Semua Bab Aku Masih Hidup, Mas: Bab 41 - Bab 50
64 Bab
Bab 41 : Masa Lalu (8)
"Irfan itu kalau dilihat-lihat lelaki yang sangat baik, ya, Al," ucap Ratih dalam perjalanan pulang mereka menggunakan mobil Alya.Ratih melirik gadis di sebelahnya yang sepertinya tak terlalu tertarik. Justru karena itu ia sedari tadi ia berusaha memancing Alya untuk membicarakan Irfan karena saat makan bersama tadi Ratih melihat interaksi Alya dengan Irfan hanya sekedar bos dan atasan meskipun Alya sangat ramah pada suaminya itu.Ratih tentu saja tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Ia perlu mempengaruhi Alya dan juga mengajari Irfan bagaimana cara mendekati Alya walau profesi mereka bagaikan bumi dengan langit."Kenapa kamu bisa ngomong gitu?" tanya Alya."Saat kamu ke toilet tadi aku sempat ngobrol dengan dia. Katanya dia bekerja untuk membiayai kuliah adiknya. Dia bekerja keras supaya adiknya mendapat pendidikan yang layak, tapi sayang satu tahun lalu adiknya berpulang setelah wisuda. Karena itu dia merantau ke kota ini.""Benarkah? Kasihan sekali," ucap Alya sembari menoleh ke
Baca selengkapnya
Bab 42 : Masa Lalu (9)
"Kamu yakin kita gak bakalan ketahuan?" tanya Irfan setelah mendengar cerita Ratih tadi. Kini mereka dalam perjalanan pulang ke rumah. Membatalkan acara makan yang sudah direncanakan sebelum pergi tadi."Gak tahu, Mas, sekarang yang penting kita pergi dulu sebelum dia sempat melihat kita.""Gimana kalau dia ngelaporin hal ini sama Alya, apa yang mesti kamu lakukan?"Ratih terdiam, ia sesaat menahan langkah menuju parkiran mall. Mereka melalui jalan memutar, sebisa mungkin menghindar dari Fatih yang mungkin saja akan mengikuti jika laki-laki itu benar-benar penasaran."Aku akan meyakinkan Alya kalau itu bukan aku.""Kalau dia gak percaya? Fatih dan Alya berteman lebih lama daripada kamu dengan Alya. Menurutmu siapa yang akan dia percaya?"Ratih terdiam lagi, kali ini menggigiti kukunya sembari berpikir keras. "Kalau begitu kamu yang buat dia percaya," cetus Ratih tiba-tiba.Irfan menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Kenapa harus aku?""Kamu tahu kalau selama ini Alya mulai tertarik padamu,
Baca selengkapnya
Bab 43 : Masa Lalu (10)
"Kau menyukaiku?"Fatih memejam, menutup matanya dengan lengan. Nyatanya pertanyaan yang Alya lontarkan tadi tak mampu sekalipun ia jawab.Mau menyangggah, tapi pertanyaan itu benar adanya. Jika ia mengatakan hal yang sebenarnya, Fatih takut sekali. Bagaimana jika tiba-tiba Alya menghindarinya. Bukankah selama ini mereka sangat dekat. Jika menjauh, Fatih tak tahu harus melakukan apa.Entah kenapa ia tak punya keberanian. Mungkin karena tahu cintanya tak akan berbalas. Karena ia tahu dengan pasti, Alya telah menyukai orang lain sekarang. Orang yang ia curigai telah mempunyai hubungan dengan sahabat Alya.Sontak, Fatih membuka mata, menyingkirkan lengannya. Menatap plafon kamar yang berhiaskan cat berwarna putih itu.Setidaknya, ia harus mencegah Alya mengalami patah hati walau tak bisa memiliki wanita itu. Fatih harus menyelidiki hal ini, ia belum lama mengenal Ratih dan Irfan. Tapi dari gelagat mereka, Fatih tahu sekali kalau keduanya punya sesuatu yang disembunyikan.****Tok! Tok! T
Baca selengkapnya
Bab 44 : Aku Mau Cerai
"Aku mau kita cerai!" seru Ratih dengan suara lantang. Genangan air tampak di pelupuk matanya. Ia menatap wajah Irfan dengan sendu tak menyangka lelaki itu bisa mengkhianati janji mereka dulu.Janji yang bahkan ditanyakan oleh Irfan sebelum lelaki itu menikah dengan Alya. Ratih hidup dengan janji-janji itu walau ia tahu, hati Irfan terpaku untuknya.Tapi itu dulu, sekarang ia sudah tak percaya. Bukti foto panas Irfan dengan Elena menyakiti hatinya. Entah kenapa lebih perih daripada dengan Alya. Mungkin karena mendekati Alya adalah suruhan Ratih sementara mendekati Elena adalah keinginan Irfan sendiri.Jelas sekarang Ratih merasa muak, bahkan ia sudah benci untuk menunggu. Nyatanya kekayaan yang ia dapatkan setelah Irfan menikah dengan Alya hanya membuatnya senang sesaat saja. Apalagi sejak Irfan tak mulai sering bertemu dengannya dan sering bersama dengan Alya dengan alasan agar rencana mereka tak terbongkar.Sejak saat itu Ratih merasa kesepian. Muncul ketakutan dalam hatinya kalau
Baca selengkapnya
Bab 45 : Pengakuan Fatih
Fatih mengangkat bahu. "Aku juga sudah memperingati Alya beberapa kali, tapi wanita itu sama sekali tidak mau mendengarkanku, bahkan membuat hubungan kami sedikit merenggang."Fatih kini menatap lurus ke depan, di depan pintu kamarnya Alya telah keluar dengan wajah penuh penyesalan sembari menatap Fatih. "Aku telah belajar banyak dari kesalahanku di masa lalu," ucap Alya sembari mengusap pipinya. Ia berjalan mendekati Fatih dan Refan."Kau menangisi laki-laki itu?" tanya Fatih dengan tawa sinis."Tepatnya menangisi kebodohanku karena bisa-bisanya tidak sadar karena dibodohi selama bertahun-tahun. Padahal aku berpendidikan Master, aku merasa kepintaranku sia-sia.""Cinta memang membuat buta," celetuk Refan tiba-tiba seketika membuat Alya dan Fatih menoleh ke arahnya.Lelaki dengan kacamata itu menatap bergantian ke arah Alya dan Fatih. Kedua alisnya terangkat, menanyakan dengan isyarat mata.Sang Nona dan sahabatnya itu malah menghela nafas sembari menunduk. Membuat Refan sejenak be
Baca selengkapnya
Bab 46 : Drama
Pagi ini dengan langkah terburu-buru Irfan masuk ke dalam kantor. Tingkahnya membuat ia menjadi pusat perhatian orang-orang.Tapi Irfan tak memperdulikan hal itu, baginya apa yang akan ia tuju lebih penting daripada perhatian orang-orang saat ini.Elena, wanita itu harus ia temui secepatnya."Di mana dia?" tanya Irfan begitu ia tak sengaja bertemu dengan Refan sesaat setelah lelaki itu keluar dari lift. Lelaki berkacamata itu menatap Irfan dengan raut bingung."Siapa yang di mana, Pak Irfan?" "Elena.""Ah, saya tak sengaja bertemu dengannya di ruangan anda tadi. Entah kenapa wajahnya tak seceria biasanya, ia tampak sedikit ....""Terima kasih," tukas Irfan memotong ucapan Refan seraya menepuk bahu lelaki itu. Lantas melesat secepat kilat masuk ke dalam lift yang hampir menutup.Refan memperhatikan tingkah Irfan dengan mengangkat bahu. Ia menaikkan kacamatanya sembari tersenyum samar dan melangkah pergi.Irfan menunggu dengan tidak sabar, lift yang bergerak terasa lambat menurutnya. S
Baca selengkapnya
Bab 47 : Bukti
"Aku sudah membuatnya menandatangani berkas-berkas ini, sekarang hubungi detektif Ardi untuk bertemu di cafe Bintara," tukas Alya setelah ia keluar dari ruangan Irfan dan berbisik pelan sembari menyentuh in ear yang tersembunyi di telinga, tertutup oleh rambut panjangnya."Baik Nona, aku akan memberitahu detektif Ardi sekarang.""Kau akan menyusul nanti, kan?""Ya Nona, setelah aku menyelesaikan urusanku di sini lebih dulu. Irfan terus menghubungiku untuk datang ke ruangannya, aku tidak ingin dia tahu kalau aku sedang merencanakan sesuatu dengan Nona saat ini.""Baiklah Refan, aku harap kau cepat datang.""Ya Nona."Alya menyimpan ponselnya setelah mematikan panggilan. Sejenak ia menatap nomor Fatih yang terletak di bawah panggilan Refan.Setelah kejadian kemarin malam Fatih sama sekali tak bisa dihubungi oleh Alya. Lelaki itu seperti menghindarinya setelah pengungkapan perasaan yang tidak direncanakan.Sebenarnya, tanpa Fatih tahu Alya sama sekali tak bisa tidur sejak kepulangan Fat
Baca selengkapnya
Bab 48 : Berita di tv
Sesampainya di apartemen, Alya membongkar laci meja kerjanya, mengambil buku harian di sana. Ia tahu ia seorang yang pelupa dan beberapa hal selalu ia catat dalam buku harian miliknya. Hadiah sang Papa saat ia masuk SD beberapa tahun lalu.Alya membuka lembaran penuh buku-buku itu. Memeriksa keseluruhan membutuhkan cukup banyak waktu, namun hanya itu satu-satunya cara agar ia bisa mengetahui password emailnya ponselnya yang meleleh pasca kecelakaan kemarin.Alya membaca sekilas kenangan-kenangan receh yang ia tulis dalam buku harian itu. Begitu mendapatkannya pertama kali ia sering sekali menulis, hampir setiap hari malah.Sekarang baru Alya sadari, masa kecilnya tak lepas dari Fatih. Setiap lembaran kisah hidupnya selalu ada nama Fatih di sana. Alya tersenyum tanpa sadar, saking terbiasanya hidup dengan Fatih di sisinya, ia sampai terbiasa karena Fatih selalu ada dalam perjalanan hidupnya.Kalau dipikir-pikir, bahkan setelah menikah dengan Irfan dan mereka menjalani hidup masing-masi
Baca selengkapnya
Bab 49 : Putri Tunggal Brata Wijaya
Bagaimana ini bisa terjadi? "Arrgh, sial!" Irfan melempar remote di tangannya hingga benda itu jatuh dan berserakan di lantai. Ia kini berjalan mondar-mandir di ruangan sembari mengacak rambutnya. "Bagaimana bisa foto-foto itu terkuak di media?" ucap Irfan pelan dengan wajah geram. "Aku sudah berusaha untuk melenyapkan bukti-buktinya. Tak ada siapapun yang seharusnya punya foto-foto itu. Atau sang manager hotel yang kubayar mahal telah berkhianat padaku?" "Tapi cctv hotel juga tak akan menangkap gambar sejelas itu. Sialan! Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Irfan menggebrak meja di depannya. Kekalutan menghampiri membuatnya ia memejamkan mata dengan tangan terkepal erat. Lelaki itu terdiam sesaat, lantas terbelalak kemudian. "Kecuali satu orang. Cuma dia yang mungkin punya foto sejelas itu. Tapi, tidak mungkin, dia sudah tiada." Irfan menarik rambutnya dengan kedua tangan sekuat tenaga. "Siaal!" Barang-barang di atas mejanya berserakan jatuh ke lantai saat Irfan dengan e
Baca selengkapnya
Bab 50 : Penggantimu
Irfan tak punya pilihan lain, hari ini menjadi hari paling sial dalam sejarah hidupnya dan membuat ia tak berani keluar dari ruangannya barang selangkah pun.Ada puluhan reporter di luar perusahaan yang akan langsung mengerubunginya jika ia menampakkan batang hidungnya. Bahkan hanya dengan memikirkan hal itu saja mampu membuat tubuh Irfan gemetaran.Ia tak tahu harus menjawab apa nanti, ia juga tak tahu bagaimana mengatasi hal ini. Sementara Ratih juga terjebak dalam posisi yang sama dengannya. Wanita itu sama sekali tak bisa keluar dari apartemen karena dikerubungi banyak sekali reporter.Dan dalam kondisi semakin genting seperti ini, berulangkali saat Irfan mencoba menghubungi ponsel Refan, namun elaki itu sama sekali tak mengangkatnya. Tersambung dan memang sengaja tidak diangkat, membuat Irfan kesal bukan main."Arrghh! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa hariku sangat sial seperti ini?!" Irfan melemparkan ponselnya dengan keras ke arah sebuah lemari kaca. Tempat di mana banyak pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status