Semua Bab Legenda Penguasa Takdir Surga: Bab 111 - Bab 120
169 Bab
109. Ancaman Perampokan
Xiao Chen tetap di kamarnya, menunggu pelayan dari Ras Goblin untuk mengiriminya apa yang dia beli. Xiao Chen juga telah menyiapkan kristal rohnya.Tak lama, Ru Nan tiba dengan seorang pelayan dan menyerahkan, Batu Giok Hitam, Air Daun Kehidupan dan Pedang Penakhluk Naga padanya. Tak lupa, Ru Nan juga memberikan gulungan peta yang diminta Xiao Chen sebelumnya secara gratis.“Selamat, Tuan Muda Xiao Chen, karena telah mendapatkan begitu banyak harta langka,” kata Ru Nan dengan sungguh-sungguh.“Jangan mengucapkan selamat padaku begitu cepat. Serahkan kristal roh dari Cairan Kehidupan Bintang dan pertukaran dari kristal bintang terlebih dahulu. Kalau tidak, aku tidak akan punya cukup uang untuk membayarmu,” kata Xiao Chen dengan senyum tak berdaya.“Jangan khawatir. Saya membawa semuanya di sini. Anda hanya perlu memeriksa jumlahnya. Juga, balai lelang akan menagih anda 2 persen untuk keuntungan anda. Anda harus membayarnya secara terpisah,” kata Ru Nan menjelaskan.“Tidak masalah. Mari
Baca selengkapnya
110. Pertarungan Tidak Seimbang
Alih-alih pergi, Xiao Chen justru menonton pertempuran ini dalam persembunyian tidak jauh. Dia tidak terburu-buru untuk pergi. Lagipula, dia juga sedang menunggu Zha Shu kembali dari urusannya. Keduanya berpisah saat keluar dari aula lelang.Bagi Xiao Chen, mengamati pertempuran ini bermanfaat untuk dirinya, karena akan menambah wawasannya tentang kemampuan berbagai ras. Xiao Chen juga mencoba mencari cara untuk membantu Banteng Merah itu melarikan diri.Grooar!Dalam keputusasaannya, Banteng Merah itu melepaskan serangan suara yang menakutkan, menyebabkan sekelilingnya bergetar saat serangan suara itu mencapai kedua lawannya.Banteng Merah itu berpikir bahwa serangan itu akan berhasil dan menciptakan celah baginya untuk melarikan diri. Namun, para ahli Ras Sayap Hitam bertindak seolah-olah mereka sama sekali tidak terpengaruh. Mereka terus menyerangnya dengan kejam.Bang! Bang! Bang!Banteng Merah itu sekali lagi ditempatkan dalam posisi yang kurang menguntungkan. Dia merasa semakin
Baca selengkapnya
111. Seorang Pahlawan?
Pada sisa-sisa energinya, Banteng Merah itu mengabaikan Hu Lunmei yang sudah jatuh dibawah tawanan ahli Ras Sayap Hitam. Dia tidak punya cara untuk menyelamatkannya. Dia hanya bisa menyelamatkannya jika dia bisa keluar dari situasi ini dan memberitahu Ras Rubah Putih atas apa yang terjadi pada tuan putri mereka.Banteng Merah itu akhirnya bertarung dengan segenap kekuatannya yang tersisa sambil melarikan diri menuju hutan yang mengarah ke Pegunungan Seratus Binatang, tetapi dia sudah mencapai batasnya. Jika ini terus berlanjut, dia pasti akan mati sebelum bisa pergi jauh.“Brengsek! Jangan paksa aku atau aku akan benar-benar akan membawamu mati bersamaku!” ancam Banteng Merah itu dengan gugup.Bang! Bang! Bang!Kedua ahli Sayap Hitam itu tidak mengatakan apa-apa dan terus menyerang tanpa henti, meninggalkan banyak luka di tubuh Banteng Merah itu.Banteng Merah itu benar-benar tidak berdaya. Bahkan jika dia mengkonsumsi Cairan Kehidupan Bintang sekarang, dia tidak akan bisa membalikkan
Baca selengkapnya
112. Kawan Baru
Setelah waktu yang tidak diketahui berlalu, Banteng Merah itu menyerbu ke dalam hutan dan menarik auranya. Dia juga kembali ke bentuk manusianya dan mengkonsumsi herbal tertentu untuk memulihkan luka-lukanya.Banteng Merah itu merasa telah lolos dari bahaya yang mengancamnya. Karena dia tidak bisa merasakan ada orang yang mengejarnya, dia akhirnya bisa mengambil napas.Tepat ketika dia akan memasuki meditasinya, sebuah suara terdengar dari belakang, “Hei, bukankah agak tidak pantas bagimu untuk meninggalkan penyelamatmu seperti ini, kan?”“S-siapa k-kau?” Banteng Merah itu tersentak dan hampir jatuh ke tanah karena ketakutan.Banteng Merah itu merasa yakin bahwa orang yang telah menyelamatkannya sebelumnya terlalu kuat. Jika orang itu benar-benar ingin menyerangnya, dirinya akan mati sekarang.“Aku baru saja membantumu dan kau bertanya siapa aku?” jawab Xiao Chen sambil memutar matanya.Banteng Merah itu menelan ludah dan berkata, “Pa-pahlawanku, apa yang engkau inginkan? Jika menging
Baca selengkapnya
113. Keledai dan Kuda
Xiao Chen bisa mendengar suara pekikan keledai itu, tetapi yang membuatnya heran adalah suara derap kaki kuda. Selama ini, Xiao Chen sama sekali tidak pernah melihat langkah kaki keledai dapat menghasilkan derap seperti itu.“Apakah itu Zha Shu? Atau apakah itu orang lain yang sedang menunggang kuda dan kebetulan memiliki seekor keledai juga?” Xiao Chen bertanya-tanya pada dirinya sendiri saat dia bersikap waspada dan menyebarkan inderanya ke segala arah untuk mendeteksi kemungkinan serangan mendadak.Ketika inderanya menangkap adanya pergerakan tidak terlalu jauh, Xiao Chen bisa melihat seekor keledai sedang berlari di belakang seekor kuda yang membawa seseorang di punggungnya. Itu sangat aneh karena sepertinya orang itu sedang dalam keadaan tak sadarkan diri.“Apa yang terjadi dengan mereka?” tanya Xiao Chen tampak keheranan. Tapi tepat ketika dia akan menyudahi pemindaiannya, dia merasakan ada sekelompok yang mengejar mereka tidak terlalu jauh.“Mereka?” Xiao Chen terkejut. Itu kar
Baca selengkapnya
114. Pengakuan yang Menyakitkan
Ye Hou adalah pemimpin muda Ras Banteng Merah, dia memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam beberapa aspek termasuk keberadaan berbagai ras yang ada. Jadi, tidak mengherankan jika dia mengetahui asal kuda hitam itu dari ciri fisik dan beberapa ciri lain yang seharusnya tidak dimiliki oleh kuda biasa.Kuda Naga sendiri merupakan spesies kuda paling unggul yang berada di puncak segala jenis kuda. Namun, sejak zaman kuno, Kuda Naga diketahui telah punah. Jadi, sangat mengherankan jika masih akan ditemui salah satunya di tempat seperti ini.Dan walau ciri fisik Kuda Naga agak berbeda dari kuda biasa, tetapi penampilan kuda hitam ini terlihat hampir sama saja dengan kuda lainnya. Yang membedakannya hanya warna kulitnya yang agak lebih gelap dengan ekor yang lebih panjang. Selain itu, kedua matanya agak lebih besar dan lebih hitam dari kuda biasa lain jika diperhatikan lebih baik.Ye Hou telah lama mengetahui tentang asal-usul dari Kuda Naga dari leluhur Ras Banteng Merah. Itu berasal dari l
Baca selengkapnya
115. Hutan Rubah Suci
Xiao Chen dan lainnya memasuki sebuah pegunungan yang benar-benar berbeda dari yang pernah dia masuki sebelumnya. Dengan kuda hitam itu sebagai penunjuk jalan, mereka berjalan dengan langkah ringan tetapi masih penuh kehati-hatian.Di sepanjang mata memandang, rerumputan dan pepohonan tumbuh subur. Pekikan burung, auman binatang dan berisiknya serangga terus-menerus terdengar.Jika dilihat dari peta, ini merupakan hutan pegunungan yang berbatasan langsung dengan Pegunungan Seratus Binatang sekitar sepuluh mil dari garis batas. Bagi mereka yang akrab dengan tempat ini, pegunungan ini dikenal sebagai Hutan Rubah Suci.Tempat ini bukanlah satu-satunya lokasi keberadaan suatu entitas. Masih ada banyak lokasi serupa di berbagai bagian tetapi milik ras lain. Markas Ras Banteng Merah sebenarnya agak dekat dengan Hutan Rubah Suci ini, tetapi karena dipisahkan oleh dua lembah pegunungan, membuat kedua tempat ini memiliki akses yang lebih jauh melalui jalur darat.Ada juga beberapa pemukiman mil
Baca selengkapnya
116. Puncak Suci
Jalan menuju puncak suci sangat tidak biasa. Itu sebenarnya dibangun dari batu alam yang memiliki kepadatan energi tinggi. Hanya saja batu-batu ini tidak terlalu berdampak signifikan bagi kultivasi manusia.Jalan setapak itu memancarkan aura kuno yang membuat siapapun yang melaluinya akan merasa seperti berjalan di tengah energi yang padat dan menenangkan. Pemandangan di sekitar jalan setapak juga sangat menawan dengan berbagai bunga berwarna-warni yang tumbuh subur.“Sebenarnya, seperti apa tempat di atas sana?” tanya Xiao Chen penasaran, tapi dia juga sedikit merasa takjub dengan jalan yang dilaluinya.“Kau akan segera mengetahuinya. Itu bukanlah tempat yang bisa dikunjungi sembarang orang. Faktanya, tidak pernah ada manusia yang berkunjung ke sana,” jawab kuda hitam itu singkat.Sepanjang jalan ke sini, Zha Shu lebih banyak diam. Dia masih patah hati dengan fakta bahwa dirinya hanya digunakan sebagai alat oleh kuda hitam itu. Ye Hou berulang kali menghiburnya dengan menunjukkam bet
Baca selengkapnya
117. Ratu Rubah
Ketika pintu itu dibuka, terlihatlah pemandangan yang tidak pernah dipikirkan Xiao Chen sebelumnya. Ruangan bangunan itu tidak terlalu luas, tetapi segala hal ada di dalamnya.Mulai dari pilar-pilar batu setinggi satu meter yang berjejer rapi dan di setiap ujung pilar terdapat sebuah cawan yang berisi cairan aneh. Banyak lukisan juga terpajang di dinding dengan berbagai motif dan ukuran. Anehnya, lukisan-lukisan itu tidak bergambar jelas, itu seperti hanya gambar pemandangan sebuah pegunungan, letak suatu kota, dan bahkan ada gambar yang hanya menampilkan sebuah tanah kosong.Tak cukup itu saja, di ujung ruangan terdapat sebuah patung manusia yang berada di tengah lengkap dengan memegang sebuah pedang, di bahu patung itu seekor rubah kecil dengan bulu seputih salju sedang meringkuk.Secara keseluruhan, Xiao Chen kehabisan kata-kata ketika melihat semua ini. Namun dia lebih merasa aneh karena tidak ada seorang pun di sana yang bisa dia temui.“Di manakah pemilik suara barusan?” tanya X
Baca selengkapnya
118. Patung Kuno
Serangan yang dinantikan tak kunjung datang, justru Xiao Chen merasa tubuhnya begitu dingin. Pada saat ini akal sehatnya kembali dan dia segera membuka matanya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.“Apa yang terjadi?” Xiao Chen kebingungan menyadari sekelilingnya.Bukan hanya Ratu Rubah tidak melakukan apa-apa, tetapi Ratu Rubah telah duduk kembali di singgasananya sembari memangku pipinya dengan sebelah tangan. Memperhatikan Xiao Chen dengan mempertahankan senyumnya yang menawan.“Apa yang sedang kau tunggu, anak kecil?” tanya Ratu Rubah sambil terkikik.Xiao Chen tersentak sebelum wajahnya berubah malu-malu. Dia merasa benar-benar ingin berlari dan membenturkan kepalanya ke batu. Xiao Chen lupa bahwa rubah memiliki kemampuan pesona yang bisa membuat semua orang yang terkena bisa jatuh dalam tipu daya.Dengan senyum malu-malu, Xiao Chen berkata, “Tidak ada. Aku hanya sedikit kurang enak badan.”“Haha, kau sangat lucu,” sahut Ratu Rubah sambil tertawa. Kemudian melanjutkan, “Kau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status