Semua Bab Kubalas Hinaanmu, Mas!: Bab 151 - Bab 160
195 Bab
BAB 151 MURKA ARINI
MURKA ARINI "Aku menyesal pernah begitu mencintai laki-laki yang sebenarnya amat sangat memalukan ini! Kau sungguh menjijikkan, Mas!”“Aku seperti ini karena kau yang mulai, Rin! Kalau kau mengizinkan Rafa ikut denganku atau bahkan hanya sesekali menghabiskan waktu denganku maka aku tak akan berbuat seperti ini. Aku ayahnya, selamanya aku akan menjadi ayahnya! Aku tak bisa membiarkan anakku justru lebih dekat dengan laki-laki lain yang tak ada hubungan darah sama sekali dengannya! Rafa hanya punya satu ayah dalam hidupnya, dan itu AKU!”Yuda mengucapkan pembelaannya dengan berapi-api. Dia tak bisa membiarkan harga dirinya terinjak begitu saja. tetapi apa yang dia katakan justru membuat kemarahan Arini makin memuncak. “Mas. Katakan padaku. Apakah alasanmu yang sebenarnya mendekati Rafa seperti ini? Apakah kau hanya semata-mata menyesal telah menyia-nyiakannya selama ini, apakah kau tak rela ada laki-laki lain yang mengambil alih tanggung jawab yang kau telah lupakan, atau justru wani
Baca selengkapnya
BAB 152 KERIBUTAN DI KANTOR YUDA
Diandra mendengus kencang. Wanita itu meremas kemudi dengan erat. Dia berkali-kali menghela napas. "Sial!" Diandra menekan klakson dengan kencang hingga menimbulkan suara berisik yang panjang dan memekakkan telinga. Kemacetan jalanan membuat Diandra hampir berteriak geram. Kalau bisa, ingin rasanya dia menghancurkan semua kendaraan yang memadati jalan saat ini. Wanita itu akhirnya bisa bernapas lega setelah mobilnya terbebas dari kemacetan yang sangat menyebalkan."Awas kamu, Mas!" Diandra mengepalkan tangan. Pagi ini, dia akhirnya mengetahui kalau kemarin Yuda cuti. Salah satu kenalannya memberitahu setelah dia bertanya. Dia tidak habis pikir, bisa-bisanya Yuda sengaja mengambil cuti hanya untuk jalan keluar dengan Rafa dan membuat keributan.“Oh, jadi benar Mas kemarin membawa Rafa keluar?” Diandra langsung merangsek masuk. Dia tidak mempedulikan tatapan heran dari rekan-rekan Yuda karena suaranya yang cukup keras. Wanita itu bahkan dengan sengaja berbicara kencang.“Di?” Yuda yang
Baca selengkapnya
BAB 153 KEHANCURAN YUDA DIMULAI
KEHANCURAN YUDA DIMULAI“Jaga mulutmu! Ini di kantor.” Yuda mengepalkan tangan. Hampir saja tamparannya melayang ke wajah Diandra kalau tidak ingat hal itu akan semakin menghancurkan reputasinya.“Maaf, Mbak, selesaikan diluar saja. Keributan ini mengganggu ketenangan kami dalam bekerja.” Viona ikut mendekat karena Diandra tidak menggubris peringatan rekan kerja mereka tadi. Dia tidak enak hati melihat Yuda yang serba salah.“Bawa istrimu pergi dan selesaikan segera masalah ini, Mas. Sebentar lagi kita ada meeting penting. Presentasi dan pendukung lainnya sudah siap semua ‘kan?” Viona menoleh pada Yuda. Dia harus memastikan meeting nanti tidak bermasalah karena dia dan Yuda yang ditugaskan sebagai perwakilan perusahaan. Dia sudah menyiapkan bahan-bahan kemarin saat Yuda cuti, jadi sekarang tugas Yuda yang merangkum semua menjadi bahan presentasi.“Sudah. Tinggal finishing saja.” Yuda menoleh pada laptop di mejanya.“Kamu perhatian banget sih, Mbak, sama suamiku? Bahkan sampai mengurus
Baca selengkapnya
BAB 154 DIPANGGIL ATASAN
Dia tak mengira Diandra akan segila itu membuat seluruh pekerjaannya hancur dalam sekejap. Tak hanya itu, dia pun harus merasa malu dengan tatapan semua orang yang turut serta menghakiminya. Viona mengguncang tubuh Yuda yang tampak tak bernyawa. “Mas! Istrimu yang gila itu harus bertanggungajawab! Dia benar-benar tak waras. Aku membencinya, Mas!” Tangis Viona tak bisa lagi dibendung. Matanya nanar menatap benda yang kini teronggok tak berharga di atas lantai. Kakinya menendang-nendang seolah wanita yang dia sebut gila itu berada di depannya. “Argghhhh!” Viona mencengkeram kepalanya sendiri. Dia sudah bersusah payah menyusun bahan presentasi seorang diri. Kerja kerasnya selama seharian penuh terhempas sia-sia karena istri rekannya yang tak mampu bersikap rasional dan cenderung gila. Jika pantas, dia ingin sekali memukulkan benda yang sudah terpisah itu ke arah kepala Diandra. Dia ingin sekali membuat wanita itu tersadar dari mimpi yang dia bangun sendiri. “Aku pasrah, Mas! Kau temui
Baca selengkapnya
BAB 155 DIPECAT ATAU DILAPORKAN
Yuda dan Viona berjalan bersisian menuju ruangan di ujung lantai ini. Ruangan Pak Barata memang terletak paling ujung karena dia tak ingin banyak orang yang mengakses ke wilayah kerjanya. Pak Barata membutuhkan ketenangan guna memimpin perusahaan yang juga diwariskan oleh orangtuanya. Namun kerja keras selama ini seolah terbuang sia-sia. Kesalahan salah satu orang kepercayaannya menghancurkan reputasi yang selama ini berusaha ditegakkan oleh laki-laki itu.Murkanya sudah tak bisa dia bendung pada sosok laki-laki yang sejatinya banyak sekali memberikan sumbangsih untuk perusahaan miliknya. Meski desas-desus kecurangan yang dilakukan olehnya sempat membuat dia tak percaya hingga harus mengirimkan seseorang yang diam-diam menyelidiki kabar itu.Hasilnya di luar dugaan. Yuda amat mengecewakan. Dan puncaknya hari ini, laki-laki itu membuat perusahaan yang dipimpinnya benar-benar kehilangan muka.Proyek yang seharusnya akan memberikan banyak sekali keuntungan untuk perusahaan justru gagal.
Baca selengkapnya
BAB 156 WANITA PEMBAWA SIAL
WANITA PEMBAWA SIAL Yuda tertunduk dalam-dalam mendengar ucapan Pak Barata. Dia menarik napas panjang. Ancaman barusan cukup membuat nyalinya ciut. Namun, dia tidak bisa menyerah begitu saja. Sekian tahun dia mengabdikan diri di perusahaan hingga bisa mencapai posisi ini. Bukan hal yang mudah baginya bisa menduduki jabatan sekarang. Apalagi, usianya tak lagi muda, kemana dia akan bekerja kalau dikeluarkan?“Saya mohon, Pak. Saya tahu kesalahan ini fatal sekali. Namun, saya juga tidak menghendaki hal ini terjadi.” Yuda memasang wajah memelas. Berharap Pak Yuda akan tersentuh. “Tolong, jangan pecat saya. Kalau memang harus menerima konsekuensi, saya siap diturunkan jabatan.”Pak Barata menarik napas dalam-dalam. Dia memijat keningnya. Andai tidak memikirkan wibawa, sudah sejak tadi dia ingin menyeret Yuda keluar dari kantor. Dia sungguh kesal dengan lelaki itu.“Tolong, Pak. Tolong pandang kinerja saya selama ini, saya berkontribusi banyak pada perusahaan ….”“Cukup! Justru karena mem
Baca selengkapnya
BAB 157 MANDUL
MANDUL Diandra menatap Yuda nyalang. Dia melemparkan tas di tangannya ke lantai. Emosi wanita itu naik kembali. Dia tidak terima dikatakan pembawa sial. Padahal, selama ini Diandra merasa sudah banyak berkorban pada pernikahan mereka. Dia bahkan seperti berusaha sendiri mempertahankan rumah tangga agar tidak berakhir pada perceraian.“Kau tahu, Di? Susah payah aku merintis karir bertahun-tahun. Aku mulai dari bawah hingga bisa sampai pada posisi sekarang ini. Setelah karirku mulai nyaman dan menjanjikan, semua hilang dalam sekejap. Ini terjadi karena kau tidak bisa mengendalikan diri. Kau tidak tahu waktu dan tempat untuk mengamuk hingga menyebabkan kerugian seperti ini.”“Halah! Lebai!” Diandra melambaikan tangan di hadapan Yuda. Dengan dagu sedikit terangkat wanita itu membalas tatapan Yuda. “Bukan kau saja yang berjuang dan merintis karir. Semua orang juga memulai semua dari nol. Seperti bayi, pasti melewati tahap merangkak sebelum berlari. Begitupun kita, tidak tiba-tiba sukses d
Baca selengkapnya
BAB 158 TERPOJOK
TERPOJOK Arini meletakkan tiga cangkir teh beraroma melati di meja kayu teras belakang rumah. Di sekelilingnya tampak suami dan ibu mertuanya duduk melingkar di sofa berwarna abu-abu. Suasana yang sejuk dengan pemandangan asri dedaunan berwarna hijau tanaman bunga milik Bu Ningrum membuat suasana sore itu tampak begitu hangat. Pandangan kedua kedua orang itu tertumpu pada Rafa yang tengah menyelesaikan tugas membuat lampion dari gurunya. Sesekali Yovan membantu anaknya yang terlihat kesulitan.“Seharusnya Rafa sudah memiliki adik,” ucap Bu Ningrum yang langsung membuat senyum Arini memudar dengan sangat cepat. Mata Arini langsung tertuju pada sang suami yang juga terlihat salah tingkah. Laki-laki itu diam dan memilih mengalihkan perhatiannya pada secangkir teh buatan Arini yang tampak begitu menggoda. Laki-laki itu terlihat menjulurkan lidahnya saat menyeruput air minum yang masih mengepul. Hal itu langsung membuat ibunya terkekeh.“Salah tingkah sampai teh baru nyeduh saja langsung
Baca selengkapnya
BAB 159 RINDU
Arini merasakan darahnya seolah dialiri listrik dengan tegangan kecil. Disadari atau tidak, dia tak ingin dibandingkan dengan Raline. Arini sadar sekali siapa dirinya hingga sangat tak layak jika dibandingkan dengan wanita masa lalu suaminya. “Rin!” ibu mertua Arini menyadarkan lamunan Arini. Wanita itu tersentak. “Kamu sempat-sempatnya ngelamun.” “Gini loh, Rin….” Bu NIngrum menggeser posisi duduknya hingga berdekatan dengan Arini yang duduk di lantai marmer. “Mama sudah tua, Rin. Mama nggak mau sampai ajal menjemput Mama belum sempat menimang cucu,” lanjut wanita itu dengan mimik wajah serius. “Mama ingin sekali mendengar tangisan bayi di rumah ini. Kamu harapan Mama satu-satunya. Atau…kamu khawatir kasih sayang pada Rafa berkurang?” “Tidak, Ma. Tidak sama sekali. Tidak ada pemikiran sempit macam itu di kepalaku. Memang Allah belum memberi, Ma. Bisa apa lagi kita sebagai manusia,” ujar Arini berbohong. Matanya dia fokuskan pada tangan lincah anaknya yang sedang menghias lampi
Baca selengkapnya
BAB 160 SETELAH SATU TAHUN
SETELAH SATU TAHUN "Alhamdulillah." Arini tersenyum lebar melihat catatan laba rugi setahun belakangan ini. Akhir tahun yang manis, besok mereka sudah menyongsong hari pertama tahun baru dengan harapan baru. Tentu diiringi dengan semangat yang baru juga.Tanpa terasa, pernikahannya dengan Yovan sudah berjalan lebih dari satu tahun. Itu artinya, hampir dua tahun Arini mengelola usaha kerjasama aquaponik ini. Wanita itu menarik napas lega mengingat pengembalian modal pada Bu Ningrum tinggal satu kali angsuran lagi. Bulan depan, dia sudah tidak ada tanggungan untuk mengembalikan modal.“Arini mau belajar jadi wirausaha yang sebenarnya, Ma. Kalau Mama seperti ini, kapan Arini bisa mandiri? Ibaratnya, disuapin terus.” Arini tersenyum mengingat percakapannya dengan Bu Ningrum beberapa saat setelah menikah dengan Yovan.Mertuanya itu berkeras tidak mau menerima nagsuran pengembalian modal. Namun, setelah Arini menjelaskan dengan hati-hati, Bu Ningrum akhirnya paham dan mengerti. Dia membiar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status