari Kencana memohon. "Baiklah, mari kita makamkan dirinya." Adityawarman memberi perintah kepada prajuritnya untuk ikut serta membantu Joko Bedul dan Ki Janggan Nayan
Read more
Arya Santanu; Pangeran Yang Terlupakan
"Apakah orang tua dari Raka Caraka tahu siapa Arya Santanu? Atau mereka hanya tahu ada anak yang terdampar di pantai saja?" Aji Sangkala bertanya kembali ke Eyang Sinto Aji."Di saat tubuh Arya Santanu terdampar di pantai. Ia mengenakan pakaian kerajaan dari Swarnadwipa. Ada mahkota yang ia genggam terus di tangan kirinya hingga membuat tangannya lecet." Eyang Sinto Aji menoleh ke arah sukma Aji Sangkala.Mendengar perkataan Eyang Sinto Aji, Adityawarman mulai menemukan titik terang. Ia benar-benar yakin bila Arya Santanu adalah kakaknya yang hilang. "Apa itu benar?! Ia mengenakan pakaian kerajaan Swarnadwipa? Dan ada mahkotanya juga?" Adityawarman begitu bersemangat."Sayangnya, saat ditanya oleh penduduk yang menemukannya, bocah itu tidak mengenal siapa dirinya. Ia lupa akan jati dirinya. Alhasil, ia diberi nama baru sebagai Arya Santanu." Eyang Sinto Aji menjelaskan kembali. "Artinya ada sesuatu hal yang membuat ia terombang-ambing di lautan atau ia melarikan diri dari kapal yang
Read more
Menuju Ke Kerajaan Swarnabhumi
Energi yang dipancarkan oleh Arya Santanu kian meredup. Aji Sangkala dan pangeran Adityawarman telah kembali dari alam bawah sadar milik Arya Santanu. Adityawarman langsung tersentak mundur dengan perasaan tidak percaya. Ia seakan senang, namun juga sedih saat menemukan keadaan kakaknya yang mengalami jalan hidup seperti itu. Mahkota yang tercipta dari energi milik Arya Santanu pun berangsur hilang. Sukma Aji Sangkala bersama Asura menahan tubuh pemuda itu agar tidak jatuh ke belakang. Pandangan dari Arya Santanu masih terlihat bergoyang, ia berusaha menahan tubuhnya sendiri dengan menjaga keseimbangan kakinya. "Apa kau sudah sadar sepenuhnya?" Sukma Aji Sangkala bertanya."Arya, kau baik-baik saja?" Asura begitu khawatir dengan temannya.Kedua netra Arya Santanu mengarah ke Ki Janggan Nayantaka. Pemuda itu menundukkan kepalanya dan merasa bimbang untuk bertanya. Di dalam dadanya terbenak beberapa pertanyaan dan rasa kesal. Ia tidak tahu mana yang harus ia lampiaskan terlebih dahulu
Read more
Bangkitnya Aji Sangkala
Sukma Aji Sangkala meneteskan darah milik Arya Santanu ke jasadnya yang telah menjadi tulang belulang. Ki Janggan Nayantaka pun menggoreskan tangannya dan meneteskan darahnya ke tulang belulang itu. Setelah keduanya selesai. Ki Janggan Nayantaka menghentakkan tongkat miliknya. Ia berdoa memanggil jiwa dari Aji Sangkala untuk datang kembali ke dunia. "Kuharap cara ini akan berhasil. Aku juga akan ikut menjadi bagian dari diriku yang akan bangkit nanti." Sukma Aji Sangkala bersiap mengorbankan dirinya untuk membuka jalan jiwa aslinya kembali ke jasad yang telah menjadi tulang."Pergilah, bila kita berhasil, aku akan menemuimu lagi dalam keadaan hidup." Ki Janggan Nayantaka tersenyum. Sukma Aji Sangkala berkonsentrasi dengan mengubah bentuk dirinya menjadi sebuah bola energi. Perlahan-lahan tubuh gaibnya berubah menjadi asap putih yang menggumpal dan membentuk sebuah bola. Di lain tempat, Asura yang merupakan mantan dari pemimpin dunia bawah merasakan langit mulai berubah. Tiba-tiba a
Read more
Makam Sang Ibu Ratu
Setelah melewati satu malam yang panjang karena badai yang menerjang dari arah lautan, rombongan Arya Santanu akhirnya sampai di gerbang emas kerajaan Swarnabhumi. Kemegahan kerajaan utama dan terbesar di daratan Swarnadwipa begitu mengagumkan. Dinding raksasa setinggi tiga puluh meter dengan ketebalan delapan meter berlapiskan kerangka besi dan di oleskan lapisan emas murni menambah kesan megah dan elegan. Asura dan Arya Santanu yang baru pertama kali melihatnya begitu tercengang dengan bentuk dari kerajaan Swarnabhumi. "Kerajaan ini diapit oleh tebing batu yang begitu tinggi. Apa ini ibukota kerajaannya?" Arya Santanu bertanya."Benar sekali. Kerajaan Swarnabhumi sengaja didirikan di area tebing batu untuk membuat benteng alam yang bisa dimanfaatkan saat penyerangan atau perang terjadi. Ada beberapa jalan rahasia di belakang tebing batu, mulai dari gang kecil antara bebatuan, dan jalan bawah tanah yang digali menuju ke arah utara, barat dan timur. Konsep bentuk dan bangunan keraja
Read more
Ia Adalah Anakku?
Adityawarman membawa mereka semua ke istana emas di atas tebing tepat di atas ibukota Swarnabhumi. Untuk naik ke sana, jalan landai dan ratusan anak tangga dibuat untuk pejalan kaki dan akses kereta kuda. Istana emas dibangun dari teknik membangun bangunan yang sama seperti membangun dinding besar emas. Lapisan emas yang terkena sinar matahari memantulkan bias cahaya yang menyilaukan. Terlihat jelas betapa megah dan mewahnya istana tersebut. Istana emas berdiri di tengah-tengah, di depannya terdapat taman dan jalan yang dikelilingi oleh pagar batu pembatas tebing. Di bagian belakang terdapat akses ke tangga dan jalanan landai menuju ke pemukiman di bawah tebing. Dan ada beberapa kediaman pejabat kerajaan yang tersebar di komplek istana. "Sungguh luar biasa. Aku sangat terpesona dengan keindahan istana emas ini." Aji Sangkala tersenyum memandangi istana Swarnabhumi."Cih, ini hanya emas. Istanaku di neraka jauh lebih besar dan megah." Asura meledek. "Tidak ada yang mau tinggal di is
Read more
Bersiap Menuju Perang Besar
"Itu adalah kutipan dari perkataanmu saat aku berumur delapan tahun. Saat itu kita berdiri di halaman depan istana sambil menoleh ke arah pemukiman di bawah tebing ini. Wajahmu begitu bersinar saat diterpa bias cahaya dari matahari senja. Bagaimana menurutmu, ayahanda? Apa bukti itu cukup untuk membuatmu yakin bila aku adalah anakmu?" Arya Santanu menatap kedua mata raja Swarnabhumi.Raja Swarnabhumi tidak bisa berkata apa pun lagi. Ucapan yang ia ucapkan ke anak sulungnya kala itu adalah ingatan kecilnya yang membuat dirinya sangat merindukan sosok Satrio Wijayaningrat. Setiap sebelum tidur air matanya menetes hanya untuk mengingat momen tersebut. Ingatan itu yang membuatnya terus mengingat sosok putra sulungnya. "Perkataan itu adalah ucapanku ketika aku dan anakku hanya berdua saja ketika melihat senja datang. Tidak ada siapa pun di sana. Jadi, hanya aku yang bisa mengatakan apakah ucapanmu benar atau tidak." Raja Swarnabhumi akhirnya membuka mulutnya. "Lalu, apa perkataan dari Ar
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status