All Chapters of Penakluk Cinta Sang Dosen: Chapter 41 - Chapter 50
84 Chapters
Pernyataan Cinta Indra (II)
Indra masih menatap mata Caca. Caca terbuai karenanya. Caca terbawa terbang oleh sekedar tatapan mata seorang lelaki. Baru kali ini Caca mengalami pengalaman seperti ini. Bahkan Satrio tak mampu membuatnya membumbung hanya karena tatapan mata. “Berarti Papamu adalah satu-satunya lelaki di rumah?” “Ya.” “Ada berapa orang di keluargamu?” “Papa dan Mama, aku, Ratu yang adik bungsuku tadi, dan Mbah atau nenekku. Maya, adikku sudah tinggal sama suaminya. Mungkin setelah ini Ratu juga akan pindah rumah, tinggal dengan suaminya.” Caca berhenti berkata di sana. Hatinya terlalu sakit jika Caca harus meneruskan ceritanya. Caca hanya berharap Indra tahu bahwa dia hampir dilangkahi menikah oleh kedua adiknya tanpa harus mengatakannya. Tapi sepertinya Indra tidak mengerti apa maksud Caca. Karena setelahnya Indra mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kamu kuliah S3 dengan beasiswa? Kamu dulu ambil S3 dimana?” Caca menggeleng, “Aku mengambil S3 atas biaya sendiri. Maksudku Papaku yang memb
Read more
Pernyataan Cinta Caca
Mata Caca melotot melihat Hyundai Palisade itu nanar. Caca berkeringat di dalam mobil Indra. Kakinya tidak bisa diam. Kalau saja bisa, Caca ingin sekali tidak pulang. Dia tidak ingin masuk ke rumahnya. Badai besar sedang menunggunya di rumah.“Kamu sakit?” tanya Indra yang ternyata menyadari perubahan ekpresi dan gestur tubuh Caca.Caca sedikit terperanjat karena pertanyaan itu. Suara Indra membuatnya tersadar dari lamunan dan gejolak pikirannya.Caca menggeleng, “Tidak.”“Kamu kenapa berkeringat? AC-nya kurang kenceng?” tanya Indra dengan nada gugup dan panik. Tangan Indra meraba-raba outlet pendingin udara mobilnya.Caca menggeleng, “Tidak, aku tidak apa-apa.”Indra mengangguk dengan ragu-ragu. Jelas terpancar di wajah Indra rona keridakpercayaan.“Kamu bisa turunkan aku di depan mobil itu?” kata Caca menunjuk mobil Satrio. Caca tidak ingin orang rumah dan Satrio mengetahui dia berhubungan dengan Indra. Dengan turun di depan Hyundai itu, Caca harap pandangan dari rumah ke arah mobil
Read more
Caca Tertangkap Basah
“Kamu nggak mikir perasaan dokter Satrio menunggu kamu dari tadi sehabis Maghrib sampai sekarang? Mau jadi istri model apa kamu nanti?”Kemarahan Caca semakin memuncak. Jari jemari kaki Caca bergerak-gerak di dalam sepatunya. Tangan kanannya menggaruki punggung tangan kirinya. Matanya sempat melirik pada Satrio. Satrio terlihat canggung di tempat duduknya.Lalu dengan sigap, Satrio berkata, “Mbah, mohon maaf, saya tidak keberatan. Dik Caca juga pasti sedang repot urusan di kampus.”Kata-kata Satrio tersebut rupanya ampuh untuk meredam kata-kata pedas yang akan keluar dari mulut Mbah.“Untung kamu akan menikah dengan suami seperti dokter Satrio yang sabar.” timpal Mbah.“Oh, hampir lupa. Saya ada sedikit oleh-oleh. Semoga berkenan di hati Adik.” Satrio mengambil sebuah kotak kecil berwarna hitam yang terbungkus pita warna merah muda. Kotak itu terlihat sangat mewah dan elegan.Hati Caca berbunga-bunga. Caca memang tidak pernah mengingkari bahwa hadiah-hadiah yang diberikan Satrio selal
Read more
Solusi Dari Mama
Semalam, Caca pergi tidur tanpa bergangi baju dan mandi. Dia tertidur karena capek menangis. Pagi harinya, Caca turun dengan membawa optimisme yang membuncah. Harapannya hanya satu, menemui Papa. Hari minggu, Papa pasti ada di meja makan, mengobrol seperti hari-hari minggu yang sebelumnya.Caca yakin, Papa pasti bisa memberikan solusi atas masalahnya. Papa pasti bisa melihat situasi ini dari sudut pandang yang berbeda. Papa pasti bisa memberikan solusi dari kebijaksanaan dan luasnya hati Papa.Hatinya sedikit mencelos ketika hanya melihat Mama yang duduk di meja makan.“Papa mana Ma?” tanya Caca sembari setelah mengambil duduk di depan Mama.“Papamu ke Jakarta pagi-pagi subuh tadi. Besok katanya ada pertemuan dengan Departemen Perdagangan. Ada apa Sayang?”Caca menggeleng. Dia ragu.“Mbah mana Ma?”“Itu ada di belakang, lagi ngurusi anggrek-anggreknya sama Pak Jo dan Mas Tar. Kenapa?”“Aku boleh cerita tah Ma?”Mama yang sedang membaca entah apa di ponselnya, meletakkan ponsel tersebu
Read more
Satrio Kebelet Nikah
Satrio belum beranjak dari sajadahnya. Tangannya masih mengadah ke atas. Pikirannya fokus berdoa pada Allah. Bibirnya masih komat-kamit memanjatkan doa. Di tengah sepinya dini hari itu, dia benar-benar berusaha mendekatkan diri pada Sang Penguasa Alam. Dia beranjak dari sajadahnya ketika adzan subuh berkumandang lalu beranjak ke masjid.Hari itu adalah hari minggu. Meski begitu, dia ada kegiatan paginya, yaitu mendatangi majelis ilmu yang ada di daerah Sawojajar jam tujuh pagi. Ada ustadz dari Jember yang sedang melakukan safari dakwah. Dia tidak mau melewatkan kesempatan mengikuti majelis ilmu dari ustadz yang terkenal akan keilmuannya atas ilmu fiqih. Kebetulan, kali ini materi kajiannya adalah fiqih-fiqih dalam rumah tangga. Satrio merasa dirinya harus hadir dalam majelis ilmu itu. Sebentar lagi, dia akan menikah dan harus mempersiapkan dirinya.Jam enam, Satrio mengambil handuknya dan mandi sebelum berangkat ke majelis ilmu.Menikah, apakah dia benar-benar akan menikah dengan Caca
Read more
Satrio Menikah Hari Ini?
Kakeknya tertegun. Seraya meletakkan sekop kecil yang dipegang, Kakeknya berkata dengan nada sewot, “Kamu dari mana? Kesambet kamu?”Satrio tetap tidak merubah mimik wajahnya yang serius. Satrio paham kenapa Kakek menanyakan apakah dia kesambet. Kesambet mengacu pada kerasukan makhluk halus yang menyebabkan seseorang bertindak diluar kewajaran.“Kok iso kesambet?” balas Satrio datar.“Kamu datang-datang minta nikah hari ini, kamu pikir pernikahan tidak butuh persiapan?” Kakek menatap Satrio tajam.“Tidak bisa. Harinya sudah dihitung. Hari yang sudah ditetapkan itu adalah hari baik. Kita tidak bisa seenaknya memajukan atau memundurkan. Akibatnya bisa parah.” Pungkas Kakek lalu memungut sekop yang tergeletak di tanah.Satrio tidak tinggal diam. Dia tidak menyerah.“Kek, semua hari ‘kan hari baik. Mau lamaran kapanpun, menikah kapanpun, baik. Tidak ada hari yang buruk. Yang ada adalah hari terbaik diantara yang terbaik, yaitu hari jumat. Lagipula akibat apa yang akan terjadi? Aku sedang
Read more
Hati Satrio Mantap
“Pak Hadi nggak ada di rumah Sat. Jadi kita tidak bisa lamaran hari ini.” kata Kakeknya sembari menaruh ponsel di meja bundar.Bahu Satrio turun. Kepalanya menunduk. Matanya menatap kosong pada rerumputan hijau yang ada di bawah kakinya.“Memangnya ada apa? Kamu pasti punya alasan yang lebih spesifik. Ini pasti bukan karena kamu kebelet nikah. Pasti ada alasan lain yang kamu sembunyikan dari Kakek. Betul tidak?”Satrio memandang Kakeknya, “Kakek janji dulu jangan berpikiran macam-macam tentang Caca ataupun keluarga Pak Hadi.”Kakek mengangguk yakin, “Ada apa to?”Satrio menceritakan apa yang dia lihat semalam kepada Kakeknya.“Terus setelah mengetahui kalau Caca seperti itu kamu semakin mau meneruskan hubunganmu?”Satrio mengangguk.“Kenapa? Bukankah lebih baik kalau kamu selesaikan saja, batalkan saja rencana pernikahanmu dengan Caca? Bisa jadi kalau nanti kalian sudah menikah, kamu tidak bahagia karena kamu tahu hati dan cinta Caca bukan untukmu?”“Aku sempat berpikir seperti itu Ke
Read more
Harapan Kakek Satrio
Satrio menghela nafasnya, “Aku kemarin tidak berusaha dan gampang menyerah.”Satrio mengangkat bahunya, “Entahlah Kek. Aku merasa bahwa aku lebih yakin dengan Caca daripada dengan yang kemarin. Kalau Kakek tanya aku sekarang ini, apa aku menyesal ketika kemarin melepaskan yang lama? Maka aku akan menjawab tidak. Tidak ada rasa penyesalan sama sekali di dalam diriku ketika melepaskan dia. Tapi sekarang, aku merasa bahwa aku harus mempertahankan dan memperjuangkan Caca ini.”“Cinta… cinta… semuanya karena cinta. Shinta rela membakar dirinya sendiri untuk membuktikan cintanya pada Rama.” Kata Kakek berpuitis menggeleng-gelengkan kepalanya. “Anak muda jaman sekarang kok yang jadi pertimbangan hanya cinta. Kenyang kalian wahai anak muda makan cinta?”“Memangnya Kakek dulu tidak mengenal cinta?” bantah Satrio.“Kakek tidak mengenal cinta. Tahu cinta ya setelah menikah dengan Nenekmu. Dahulu, anak umur lima belas tahun sudah dinikahkan. Sekarang pun juga masih ada anak umur lima belas tahun
Read more
Kesedihan Izzy
Izzy menatap kosong ke depan. Suasana seru di diskotek sama sekali tidak menarik perhatiannya. Lampu terang berkedip-kedip tak mampu membuat matanya mengerjap-ngerjap silau. Hentakan musik tak mampu membuat badannya bergoyang mengikuti irama. Bahkan segelas cairan memabukkan dengan es besar tak juga dia teguk.“Say, sudah lupakan. Lelaki nggak hanya dia seorang.” kata Si Lelaki Kemayu sembari menenggak minumannya.Izzy masih terdiam.“Kamu lihat sendiri, di sini banyak sekali lelaki yang pantas, jauh lebih baik daripada Indra itu. Dia nggak pantas buat kamu. Dia belum jadi apa-apanya kamu sudah buat kamu sakit seperti ini. Bagaimana kalau nanti dia sudah jadi apa-apanya kamu?”Izzy masih terdiam.Dengan tangannya yang lentik dan gerakan gemulai yang mengaahkan seorang perempuan tulen, Si Lelaki Kemayu menunjuk ke depan, ke arah gerombolan orang-orang yang sedang berjoget di lantai dansa.“Kamu lihat Say, di depan sana. Ada banyak lelaki yang lebih dari dia dan mau dengan kamu. Mereka
Read more
Usaha Izzy
Sejenak Izzy tertegun. Matanya tak lepas menatap perempuan tua yang sedang berdiri di depannya. Dengan cepat otaknya berpikir, siapa kira-kira perempuan ini. Perawakan perempuan ini kurus sekali, bahkan bisa dibilang tinggal tulang berbalut kulit. Meski begitu, semangat hidup dari perempuan ini sama sekali tidak pudar. Matanya bersinar dan membara menggambarkan semangat hidup yang belum pudar sama sekali.Izzy juga mendapatkan kesan bahwa perempuan yang ada di hadapannya adalah seorang perempuan yang tangguh. Perempuan ini sudah melalui banyak hal sulit di dalam hidupnya dan entah bagaimana bisa menjalaninya dengan sempurna dan tanpa ada drama.“Jangan jangan …” tanya Izzy dalam hati.“Ya? Adik mau mencari siapa?” tanya perempuan itu.Suara perempuan itu terdengar tegas dan lembut dalam waktu yang sama. Suara yang semakin menegaskan dugaan awal Izzy.“Maaf Ibu, Mas Indra-nya ada?” tanya Izzy dengan nada rendah dan sangat sopan.“Adik siapa ya?”“Saya Izzy, temannya Mas Indra satu kela
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status