All Chapters of Titipan Cinta Bentara: Chapter 61 - Chapter 70
100 Chapters
Perempuan Itu Gengsi Bahkan Pada Dirinya Sendiri
Hari itu mereka semua bangun dengan wajah yang menahan tawa. Tawa sedih tentunya, bagaimana tidak, kerja keras mereka kemarin harus sia-sia saja. Hujan semalam membawa lelongsoran lumpur kembali menutupi aliran irigasi. Sebenarnya hal itu mungkin tidak akan terjadi jika kemarin mereka menyelsaikan pekerjaan itu sebelum hujan mengguyur. Tetapi mereka hanya tetamu yang harus menghormati tuan rumah. Kata-kata sepepuh desa kembali terulang di kepala Baham lalu dia tersenyum getir.“Jadi gimana nih ketua?” Tanya Adrian pada Baham.Baham menelan ludah lalu melirik ke arah Jul.“Sepertinya kamu memang harus merebut Bu Marta, Jul.” Seloroh Baham.Mereka semua tertawa, Lara seperti digeletik perutnya saat membayangkan apa jadinya jika Jul benar-benar merebut Bu Marta dari Pak Sepuh.Tak lama kemudian Bu Marta naik ke lantai atas. Sepuluh mahasiswa yang sebagiannya masih tertawa itu sontak terperanjat. Mereka perlahan menghentikan tawanya dengan paksa, Lara menoleh ke arah Jul, wajah pemud
Read more
Aku Bakalan Jagain Kamu
“Aku tahu kok kalian semua belum mandi, kan?” Ucap Baham.Pemuda itu kembali menarik tangan Aniya yang menudian juga diceburkan ke dalam sungai menyusul Bila yang teriak-teriak di dalam air.“Ayo, Ra. Nyebur juga?” Ajak Aulia pada Lara.“Hah?” Lara keheranan dan sempat tak percaya dengan apa yang didengarnya. Mana mungkin Aulia mau menyeburkan diri ke sungai di pagi yang dinginnya nyaris membuat manusia membeku itu.“Ayo kita nyebur juga, ngerain ini.” Ulang Aulia.“Ih, enggak-enggak ah. Gila dingin gini.” Tolak Lara.“Ya udah kalo gitu, aku sama Rachel mau nyebur.” Ucap Aulia.“Ih enggak-enggak!” Ternyata Rachel pun menolaknya.“Ayolah Chel.” Bujuk Aulia. “Toh kita juga belum mandi ini.” Lanjutnya.“Hmm ….” Rachel terlihat menimbang sejenak. “Iya deh, udah mulai siang juga kayaknya udah nggak terlalu dingin.” Lanjutnya lalu mereka berdua kemudian beranjak menuju ke tepi sungai itu. “Eh tunggu. Aku juga mau ikut.” Pekik Catherine yang menyusul dari belakang.Mereka bertiga bergabung
Read more
Dia Masih Terindikasi Laki-laki Baik
Lara tidak terlalu menggubris pembicaraan antara teman-temannya itu karena Lara memiliki rencana yang sengaja ingin dilakukan agar Catherine dan Bila berhenti cemburu padanya. Lara ingin menegaskan secara terseirat bahwa dirinya tidak memilki perasaan apapun terhadap Bentara dan tidak mungkin dirinya dan Bentara menjalin suatu hubungan. Lara berusaha menghubungi Mas Gala dan kali ini jika telepon itu benar-benar diangkat, Lara tidak akan menjauh dari teman-temannya saat mengobrol dengan Mas Gala seperti yang dia lakukan sebelumnya. Semua itu dilakukan agar Catherine dan Bila tahu bahwa Lara memilki kekasih dan Lara akan menunjukkan bahwa Lara menyanyangi kekasihnya itu. Meski ini sedikit memalukan dan Lara geli membayangkannya, tetapi ini harus dilakukan agar hubungannya dengan teman-temannya tetap baik-baik saja.Gadis itu meraih ponselnya, mencari kontak Mas Gala dan saat dia menyentuh nama itu, sederet pesannya dari dua hari yang lalu tak kunjung mendapatkan balasan. Hati Lara mema
Read more
By
Tak ada satupun ponsel dari ketiga pemuda itu yang dikenali oleh Lara. Wajar saja, selama ini Lara sangat jarang berkumpul dengan teman-teman prianya itu. Lara menekan tombol on untuk yang pertama pada ponsel yang berada di paling pinggir. Terlihat ponsel itu belum terisi bahkan seperempat persen. Lara kemudan mlengkah ke ponsel berikutnya, dia kembali menekan tombol on dan ponsel itu lebih parah dari ponsel sebelumnya. Lara melangkah ke ponsel ketiga, itu adalah ponsel yang paling lumayan dibandingkan dua ponsel berikutnya, namun Lara tak mungkin menjabutnya karena ponsel itu baru terisi setengah.“Huuufftt.” Lara menghela napas panjang, “Ini nih oleh-olehnya kalau orang kerjanya mabar sampai pagi.” Gerutunya.Lara kemudian melangkah ke ponsel keempat yang menjadi ponsel terakhir untuk dicek. Saat dia menekan tombol on. Layar pada ponsel tersebut langsung menampakkan deretan pesan masuk dari seseorang dengan nama kontak “By”, baru namanya saja yang dibaca oleh Lara, dia langsung paha
Read more
Perempuan yang Tak Bisa Membedakan Antara Membahagiakan dan Menyedihkan
Suara tawa para lelaki itu saling bersahutan di luar, seiring dengan langkah kaki mereka yang saling beradu cepat menaiki anak tangga. Bersamaan dengan itu Bila ke luar dari kamar para gadis, saat dia berpapasan dengan para lelaki, Bila sama sekali tak menoleh ke arah mereka, padahal biasanya Bila sangat akrab dengan ke empat pemuda itu.“Eh, mau ke mana Bil, nyelonong aja.” Tanya Bentara.Tak ada jawaban, Bila meneruskan langkahnya dengan wajah tertekuk.Menyadari ada yang tidak beres dengan Bila, Bentara segera mengikutinya. Ternyata Bila berhenti dan duduk di teras lantai dua tempat mereka; Bentara dan Bila biasa bercengkrama dan bercanda hampir di setiap malam.“Kamu kenapa sih Bil, kok dari tadi sepertinya marah sama aku.” Tanya Bentara yang kemudian duduk di sebelah Bila.“Marah? Siapa yang marah.” Bila mengelak.“Kentara tahu, tuh ngaca makanya mukanya manyun mulu dari tadi ke aku.” Ujar Bentara.“Ih, kapan sih? Perasaan biasa aja tuh.” Jawab Bila.“Tadi siang pas pulan
Read more
Insecure-nya Pria
Semenjak percakapan itu, Bila dan Bentara kembali akrab. Mereka jadi sering lagi duduk berduaan di teras lantai depan hingga larut malam. Semua orang sepakat bahwa tidak mungkin tak ada perasaan spesial yang melekat pada kedua muda mudi itu. Bahkan pernah suatu malam, Baham menyeletuk, dengan mengatakan bahwa Bentara dan Bila menikah saja setelah lulus kuliah nanti.“Keakraban kita ini kayaknya harus lebih dipererat lagi deh.” Ujarnya. “Semoga aja ada ya diantara kita yang berjodoh.” Lanjutnya.“Waduh, siapa tuh kira-kira.” Sahut Adrian.“Maunya sih kamu sama Catherine, Bro. tapi Catherine-nya nggak mau.” Cibir Baham pada Adrian.“Iya, begini nih nasib kalau nggak good looking, jadi sadboy terus.” Ujar Adrian.“Sadboy atau playboy, huh?” Sahut Catherine lalu melengos.Semua orang tergelak mendengar fakta yang terucap dari mulut Catherine“Cinta Jul dan Aniya juga udah terhalang seseorang.” Celetuk Bila.“Mana saingan Aniya berat lagi.” Sahut Baham.“Dih, sembarangan kalian. A
Read more
Lara Memilih Bentara
Minggu ketiga mereka berada di desa itu, semua bahan pokok untuk makan sudah mulai menepis. Itu artinya, mereka harus kembali berbelanja di pasar. Sementara desa Mandala belum memiliki pasar, jadi jika hendak berbelanja mereka pergi ke kampung sebelah yang sudah memilki pasar induk. Kehidupan mereka yang sekarang selalu dirembukkan bersama-sama, bahkan hanya sekadar mengatur siapa yang ditugaskan berbelanja kebutuhan di pasar. Karena saat itu Lara memilki urusan di bank, jadi dia buru-buru untuk menawarkan dirinya.“Aku aja yang pergi, mau kirim tarik uang di ATM soalnya.” Ucap Lara.“Wah aku juga lagi, mau tarik uang.” Sahut Aniya.“Nah oke, jadi ceweknya dua aja ya yang berangkat. Yang lainnya nemenin aku, loby kepala sekolah SD buat bikin perpustakaan sekolahnya jadi perpustakaan umum desa.” Ujar Baham, “Jadi Adrian, Jul sama Bentara neminin Lara sama Aniya ke pasar.” Lanjutnya.“Oke, siap menemani Bubu.” Jawab Jul lalu terkikik.“Tapi aku bocengan sama Lara, nggak mau aku d
Read more
Suami-Istri
“Kalian udah kayak suami istri aja tau.” Teriang Jul, Aniya terlihat terkikik di belakangnya.“Hah? Apa?” Tanya Lara dengan setengah berteriak karena angin sangat riuh bertiup ditambah mereka sedang di atas kendaraan.Jul melajukan motornya dengan lebih cepat, berusaha membuatnya sejajar dengan motor Bentara.“Kalian seperti suami istri!” Teriaknya.“Dih, bukannya kebalik ya, kamu sama Aniya yang seperti suami istri.” Jawab Lara.“Jul ngomong apa, Ra?” Tanya Bentara.“Katanya kita seperti suami istri,” Jawab Lara, “Padahal seperti kakak adik kali maksudnya.” Lanjutnya.Bentara yang sempat senang mendengar lelucon Jul pun tiba-tiba merubah raut wajah karena kecewa terhadap apa yang dikatakan Lara. Tetapi dia tidak mengomentari apapun, apalagi mengutarakan kekecewaannya. Bentara tidak mau Lara membuat jarak lagi padanya, akrab dengan Lara seperti saat-saat sekarang ini adalah anugerah yang disyukurinya.“Ada-ada aja si Jul.” Gumamnya kemudian, dengan suara pelan entah Lara mend
Read more
Orang-orang Pada Kenapa, sih
Setelah itu Lara tidak bisa lagi berpikir jernih. Kekhawatirannya pada Mas Gala lebih besar dari apapun. Hingga rasanya dia ingin bertemu dengan kekasihnya itu detik ini juga. Pekta sudah jatuh sempurna di langit desa Mandala dan mungkin saja jingga masih merona di sudut kota tempat Mas Gala tinggal, atau mendung menutupi kecantikan matahari di sore hari itu, yang jelasnya malam belum tiba di kota Mas Gala karena selisihnya dengan kota Lara mencapai satu jam.Malam itu Lara membungkus tubuhnya dengan balutan selimut dan terus menerus menghubungi nomor Mas Gala yang tidak bisa dijangkau. Perasannya kacau, pikirannya berantakan, raga Lara memang ada di sana tetapi otaknya seakan terbang berkeliaran berusaha mencari tahu hal mengenai kekaasihnya yang entah bagaimana keadaannya. Di ruang tengah teman-teman Lara sedang merapatkan agenda esok hari. Lara yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri itu baahkan tak menggubris teman-temannya yang memintanya untuk bergabung pada rapat.“Lara bene
Read more
Kalau Tidak Bisa Meringankan Bebannya, Setidaknya Berempati!
“Bodoh kau. Kau bilang kau mencintai Lara! Ini yang kau sebut cinta?” Hardiknya pada dirinya sendiri.Tangannya mengepal dan bergetaar hampir saja dia meninju cermin yang ada di depannya untung saja dia segera bisa menyadarkan dirinya sendiri. Bentara lalu membasuh wajahnya dengan air, berharap amarah yang ada di dalam dirinya padam. Setelah merasa sedikit lebih baik Bentara akhirnya memberanikan diri untuk keluar dan bergabung dengan teman-temannya.“Jadi pak kepala sekolah mau hibahkan sedikit lahannya yang ada di samping sekolah buat rumah baca.” Ucap Baham yang terdengar saat Bentara berjalan menuju teman-temannya yang sedang berkumpul itu.“Kebun cokelat itu bukan sih, yang samping kiri sekolah?” Tanya Aniya.“Iya kebun cokelat, tapi punya pak kepsek di sebelah kana, An.” Jawab Bila.“Oh oke oke.” Aniya mengagguk-angguk.“Jadi kita udah punya lahan dan buku-bukunya, ya?” tanya Jul.“Iya, berarti kita cuma perlu bikin bangunannya.” Jawab Baham.“Bukan cuma bro, itu proyek besar.”
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status