All Chapters of Pengkhianat Cinta: Chapter 11 - Chapter 15
15 Chapters
Sepuluh
Nina tersenyum lebar. "Sekarang saya mengundurkan diri. Pastinya saya akan merindukan kalian semua dan juga suasana kantor tapi saya yakin dengan keputusan saya untuk keluar dari perusahaan. Saya harap saat saya keluar kalian masih sama. Suka menolong, ramah dan baik kepada sesama karyawan." Wanita berusia 30 tahun tersebut kemudian melihat ke arah Ana. Dia lalu mengisyaratkan agar Ana mendekatinya. "Saya harap teman saya, Ariana mendapat perlakuan sama sewaktu saya masih menjadi karyawan baru. Dia sangat baik dan kompeten dalam bekerja." Ariana menatap penuh haru. Kedua bola mata tampak berkaca-kaca tapi segera ia kesat dengan kasar. "Besok saya tidak akan datang ke kantor lagi tapi malam ini, ayo kita bersenang-senang karena setelah makan malam kita akan ke tempat karaoke!" Semua orang langsung bersorak gembira mengingat jika mereka akan ditraktir lagi. Namun suasana hati Ariana masih sedih dan terus menatap Nina. Makanan yang ia ambil dibiarkan dingin dan hanya dimakan sedikit t
Read more
Sebelas
Tiga jam telah berlalu, Ariana berembus napas lega sebab rapat berjalan lancar tanpa adanya gangguan. Adit pun tidak protes ketika dia datang sampai rapat pun, meski tampak tenang Ariana yakin bosnya tengah berpikir keras."Tolong ke kantor, kita harus buat laporan rapat untuk atasan." Adit berbicara tenang kepada Ariana. Wanita itu menurut saja, dia tak ingin Adit tiba-tiba berubah pikiran kemudian hanya menyusahkan diri sendiri. Sekarang Nina tidak lagi bekerja, siapa yang mau membantu pekerjaan Adit selain Ariana sendiri?"Kalau datang bawakan kopi juga untukku yang saya sering saya pesan." Adit tiba-tiba berkata dengan nada kesal."Maaf, saya bisa langsung membuatnya kalau anda mau.""Tidak perlu, kau bisa membuatnya nanti setelah makan siang. Kita harus selesaikan laporannya dulu sudah dicatat kan semua hasil rapatnya?""Iya pak," jawab Ariana singkat."Baiklah kalau ada yang tidak dimengerti tolong tanyakan saya. Saya mau menyelesaikan dulu berkas yang belum saya lihat. Kamu kal
Read more
Suka Memaksa
Ariana sama sekali tak merasa bersalah malah ia mendengus kesal setelah melihat atasannya masuk ke dalam ruangan. "Dasar bos galak, sukanya mengancam terus karyawan. Aku merasa kasihan pada Nina, dia pasti kesusahan harus menjadi sekretaris Adit."Mungkin hal ini pula mengapa Adit begitu jatuh hati pada Nina. Akhirnya Ariana menepis semua pemikiran tersebut dan kembali fokus pada laporan yang ia kerjakan.Jam istirahat akhirnya tiba. Ariana menghentikan kegiatan mengetiknya dan berdiri dari kursi menuju kantin kantor yang letaknya berada di bawah. "Ana, mau kemana kamu?" pertanyaan Adit sontak menghentikan Ariana.Memutar matanya bosan, ia melihat Adit dengan senyum yang dibuat seramah mungkin. "Mau ke kantin Pak, saatnya makan siang." Ariana menjawab jujur."Masuk dulu, ayo kita bahas tentang laporan yang kamu buat." Adit kemudian menutup pintu sementara Ariana merasa muak. Ariana tetap mengikuti perintah Adit dan membawa laptop yang digunakan olehnya.Beberapa menit berlalu dihabisk
Read more
Tak Berhenti Mengganggu
Ariana menceritakan kejadian di perusahaan termasuk tak berhenti merutuk kesal dengan sikap Adit. Elisa mengkerutkan kening mendengar sahabatnya itu bercerita dan dia tak menyela sama sekali. "Pokoknya aku kesal banget sama bosku itu, suka semau dia saja!" kata Ariana mengakhiri ocehannya yang panjang. Ana lalu melihat ke arah Eli, masih diam menatap heran padanya. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Ana heran. "Aku bingung saja sama kamu. Sebenarnya kamu kenapa sih? Beberapa hari lalu kamu mengasihi Adit sekarang malah marah-marah, apa kamu suka ya sama bosmu itu?" Pertanyaan Eli membuat Ana terkejut. "Kok bisa sih kamu bilang kayak gitu? Aku nggak suka ya sama Adit. Dia angkuh, suka sekali memerintah asal-asalan hanya orang bodoh yang suka sama dia." Eli tertawa. "Jangan gitu, gimana kalau suatu hari kamu suka sama dia? Jadinya kamu orang bodoh itu." "Nggak ah, aku nggak percaya. Dia sama sekali bukan tipeku!" sahut Ana makin kesal. "Lah kan emang tiap rasa suka dimula
Read more
Insiden Memalukan
Ariana mendengus sebal. Semenjak rapat Ana tak pernah bertatap muka dengan Adit bahkan saat Ana ingin memberikan laporan rapat, Adit mengabaikannya dengan alasan punya pekerjaan penting. Baiklah kalau Adit tidak mau bertemu toh itu tak akan merusak mood Ana. Jam istirahat tiba, Ana bingkas berdiri ingin ke kantin kantor. Sedari tadi ia mencoba untuk meminta izin tapi sesaat Ana menghentikan niat berpikir jika saja Adit akan menolak bertemu. Di sinilah Ana. Berada di kantin bersama dengan beberapa karyawan wanita. "Jadi bagaimana Ana?" tanya Kara, salah satu rekan kerja. "Bagaimana apanya?" "Bagaimana kerja dengan Pak Adit? Kata mereka dia itu dingin sama perempuan." Sabrina menyahut mendengar percakapan mereka. "Benarkah? Aku rasa tidak seperti itu." Di dalam pandangan Ana, Adit hanya seorang pria yang selalu emosi dan tukang suruh-suruh tapi Adit tak dingin pada wanita buktinya Ana saja dibela ketika Diaz mencari masalah. "Wajar sih kamu nggak tahu gimana kelakuan Pak Dir
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status