All Chapters of Aku Masih Hidup, Mas: Chapter 21 - Chapter 30
64 Chapters
Bab 21 : Panik
"Ratih apa yang kamu lakukan?" bisik Irfan pelan sembari melirik ke arah Alya. Wanita itu tampak duduk dengan tenang menikmati perseteruan yang akan terjadi sebentar lagi di hadapannya. "Kamu sendiri apa yang kamu lakukan? Kamu makan siang berduaan sama perempuan ini? Padahal kamu bilang sama aku kalau kamu mau makan siang sama teman. Ini teman yang kamu maksud?" "Ya, Elena ini temanku. Kamu tahu, kan, dia model yang ...." "Aku tahu, tapi kenapa kamu mesti makan sama dia? Kalau aku gak tahu dari orang lain mungkin kamu gak bakalan ngaku!" seru Ratih dengan sengit. Matanya mulai berkaca karena takut Irfan akan mengkhianatinya. Satu jam lalu di kantin kantor, ia tengah menikmati makan siangnya bersama rekan kerja yang lain. Namun sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk ke dalam ponselnya. [Lihat! Kamu gak panas melihat kekasihmu makan siang bersama wanita lain?] Ratih langsung meradang, apalagi pesan itu disertai sebuah foto. Ia tak mencari tahu darimana pesan itu berasal. Ia lan
Read more
Bab 22 : Kegundahan Ratih
Irfan menghela nafas, menatap Ratih yang duduk di hadapannya namun tak mau menatap sama sekali. Malam ini Irfan sengaja menyinggahi apartemen wanita itu setelah pulang kerja. Setelah memastikan tak ada yang mengikutinya. Bisa gawat kalau orang-orang tahu. Pemimpin perusahaan Brata terlibat skandal dengan pegawai perusahaannya sendiri. "Ini semua salahmu!" tukas Irfan pada akhirnya membuat Ratih menoleh ke arahnya. "Aku? Aku yang salah di sini?" "Lalu siapa Ratih? Lagipula kenapa kamu datang saat aku makan bersama Elena dan marah-marah. Kamu tahu, itu membuat semuanya jadi berantakan. Bahkan dia sempat curiga kalau kita punya hubung--" "Hubungan? Mas dan aku? Kita memang punya hubungan kan, Mas. Aku dan Mas sudah berhubungan cukup lama. Kenapa tidak beritahu saja padanya kalau kita punya hubungan? Apa Mas malu?" "Bukan begitu, kamu tahu Elena itu tahu segalanya tentangku. Entah apa maksudnya tapi dia tahu kalau Alya telah meninggal tiga tahun lalu dan kalau aku mengakui aku puny
Read more
Bab 23 : Brata Dalam Bahaya
Fatih menatap bungkusan kecil berisi bubuk yang cukup sedikit di atas mejanya itu dengan dahi berkerut. Pikirannya diliputi perasaan bimbang luar biasa. Setelah tadi menemukan bubuk itu di pinggir bantal Brata. Ia langsung pamit pada Tante Sri. Untuk mengetahui sesuatu, dan benar saja saat ia menyelidiki di laboratorium. Bubuk itu adalah ... sianida. Membuatnya bingung, kenapa bubuk sianida itu bisa ada di samping bantal Om Brata. Dan sudah berapa lama itu ada di sana sampai Tante Sri juga tidak tahu. Apakah tidak ada petugas medis yang tahu soal ini atau sebenarnya ini ulah salah satu dari mereka yang ingin mencelakai Om Brata? Tapi untuk apa? Tok! Tok! Tok! Fatih tersentak, secepat kilat menyembunyikan bubuk itu ke dalam kantung jas putihnya. "Masuk!" ucapnya kemudian. Seorang perawat datang dengan kertas laporan di tangan. Ia tersenyum dan duduk di hadapan Fatih. "Ini laporan yang dokter minta. Berkat beberapa resep dan saran yang dokter berikan, pasien sudah dalam keadaa
Read more
Bab 24 : Menyusun Rencana
"Aku tidak menyimpannya. Ini kutemukan di dekat bantal Om Brata. Alya membeku, ia mengerjap, menatap Fatih tak mengerti. "Maksudmu?" "Secara tidak langsung ada seseorang yang mencoba meracuni Om Brata, Al." "Gila!" seru Alya nyaring. "Bajingan mana yang tega melakukan hal ini pada Papa?" "Aku tidak terlalu yakin, tapi kau bisa menebaknya dengan mudah." Alya menatap Fatih lekat. "Jangan bilang kalau ... itu ulah Irfan dan Ratih." "Siapa lagi?" "Brengsek!" "Aku menanyai tiga perawat yang berjaga di ruangan Om Brata. Salah satu diantaranya mengatakan kalau ia melihat seorang wanita datang ke ruangan Om Brata di malam hari. Lalu, saat kutunjukkan gambar ini, dia membenarkan kalau Ratih adalah orangnya." Fatih menunjukkan gambar Ratih di ponselnya. Membuat Alya geram seketika. "Bagaimana bisa mereka melakukan hal sekeji itu, Fat? Apalagi yang ingin mereka raih? Mereka sudah berusaha untuk membunuhku, mengambil perusahaan Papa dan sekarang berencana membunuh Papa dengan sianida i
Read more
Bab 25 : Panik
"Kau harus pergi lagi malam ini, Ratih," tukas Irfan dengan suara pelan saat Ratih masih terdiam di kursinya. Wanita itu mendongak dengan wajah malas. Masih kepikiran soal si pengirim pesan yang tak kunjung ia temukan rimbanya. Beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor itu dan mengiriminya pesan spam. Namun, nomor itu sudah tak aktif lagi. "Bisakah kau saja yang pergi, Mas? Aku sedang tidak mood melakukannya." "Kalau aku yang pergi, semua orang akan tahu kalau itu aku. Bisa-bisa muncul artikel menantu Grup Brata berusaha mencelakai mertuanya. Apakah kau tidak takut hal itu akan terjadi? Jika aku terseret maka kau juga ikut terseret Ratih. Itu konsekuensinya." "Ck ... kau egois sekali. Kenapa sekarang kau malah menakut-nakutiku begitu? Kau tidak tahu apa yang kau lakukan hari ini padaku." Irfan menghela nafas. "Aku tahu, untuk itu aku minta maaf padamu. Tapi untuk sekarang cobalah pikirkan Ratih, kalau tidak kau yang membantuku siapa lagi? Bukankah kita melakukan hal ini bersama-
Read more
Bab 26 : Tepat Waktu
"Tepat waktu," tukas Alya sembari menatap Fatih yang duduk di balik kemudi. Ia mengurut dada sembari menenangkan detak jantungnya yang menggila. "Tidak ada mobil yang mengikuti kita, kan?" Alya menoleh ke belakang lagi, di sisinya ada brankar dengan Brata terbaring di atasnya. "Sepertinya tidak, Fat, kita aman. Untungnya dia tak mengenali suaramu tadi." Fatih mengangguk sembari bernafas lega. Tadi keduanya mengeluarkan Brata dari ruangan dalam keadaan sangat mepet. Tepat saat mendorong brankar, Fatih malah tak sengaja menyenggol bahu Ratih yang sedang berjalan berlawanan arah dengan mereka. "Ya, aku sudah berpikir kita akan ketahuan tadi. Ada untungnya kamu menyarankan menutupi wajah Om keseluruhan. Tak tahu kalau dugaan kita benar, malam ini Ratih datang lagi." Fati berucap panjang lebar, tak ada sahutan dari kursi belakang. Ia melirik dari kaca spion tengah mobil. Menatap Alya yang termenung sembari menatap sang Papa yang terbaring lemah di atas brankar. "Kau baik-baik saja?"
Read more
Bab 27 : Tak Peka
"Bagaimana keadaan Papa?" tanya Alya begitu Fatih masuk ke dalam mobil. Hampir satu jam ia menunggu dengan harap-harap cemas. "Dokter bilang racunnya belum terlalu banyak menyebar, masih bisa diatasi dengan menggunakan penawar khusus yang dimasukkan langsung ke infus. Om akan tetap baik-baik saja." "Syukurlah," ucap Alya lega. "Tapi kau sudah meletakkan penjaga di sana?" "Ya, sesuai yang kau katakan." "Hm ... tak akan kubiarkan Irfan dan Ratih mencoba mencelakai Papa lagi. Bahkan tak akan kubiarkan mereka mendekat barang seinci pun." "Tenanglah, penjaga-penjaga itu cukup berpengalaman. Refan juga akan datang sesering mungkin ke sini untuk melihat keadaan Om dan Tante." "Lalu di mana Refan sekarang? Apa dia masih di dalam?" "Dia perlu menenangkan Tante yang sedikit khawatir. Soalnya aku mengungkapkan rencana B kita." "Kau mengatakan pada Mama kalau Papa diracun?" Fatih mengangguk. "Tante bertanya, mau tidak mau aku harus jawab. Itu sudah kesepakatan kita, kan?" "Aku tak bisa m
Read more
Bab 28 : Deja Vu
"Telpon polisi!" saran Ratih saat keduanya sudah masuk di dalam mobil. Irfan langsung menggeleng dengan tegas."Kau ingat kita memaksa menaruh sianida di dalam mulut Brata? Kalau sampai polisi menyelidiki hal ini, maka habislah kita. Kalau bisa jangan sampai publik dan polisi tahu kalau Brata telah hilang, Ratih.""Lalu kita harus bagaimana, Mas? Kita biarkan saja Brata yang sudah pergi entah kemana itu bersama Sri? Kalau begitu bukankah lebih berbahaya untuk kita. Lagipula kenapa mereka tiba-tiba pergi begitu? Apa jangan-jangan mereka tahu kalau kita berusaha membunuh ....""Gak mungkin!" tukas Irfan cepat. "Selama ini kita selalu hati-hati, mereka tidak akan mungkin tahu rencana tersembunyi kita. Lebih baik jangan berpikir aneh-aneh dulu, Ratih.""Terus gimana sekarang?""Mas akan coba hubungi orang suruhan Mas dulu, agar mereka mencari keberadaan Brata dan Sri sehingga kita tak perlu repot-repot mencari. Kita harus menunggu sampai mereka mendapatkan informasi, baru kita bergerak. K
Read more
Bab 29 : Bertengkar
"Elena, kau itu ....""Kenapa, Pak?" potong Alya cepat.Irfan terdiam sejenak, menatap Elena lekat. Dalam pandangannya, bahkan rupa wanita di hadapannya saat ini mengingatkannya akan seseorang.Alya, seperti mengingatkannya akan sang istri. Istri yang telah ia bunuh dengan menabrakkan mobil wanita itu masuk ke dalam jurang.Namun, Irfan menggeleng. Cuma perasaannya saja atau bagaimana. Itu, kan, tidak mungkin terjadi. Tiga tahun lalu Alya sudah meninggal dunia akibat kecelakaan yang ia buat. Lagipula Elena merupakan model dari Singapura, tidak mungkin keduanya adalah orang yang sama.Sejenak, Irfan tertawa dengan pemikirannya sendiri. Sementara sedari tadi saat Irfan larut dengan pemikirannya sendiri. Alya sibuk menatap sekeliling ruangan kerja lelaki itu. Menelisik satu perstau barang di sana dengan teliti.Sampai pandangannya bertemu pada sebuah brankas yang terletak tidak jauh dari meja kerja. Alya tersenyum samar, ia menemukannya. Hanya tinggal satu langkah lagi.Menemukan passw
Read more
Bab 30 : Kembalinya Detektif Ardi
"Kau tidak menyerah rupanya," keluh lelaki itu sembari membuka topi. Mengibas-ngibaskan ke wajah guna menghalau rasa panas dari matahari yang cukup terik siang hari ini."Untuk memenuhi janji saya pada seseorang, saya tak akan menyerah sebelum mendapatkannya, detektif.""Aku sudah bukan detektif lagi, jadi sebaiknya kau pulang sekarang, karena setiap pertanyaan dan ucapan yang kau katakan tak akan mau kudengarkan.""Tapi detektif ....""Jangan panggil aku seperti itu," ucap Ardi kesal."Tapi diantara semua orang itu cuma anda yang berpikir di jalan yang benar.""Menurutmu begitu? Sayangnya jalan kebenaran itu membuat keluargaku hampir celaka. Mereka mengancam akan mencelakai putriku jika aku tetap nekad untuk menyelidiki kasus kecelakaan itu."Refan terperangah, ia tak menyangka Irfan akan sejauh ini. Lagipula, bukankah ini adalah hal kecil jika dibandingkan dengan perbuatan lelaki itu pada nonanya."Aku tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Namun aku hanya ingin mengungkap keben
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status