Semua Bab Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder: Bab 21 - Bab 30
138 Bab
Xander dan Jantung Tania
Tania memejamkan mata menikmati udara yang berhembus di wajahnya. Wanita dengan blus putih itu duduk di atas rerumputan taman. Tangannya memegang bunga daisy yang dipetiknya.Tania membuka mata, menghela napas. Merasa bosan. Ia ingin mengajak setidaknya satu pelayan untuk bermain, tapi tidak ada yang bisa. Mereka harus mengerjakan pekerjaannya. Ketika Tania ingin membantu pekerjaan mereka, itu juga tidak diperbolehkan. Gadis seusia Tania masih senang-senangnya untuk bermain, bercanda dan mengobrol banyak hal dengan teman-temannya. Tapi ia tidak pernah bisa merasakan kesenangan itu. Tania tidak memiliki teman. Hidupnya selalu terkurung sejak kecil. Tidak ada kata bermain. Hanya bekerja dan bekerja. Lalu ketika Tania sudah merasa bebas sekarang, tidak lagi harus dipaksa setiap harinya, ia tetap tidak bisa merasakan kesenangan itu. Geraknya dibatasi karena bayi yang ada di perutnya.Tania menggulirkan bola matanya saat melihat sebuah kupu-kupu dengan sayap berwarna hitam dan putih terb
Baca selengkapnya
Berbagi Hati
"Jingle bells, jingle bells, jingle all the way...."Alunan lagu natal memenuhi seisi mansion. Semua orang bergembira. Tania, hingga para pekerja yang tampak sangat bersemangat.Tania tampak sangat gembira. Wanita yang tidak pernah merasakan bagaimana perayaan natal itu tidak melunturkan senyum sejak tadi. Ia bahkan yang terlihat paling bersemangat.Lain halnya dengan Xander. Lelaki itu sepertinya mulai bosan dengan natal yang setiap tahun selalu dirayakan itu. Ia hanya duduk di sofa. Sibuk dengan ponselnya di saat yang lain tengah bergembira di sekitarnya."Apa aku ketinggalan?" Sera yang baru muncul dari pintu utama melepaskan mantel tebalnya. Sedikit merasa menggigil karena udara dingin di luar mansion."Sera!" Tania berlari kecil menghampiri Sera. Meraih tangan wanita itu dengan senyum di bibirnya. "Kau lama sekali pulangnya," katanya dengan bibir yang berubah mencebik. Seharian Sera tidak ada di rumah. Ia menghadiri sebuah charity dan baru sekarang kembali.Sera terkekeh. Ia kemu
Baca selengkapnya
Bunga di Hari Natal
"Ini untukmu, karena kau selalu membantuku." Tania memberikan bunga lily pada pelayannya sebagai hadiah natal. Menunggu ketika pagi tiba, di saat bunga-bunga mulai bermekaran. Wanita itu memetik banyak bunga dari taman untuk diberikan kepada semua orang.Melihat Sera yang menuruni tangga, Tania langsung menghampirinya. Tangannya memegang satu tangkai bunga yang memang disiapkan untuk wanita itu."Hadiah natal untukmu." Tania mengulurkan bunga anggrek bulan untuk diberikan pada Sera. "Aku tidak memiliki uang untuk membeli kado natal yang mahal. Jadi hanya bunga ini yang bisa aku berikan.""Ya ampun, bukankah aku sudah mengatakannya sebelumnya? Kau tidak perlu memberikanku hadiah seperti ini," ucap Sera, tapi tetap menerima bunga pemberian Tania."Bunga itu memiliki makna kebaikan dan kelembutan. Jadi aku memberikannya padamu.""Aaa terima kasih," ujar Sera dengan senyum lebar. Tania bahkan memberikan bunga dengan makna di dalamnya. Sera jadi terharu. "Kau tidak memberi Xander juga?" ta
Baca selengkapnya
Membeli Susu untuk Tania
Tania menghentikan kunyahannya. Menatap Xander yang memegang tangannya dengan pipi menggembung. "Tuan?" ucapnya setelah sedikit kesulitan menelan makanan di mulutnya. Terlalu terkejut dengan kehadiran lelaki itu yang tiba-tiba."Kau keluyuran lagi tanpa memberitahu terlebih dahulu," ucap Xander dengan kalimat panjang. Tatapan lelaki itu datar seperti menyimpan kekesalan."Dia–""Aku tidak berbicara padamu," potong Xander saat Jonathan bersuara. Meliriknya sesaat sebelum kembali menatap Tania."Aku sudah memberitahu Sera. Kau tidak ada di rumah, jadi aku tidak bisa meminta izin padamu," jawab Tania dengan kepala menunduk."Aku sudah memberikanmu ponsel bukan? Masih tidak bisa cara memakainya?"Tania mengangguk. "Tapi kau tidak memberiku nomor ponselmu. Karena itu aku tidak bisa menghubungimu," ucapnya dengan nada semakin lama semakin pelan. Ia meringis. Tania tidak mungkin meminta nomor telepon Xander bukan jika tidak lelaki itu sendiri yang memberikannya? Xander mengatupkan bibirnya.
Baca selengkapnya
Perut Besar seperti Badut
Tania memasuki pintu utama mansion, dan suara berisik dari dalam langsung saja terdengar. Ia mendongak untuk melihat asal suara yang sepertinya berasal dari lantai dua."Kau sudah pulang?!" Sera muncul di balkon lantai dua. Kemudian turun untuk menghampiri Tania. "Bagaimana kencan mu dengan Jonathan?" tanyanya setelah sampai di bawah. Wanita itu menaik-turunkan alisnya.Tania melambaikan tangannya cepat sambil menggeleng. "Kami tidak berkencan.""Lalu apa jika tidak berkencan? Dia bahkan memberikanmu hadiah. Aku rasa dia menyukaimu," ucap Sera sambil melirik paper bag dan boneka yang dibawa Tania. "Jangan seperti itu," kata Tania dengan nada merengek. Ia tidak suka digoda seperti ini, karena memang tidak ada hubungan apa-apa antara dirinya dengan Jonathan. Lelaki itu mungkin tidak akan suka jika dihubung-hubungkan dengan Tania.Sera terkekeh. "Baiklah, baiklah. Tapi di mana Jonathan? Dia langsung pulang setelah mengantarmu?" tanyanya. Ia menatap ke arah pintu untuk melihat keberadaan
Baca selengkapnya
Anak Kecil, Suka atau Tidak?
"Aunty, kapan Mommy dan Daddy pulang?" Alice berbaring tengkurap di ranjang. Memperhatikan Sera yang sedang menulis sesuatu sambil ia bertanya."Besok," jawab Sera. Alice mengangguk. "Aunty, Alice bosan. Ayo kita main," ucapnya sambil menggerak-gerakkan kakinya."Sebentar. Ada yang harus Aunty kerjakan," balas Sera tanpa menoleh pada Alice. Ia sedang memeriksa perkembangan salah satu yayasan yang dipegangnya. Bibir Alice mengerucut. Ia turun dari ranjang untuk menghampiri Xander yang duduk di sofa. "Uncle, ayo main dengan Alice," ajaknya.Xander tidak menjawab. Lelaki itu terlalu fokus dengan laptop di pangkuannya."Uncle!" Alice sedikit berteriak. Merasa kesal karena diabaikan."Uncle sibuk. Main sendiri dulu," jawab Xander pada akhirnya. Ia sepertinya tidak peduli sama sekali dengan kebosanan yang dirasakan keponakannya.Alice menghentakkan kaki. Ia kembali ke Sera karena diabaikan oleh Xander. Bocah itu menarik-narik ujung baju Sera. "Aunty, Alice minta kertas. Mau membuat pesawa
Baca selengkapnya
Sesuatu Di dalam Perut
Xander membuka halaman selanjutnya dari buku berjudul Zero to One karya Peter Thiel yang dibacanya. Ia membaca setiap katanya dengan serius. Lelaki itu duduk dengan bersandar di kepala ranjang. Kakinya yang tertutupi selimut diluruskan."X,"Xander mengarahkan bola matanya pada Sera yang memanggilnya. Ia menaikkan alisnya, bertanya."Bisa ambilkan bathrobe ku? Aku lupa membawanya." Sera menunjuk jubah mandi yang ia letakkan di tepi ranjang dengan dagunya. Tubuh wanita itu masih berada di dalam kamar mandi, tertutupi pintu. Hanya kepalanya saja yang dikeluarkan."Keluarlah dan ambil sendiri," jawab Xander. Tidak berniat melakukan apa yang Sera minta. Ia kembali fokus pada buku yang dibacanya."X, cepat ambilkan. Aku kedinginan," pinta Sera dengan nada merengek."Karena itu keluarlah."Sera berdecak. Ia memasukkan kepalanya, lalu menutup pintu kamar mandi dengan keras. Merasa kesal pada Xander.Xander menggelengkan kepala sambil terkekeh. Ia menaruh pembatas buku pada halaman yang terak
Baca selengkapnya
Sebuah Ancaman
"Tangannya jangan usil. Aku sudah mandi," peringat Tania pada Alice yang memainkan air dan dicipratkan padanya. Ia sedang memandikannya, karena bocah itu meminta dimandikan olehnya.Alice tidak mendengarkan perkataan Tania. Ia malah menyalakan shower. Membuat air yang keluar membasahi Tania. Lalu anak itu tertawa cekikikan. Tania menggelengkan kepala. Ingin marah, tapi tidak bisa. Ia hanya mematikan showernya tanpa berniat mengomeli kejahilan Alice."Tania, kenapa kau tidak marah? Kalau dengan Mommy, aku langsung dimarahi," cerita Alice. "Mau aku marahi?" Tanya Tania sambil membilas badan Alice yang sudah ia berikan sabun.Alice menggeleng. "Aku menyukaimu karena kau tidak suka marah-marah. Jadi jangan marah."Tania menahan senyum karena perkataan jujur Alice. Meski anak ini jahil, dan ia juga baru mengenalnya, tapi Tania menyukainya. Ia langsung merasa dekat dengan Alice.Tania tidak lagi merasa bosan saat ada Alice. Ia senang bermain dengan anak itu. Sayang hari ini dia harus pula
Baca selengkapnya
Arti Khawatir pada Sesuatu
Xander keluar setelah Christian membukakan pintu mobil. Ia berjalan masuk ke dalam mansion dan tanpa sengaja melihat Tania di taman. Ia melihatnya memetik bunga yang ada di sana.Xander berdecak. Setiap hari wanita itu berada di tamannya dan memetiki bunga-bunga. Lelaki itu memperhatikannya cukup lama sebelum memanggil Christian karena teringat sesuatu."Iya, Tuan muda?""Aku ingin kau menambah penjagaan di luar mansion. Dan juga, letakkan cctv di sekitar kamarnya," perintah Xander sembari melirik ke arah Tania.Christian sempat mengernyit sebelum kemudian mengangguk patuh.Setelah itu Xander masuk. Sera yang melihat suaminya sudah pulang langsung menghampirinya. Xander menyematkan ciuman di bibirnya, lalu Sera membantunya melepas jasnya dan mengambil alih tas kerjanya. "Ada apa dengan wajahmu?" Sera meletakkan tangannya di pipi Xander sembari mengamati wajah suaminya itu."Kenapa?" tanya Xander balik."Kau seperti sedang memikirkan sesuatu. Apa ada yang sedang kau cemaskan?" Sera me
Baca selengkapnya
Gerakan dalam Perut & Senyum Xander
Bibir Tania mengerucut melihat sosok yang ada di cermin. Merasa jika itu bukanlah dirinya. Bukan Tania yang bertubuh kurus. Ia merasa tubuhnya semakin lebar saja. Dan perutnya, juga semakin membesar setiap harinya. Terlihat seperti badut. Sama seperti yang pernah dikatakan oleh Alice. Tania menghela napas. Kemudian keluar dari kamar. Duduk-duduk di taman, melihat pemandangan bunga-bunga bermekaran di sana, karena hanya itu pekerjaannya setiap hari, selain makan dan tidur. Membantu para pelayan juga tidak diperbolehkan oleh Sera. Jadi tidak heran jika tubuh Tania semakin 'melar', karena pekerjaannya hanya bermalas-malasan.Tania berjalan ke arah sofa dan duduk di sana, karena kakinya terasa pegal. Ia membungkukkan punggung, berniat memijat kakinya tapi tangannya tidak sampai. Perut besarnya menghalangi."Nona, mau saya pijat kakinya?" Lyla tiba-tiba muncul, karena melihat kesulitan Tania. Menawarkan pijatan pada wanita itu.Karena memang merasa kakinya sangat pegal, Tania mengangguk,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status