All Chapters of Menjandakan Istri Demi Selingkuhan: Chapter 51 - Chapter 60
183 Chapters
51. Bertemu Dengan Dr. Frans
Aku melangkah meninggalkan ruang rapat tersebut dengan langkah pasti, sudah tidak aku pedulikan teriakan Irene dan Abian yang berusaha mencegahku. Bahkan Adel pun kudengar sedang tertawa sumbang. Dia meminta pada semua pemegang saham untuk mengijinkan dirinya menggantikan posisiku yang aku tinggalkan.Aku sudah tidak peduli lagi, biarlah semua menjadi tanggung jawab Adel. Aku masuk dalam ruang desain dengan mengulas senyum pada semua anggota. Kulihat Anton duduk terpekur dengan menyembunyikan kepalanya dalam tumpuan kedua tangan. Amel sendiri juga terlihat sedih, aku berusaha menyapa keduanya dengan ramah."Hai, semua!" sapaku dengan nada riang."Mbak Ann," balas Amel dan Anton hampir bersamaan."Apa kabar kalian? Semoga setelah aku keluar dari sini karier kalian makin maju pesat!" harapku pada semua yang hadir.Anton berjalan memdekat padaku, kedua jemariku diraihnya lalu pria itu jongkok di depanku. Tatapan sendu mengarah tepat pada manik mataku hingga menembus jantung."Jangan perg
Read more
52.Termangu.
"Mengapa harus pergi, Ann?" tanya Dr. Frans padaku yang sedang berdiri menatap lukisan Frans bersama gadis kecil."Ini, kapan kamu membuat lukisan ini, Frans?" tanyaku tanpa berbalik badan."Lukisan itu sudah lama aku buat sekitar satu tahun yang lalu, saat aku bertemu dengan Amel yang sedang menangis tersedu di depan restoran siap saji, Ann. Dan saat itu aku tidak tahu jika gadis kecil itu adalah keponakanku sendiri, parahnya aku juga tidak tahu jika kamulah ibunya," papar Frans sambil berjalan mendekat padaku."Kembalilah padaku, Ann!" pinta Frans lembut sambil meraih jemariku.Aku terhenyak saat jemari panjang itu menautka jari jemarinya, aku sempat menolaknya tetapi jemari itu memaksa untuk saling terkait."Hubungan kita tinggal kenangan, Frans. Sudahlah!" kataku tegas."Jika kamu pergi, kemana tujuanmu, Ann?" tanyanya padaku."Aku ingin pulang kembali ke kotaku dulu, disana aku ingin membangun usaha," jawabku mantap."Kamu akan membuka usaha apa, Ann? Sebaiknya bukalah usaha kue
Read more
53. Jual Nasi Pecel
Dan sampai lah aku di sini Terminal Bungurasih, Surabaya. Dengan langkah pasti, kakiku mulai berjalan seirama otakku memberi perintah. Lorong demi lorong aku lewati hingga tertulis jurusan Surabaya-Madiun-Ponorogo, Toll Panjang. Aku pilih lorong ini, dan aku oun akhirnya naik sebuah bis berwarna hijau memiliki logo Panda berayun diantara pohon bambu."Masuk, masuk. Madiun-Ponorogo toll panjang. Ayo! Ayo!" teriak kenek bis tersebut.Aku melangkah naik ke bis tersebut, kuedarkan pandanganku mencari tempat yang kosong. Akhirnya aku memilih lajur kanan nomer tiga dari depan yang memang dalam keadaan kosong. Aku tidak membawa barang banyak, hanya tas punggung berisi beberapa helai pakaian dan hijabku. Sengaja aku tidak membawa pakaian banyak, karena suatu hari nanti pasti pakaian itu tidak terpakai. Jadi lebih baik aku sumbangkan pada orang yang lebih membutuhkan.Bis mulai melaju kencang, tetapi kami merasa jalannya bis itu masih pelan tanpa ada goncangan. Perjalanan dari Surabaya-Madiun
Read more
54. Zonk
Sesuai rencana aku kemarin, hari ini adalah jari jumat berarti hari di mana aku memdapat orderan nasi pecel 50bungkus untuk acar Jumat berkah. Mulai pagi nasi sudah aku siapkan lengkap dengan lauk paru goreng. Semua pesanan sudah siap, dan aku juga masih melayani pembeli yang langsung berkunjung di warung nasi pecelku.Dengan sabar aku menunggu Ibu Ali untuk mengambil nasi bungkusnya. Namun, hingga jam menunjukan pukul sembilan pagi belum nampak satu orang pun yang menanyakan hal itu. Akhirnya dengan berat hati aku menghubungi nomer yang mengaku sebagai Ibu Ali. Ternyata nomer yang menghubungiku kemarin sudah tidak aktif. Aku terhenyak fan terduduk lemas."Ya Tuhan, cobaan ini sangat berarti bagiku, terima kasih."lirihku.Akhirnya dengan langlah pasti aku bawa nasi itu dengan sepeda berkeliling sekitar dan aku bagikan 50bungkus nasi tersebut dengan gratis. Walaupun nasi itu sudah terbungkus swjam jam enam pagi tetapi semua masih layak untuk dimakan. Karena sambel pecelnya sengaja aku
Read more
55. Peduli Andin
Aku dan Andin berjalan menuju jalan pulang yang kebetulan searah. Saat di pertigaan jalan barulah aku memisahkan diri dari Andin, tetapi gadis itu masih tetap ingin ikut ke rumahku."Lho, bukannya kamu harusnya lurus, Din?" tanyaku heran saat si Andin masih mengayuh sepedanya searah aku pulang."Boleh aku ikut tinggal bersama Kakak?" tanya Andin dengan wajah penuh harap padaku.Aku terdiam, kulihat penampilannya mulai dari bawah sampai atas. Gadis berhijab navi itu menundukkan kepalanya dengan tujuan menyembunyikan raut wajah sedihnya. Sekilas terlihat olehku bening air mengumpul di sudut matanya."Ada apa denganmu, Din?" kutanya dia saat kami sudah sampai di depan kontrakanku."Masuk saja dulu, yuuk!" ajakku pada gadis manis itu.Andin mengikutk langkahku dan memakirkan sepedanya sesuai pada tempatnya. Aku pun melangkah lebih dulu menuju pintu utama. Setelah aku buka baru kupersilahkan Andin untuk duduk."Sini, kamu duduk dulu ya, akan aku ambilkan camilan dan minuman, tunggu Ya!" ka
Read more
56. Curhatan Andin
"Kau boleh saja ikut tinggal di sini, tetapi bagaimana dengan kedua orang tua kamu itu, Din?" tanyaku.Andin tertunduk lesu, gadis itu terus menunduk hingga bulir bening kulihat jatuh pada pangkuannya. Aku terdiam. Apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup perempuan muda di depanku hingga bulir bening jatuh bergantian. Aku masih diam, memberi waktu dan ruang pada Andin hingga dia sendiri yang ingin menceritakan derita hidupnya. Namun, hingga tiga puluh menit tidak kudengar suara yang keluar dari bibir gadis itu. Akhirnya dengan lembut kuusap punggungnya agar Andin bisa leluasa mengeluarkan semua kegelisahan dalam hatinya." Mbak!" panggil Andin lirih."Katakan apa yang ada di dalam hatimu. Mulai dari sekarang suarakan jeritan hati kamu, Din!" ucapku dengan nada yang rendah.Andin menatapku sendu, perempuan muda itu masih menatapku dengan kegalauan yang menyelingkupi hatinya. Andin masih bergeming, netranya berp. utar seakan sedang mencari sesuatu yang hendak dikeluarkan. Andin mulai ge
Read more
57. Inginku
"Iya, Mbak Ann. Akhir-akhir ini aku tidak pernah memenuhi apa yang diinginkan oleh Bapak, Mbak," jelas Andin padaku.Aku hanya memandang pada wajah Andin yang terlihat lelah, akhirnya aku berdiri dan berjalan menuju kamar yang lain yang ada dalam rumah kontrakanku. Di dalam rumahku itu ada tiga kamar, satu sudah aku, satunya untuk ruang setrika dan tempat aku ibadah. Sedang yang satunya aku biarkan kosong, jika ada tamu yang ingin istirahat maka kamar itu lah yang aku gunakan.Setelah aku bersihkan kamar tamu itu baru lah aku silahkan Andin untuk istirahat. Mengingat tubuh dan otaknya terlihat lelah. Namun, Andin hanya tersenyum dan berdiri sambil memberesi gelas dan cemilan untuk dibawa ke belakang."Biarkan di tempat cucian semua benda kotor itu, Din. Nanti saja dicucinya!" teriakku saat Andin mulai masuk dapur.Namun, inderaku seperti mendengar gemericik air. Mungkin gelas kotor itu dicuci sendiri oleh Andin. Setelah beberapa menit kudengar langkah kaki mendekat. "Mbak, apakah ad
Read more
58. Rencana
Udara pagi terasa sejuk, apalagi daerah sekitarku masih ditumbuhi oleh rerumputan dan sawah yang mulai menguning. Aku bangun lebih awal dari biasanya. Kulihat Andin pun sudah afa di dapur. Gadis itu terlihat sedang membersihkan beras sebelum di nanak."Pagi Mbak Ann, maaf aku menanak beras tanpa ijin!" kata Andin."Tidak apa, Lanjutkan saja. Aku mau mandi dulu, jangan lupa nanti ikut aku kepasar besar kita belanja keperluan buat jualan besok!" ingatku pada Andin."Siap, Mbak. Aku lanjut masak dulu," balas AndinSetelah menyetujui apa yang diinginkan oleh Andin aku pun masuk kedalam kamar mandi, beberapa saat setelah merasa tubuh segar dan selesai mandi aku langsung membantu Andin menyiapkan sarapan."Sudah selesai, ayo kita sarapan dulu, Din!" ajakku pada AndinKami sarapan bersama dalam diam, kesibukan mengunyah makanan membuat kami mengharuskan diam dan tidak bicara agar segera selesai. Setelah selesai segera ku angkat piring dan gelas kotor ke dapur untuk kucuci, sementara Andin me
Read more
59. Bentor Baru
Hari terus berlalu dan aku sudah mulai membuka usaha kue basah juga bluder yang lagi rame. Awal aku berjualan masih dari pintu ke pintu, sedangkan Andin dia lebih senang berjualan di depan sekolah atau dikeramaian. Pertama jualan keliling membuatku sedikit kurang percaya diri. Bukan aku malu tetapi pada rasa, apakah kue buatanku bisa terjual? Berbagai pertanyaan sering muncul, tetapi segala usaha pasti ada hasil.Jaulanku sekarang sedikit lebih maju, karena hari ini aku sudah bisa buka lapak didepan kontrakan. O iya sekarang kontrakkan aku ada di depan gang sehingga memudahkan aku untuk berjualan. Sengaja aku pindah yang di depan gang agar jualanku lebih dikenal oleh masyarakat, dan Andin sangat antusias."Wah asyiik! Enak seperti ini, Mbak Ann," ungkap Andin tersenyum lebar."Kamh benar, semoga kita bisa buka kios khusus Bluder ya, Din!" ucapku sekaligus doa."Aamiin," balas Andin."Jika Mbak bisa buat kios, apakah kamu masih mau bantu bikin kuenya, Din?" tanyaku."Pasti mau, Mbak. D
Read more
60. Untuk Bapak
"Ayo, Mbak!" ajak Andin dengan suara yang lantang.Aku pun berjalan mendekat pada bentor baru milik Andin. Senyumku mengembang kala melihat wajah sumringah Andin. Aku mencoba naik bentor tersebut dan Andin mulai menyalakan mesinnya."Dapat harga berapa ini bentor kamu, Din?" tanyaku."Ini agak mahal, Mbak. Karena mesin motornya dari Hond4 tipe Gr4nd," balasnya yang belum kudengar jumlah nominal harga."Iya tahu sudah bisa aku baca, yang ingin aku tahu itu total harga keselutuhan," balasku sedikit kesal.Ku dengar napas berat dibelakangku, saat ini Andin sedang mengendarai bentor sehingga napaasnya sedikit ngos-ngosan karena belum lihai mengemudikan bentor itu. Namun, aku sangat bangga dengan gadis itu. Luka yang ditorehkan oleh ayah angkatnya tidak bisa membutakan kasih sayangnya yang tulus pada semua anggota keluarga itu.Aku sangat terharu dengan perjuangan Andin, hingga tanpa terasa mereka sampai di depan rumah Andin. Dengan riang gadis itu turun dari bentor dan berlari menuju pint
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status