Semua Bab Penakluk Cinta Sang Dosen: Bab 61 - Bab 70
84 Bab
Indra Panik
Hari kamis itu, tiga hari sebelum ujian akhir semester, cuacanya cerah. Matahari bersinar terang di timur di atas puncak Semeru. Angin dingin musim kemarau mulai merayap.Hati Indra, demikian juga, ikut cerah. Ada lampu hijau dari Ibuk atas hubungannya dengan Caca. Tidak, bukan lampu hijau, tapi ada harapan agar hubungannya dengan Caca disetujui oleh Ibuk. Indra hanya bisa berharap agar pertemuan Ibuk dengan Caca nantinya berjalan dengan lancar dan Ibuk mau memberikan lampu hijau.Indra yang sudah menyampirkan handuk di bahunya bersiap mandi, tiba-tiba mengambil ponselnya. Dengan semangat membara dan hati yang berbunga-bunga, jari-jarinya menari-nari cepat diatas papan ketik. “Pagi, My Precious. Hari ini ada ngajar jam berapa saja?” bunyi pesan Whatsapp Indra ke Caca.Mata Indra masih terpaku untuk beberapa saat ke layar ponselnya. Indra mengharapkan balasan dari Caca segera. Dua centang di layar ponsel Indra masih berwarna abu-abu. Matanya melirik jam, sudah jam enam lebih. Tidak mu
Baca selengkapnya
Keadaan Ibuk Indra
Mata Indra terbelalak ketika melihat isi ruangan tersebut. Mulutnya kelu, lidahnya kaku. Keringat dingin meluncur. Pandangannya kabur.“Ya Mas?” tanya seorang lelaki dewasa yang juga tak kalah bingung.Hanya dengungan dari mulut Indra yang terdengar. Yang dirawat di ruangan tersebut bukanlah Ibuk. Begitu Indra masuk ruangan, ada orang lain yang dirawat di ruangan itu. Dia harus beberapa kali meyakinkan dirinya sendiri bahwa ruangan yang dia masuki benar. Indra meminta maaf dan segera berlalu dari kamar itu.Dengan perasaan malu dan panik, Indra setengah berlari menuju ke Nurse Station dan menanyakan Ibuknya. Indra tidak bisa melihat jelas kecuali apa yang ada di depannya. Telinganya juga sedikit tuli karena jantungnya yang berdetak lebih cepat. Keringat bermunculan di dahi dan kepalanya. Indra didera ketakutan yang absolut. Dia takut, ada hal yang mengerikan terjadi pada Ibuk.Apa yang dia dengar dari para perawat membuatnya lebih kaget lagi. Perawat mengatakan bahwa Ibuknya dipindah
Baca selengkapnya
Indra Mencari Caca
“Tadi Nak Izzy telpon ke ponsel Ibuk. Mbakmu yang menjawab. Mbakmu bilang kalau Ibuk lagi sakit dan dirawat di rumah sakit.”Kepala Indra tertunduk lesu. Jauh di dalam dirinya, dia ingin merahasiakan soal Ibuk. Indra tidak berniat mengumumkan ini pada siapapun. Jangankan pada Izzy, kepada Caca saja Indra tidak berkata apapun soal Ibu. Meskipun jauh di dalam hatinya Indra tahu, Caca akan segera menghubungi atau membalas pesannya jika Indra menyebutkan bahwa Ibuk masuk rumah sakit.“Tiba-tiba saja dia datang dan minta kamarnya Ibuk dipindah. Ibuk dan Mbakmu bahkan tidak punya kuasa untuk menolaknya. Seolah-olah semua perawat itu tunduk kepadanya. Ibuk lihat tadi semua perawat itu kenal dengan Nak Izzy kok.”Mata Indra berkerut. Dalam hatinya, dia bertanya, “Jangan jangan …” Indra terdiam sejenak. Pikirannya mencoba berputar-putar mengingat sesuatu, namun gagal.“Terus parcel sebanyak itu darimana?” tangan Indra bergerak menunjuk mengelilingi ruangan.Ibuknya menggeleng. Indra menatap Mb
Baca selengkapnya
Indra Menemukan Caca
Hari selasa kemarin. Hari dimana Indra dan Caca bertemu tatap muka sebelum Caca menghilang bagai ditelan bumi.Hari selasa itu, Caca menyampaikan kisi-kisi ujian akhir semester untuk mata kuliahnya. Sepanjang kelas, Caca hanya mengulangi materi yang diajarkan sepanjang semester, atau dalam hal ini, Caca hanya mengulangi hasil presentasi tiap kelompok sepanjang semester. Indra memandangi Caca sepanjang kelas. Dan akibat hal itu pulalah, semua yang keluar dari mulut Caca gagal masuk ke otaknya.Sementara itu, Caca beberapa kali melihat ke arahnya. Senyuman tipis yang hampir tak tampak bagi mata orang awam tersungging di bibir Caca. Senyuman yang hanya untuk Indra. Selasa itu, Indra tidak bertegur sapa dengan Caca. Dan memang seperti itulah biasanya. Caca setelah kelas akan langsung meninggalkan kelas tanpa menoleh ke belakang untuk mencari Indra. Dan Indra juga tidak akan mengejar Caca.Kepala Indra menggeleng. Dia yakin tidak ada yang aneh selasa kemarin. Indra tidak merasakan keanehan
Baca selengkapnya
Satrio Kena Masalah
Satrio duduk diam menunggu jawaban dari Caca yang juga terdiam duduk di depannya. Pertanyaan krusial yang akan menunjukkan arah hubungan mereka berdua. Pandangan Satrio ke bawah, ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja.“Seharusnya, kalau Caca benar-benar mencintaiku dan menginginkanku, jawaban itu akan meluncur mulus dari mulutnya tanpa pikir panjang.” kata Satrio dalam hati.Satrio tidak tahu sudah berapa lama waktu berjalan sejak pertanyaan itu dilempar. Yang dia rasakan hanyalah waktu yang berjalan sangat lambat.Saat itulah, ponsel Satrio tiba-tiba menyala, berdering dengan menampilkan nama Irene di layarnya. Irene meneleponnya.“Dokter ada dimana? Bisa ke rumah sakit sekarang?” Suara Irene terdengar panik.“Saya ada di luar. Ada apa?” jawab Satrio sambil berdiri. Jauh dari lubuk hatinya, Satrio merasakan ada hal yang salah dengan telepon Irene.“Ada pasien lelaki muda kecelakaan dan jantungnya tidak berdetak dengan normal dan pasien mengalami syok yang hebat dan pendaraha
Baca selengkapnya
Satrio dan Irene
Tak sampai satu jam, Satrio sudah berada di ruangan direktur rumah sakit. Di ruangan itu sudah menunggu Pak Bondan dan seorang staff legal rumah sakit yang duduk di sofa.“Kita tidak perlu berbasa-basi ya Mas Satrio, langsung saja ke pokok permasalahan.” kata Pak Bondan sesaat setelah Satrio duduk di sofa.“Ya Pak. Bagiamana ceritanya?”“Orang tua dari korban tidak terima dengan kenyataan bahwa anak mereka meninggal di rumah sakit ini. Mereka menuntut agar rumah sakit bertanggung jawab atas kematian anak mereka.”“Bertanggung jawab bagaimana? Bukankah penyebabnya adalah kecelakaan?”“Mereka mau ada seseorang yang disalahkan atas kejadian ini. Mereka menuntut tanggung jawab.”“Terus bagaimana Pak? Apa yang bisa saya lakukan?”“Mas Satrio bisa bersaksi bahwa dokter Irene bertindak di luar tugas pokok dan fungsi dan sekaligus melanggar standar operasional prosedur.”Satrio tidak paham, “Bagaimana bisa dokter Irene dibawa-bawa ke masalah ini Pak?”“Semalam, dokter Irene mendapat tugas jag
Baca selengkapnya
Hak Istimewa Seorang Izzy
Jumat pagi, Izzy bangun dengan semangat membara di dalam dadanya. Dengan hati yang berbunga-bunga, dia menuju dapur dan mulai menari-nari di dapur untuk memasak sarapan. Izzy sudah berkata pada para asisten rumah tangganya kemarin, bahwa hari ini dialah yang akan menyiapkan sarapan untuk Papa dan Mamanya.Setelah pertemuan dengan Ibuk Indra, Izzy mempelajari dan mendapatkan sesuatu yang penting. Izzy menemukan titik lemah Indra pada Ibuknya. Titah Ibuk Indra bagai sabda seorang nabi yang harus diikuti.Maka Izzy harus terus menekan titik lemah tersebut agar Indra semakin dekat dengan dirinya. Izzy yakin, kalau tidak bisa mendapatkan Indra melalui Indra sendiri, maka dia harus mendapatkan Ibuknya agar mendapatkan Indra.Namun seperti biasa, Papa Mamanya terlalu sibuk untuk sarapan bersama Izzy. Bukan masalah, kata hati kecil Izzy. Tidak ada yang bisa membuat hatinya kacau sekarang.Maka, jumat siang itu Izzy berangkat ke rumah Indra. Izzy berniat membuat janji dengan Ibuk Indra untuk m
Baca selengkapnya
Kesaksian Izzy atas Caca
Tentu saja, dua perempuan itu takjub dan kaget ketika memasuki ruangan VVIP.“Bagus semua berjalan sesuai dengan rencana.” Pekik gembira hati Izzy.Izzy juga sadar bahwa tindakannya bisa saja membuat Indra murka. Tapi, dia tidak peduli. Izzy sudah menyiapkan strategi juga.Benar, Indra bertingkah sesuai dengan perkiraannya. Dengan berakting marah, Izzy keluar dari ruangan Ibuk ketika Indra marah-marah. Semua berjalan sesuai rencananya.Izzy sama sekali tidak merasa sakit hati atas perlakuan Indra. Indra dan keluarga Indra harus tahu betapa besarnya cinta Izzy pada Indra.Terlebih lagi, hari jumat itu, Bu Syasmala tidak terlihat batang hidungnya di ruangan Ibuk.Di dalam mobilnya, Izzy mengangkat tangannya ke atas, meluapkan kemenangannya hari ini.Setelah menerima keangkuhan dan tinggi hatinya Indra di hari Jumat, Izzy tidak berniat memperpanjang kemarahannya di hari Sabtu. Tindakan Izzy yang mengacuhkan Indra pada Jumat sore sudah cukup untuk membuat keluarga Indra tahu bahwa Izzy ti
Baca selengkapnya
Harapan Indra
Sehabis Isya, Indra sudah siap pergi ke Neal’s dengan dandanan yang ganteng. Bahkan sore tadi, Indra sempat mampir ke tukang potong rambut untuk merapikan rambutnya. Dia tidak mau tampil di depan Caca ala kadarnya. Caca harus terpukau oleh penampilannya.Indra memutuskan untuk memakai kaos warna putih dengan blazer warna hitam dan jeans hitam.“Perpaduan yang sempurna” pikir Indra.Hatinya berdendang. Senyuman di bibirnya tidak pernah hilang sejak tadi. Indra sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Caca. Rasa rindu di dalam dadanya menggelegak bagai lahar yang siap dimuntahkan oleh gunung berapi.Hanya ada satu yang ada di pikiran Indra saat ini. Caca pasti mau memberikan jawaban atas pertanyaan Indra tempo hari. Indra yakin, meskipun hanya delapan puluh persen, Caca akan menerima cintanya.Sedangkan untuk dua puluh persennya, Indra penasaran atas menghilangnya Caca selama tiga hari terakhir. Indra mencoba untuk berpikir positif. Menghilangnya Caca selama tiga hari adalah untuk memikir
Baca selengkapnya
Indra Patah Hati
Untuk sesaat, Indra tidak mempercayai telinganya atas apa yang dia dengar. Seolah-olah waktu berhenti saat itu juga. Matanya melotot. Pikirannya buntu. Rohnya lepas dari raganya. Kepalanya menggeleng dengan cepat.“Apa? Kamu bilang apa?” tanya Indra dengan suara lirih.“Aku tidak bisa menerima cintamu. Kita tidak bisa bersatu.”Sekali lagi, kepala Indra menggeleng dengan cepat.“Tunggu sebentar, kamu sedang bercanda ‘kan?”Caca menggeleng, “Aku serius. Aku tidak sedang bercanda.”Indra tidak bisa berkata-kata. Tangannya menggaruk alisnya yang tiba-tiba terasa gatal. Indra tahu bahwa suasana Neal’s malam itu riuh rendah karena banyaknya pengunjung tiba-tiba sepi. Indra mundur, tubuhnya sekarang bersandar pada kursinya. Keringat mulai timbul di dahinya.“Tidak mungkin.” desis Indra lirih sembari menggoyangkan kepalanya tidak percaya.Perut Indra merasakan sensasi aneh dan berat. Dadanya terasa sesak, nafasnya tersengal pendek-pendek.“Kenapa?” tanya Indra dengan kepalanya tertunduk, pan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status